Penyakit infeksi masalah kesehatan lainnya

poliuria , polidipsia dan penurunan berat badan, rentan terjadinya diabetes melitus tipe II. Karena proses ketoasidosis, remaja dengan diabetes melitus tipe II awalnya tidak terdiagnosa seperti diabetes melitus tipe I. Tidak seperti tipe I, mereka dengan diabetes melitus tipe II, umumnya gemuk atau sangat gemuk. 2.4.5.2. HIVAIDS AIDS Acquired Immuno deficiency syndrome meruoakan tahap akhir penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV Human Immuno Deficiency yang dapt menimbulkan pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkanan rusaknya sistem kekebalan tubuh Almatsier, 2010. Memburuknya status gizi merupakan resiko tertnggi penyakit ini. Gangguan gizi pada penderida AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan berat badan pada penderita AIDS, yaitu penurunan berat badan yang lambat dan cepat. Penurunan berta badan yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik Almatsier, 2010. Memburuknya ststus gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguasn absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, seta kurangnya ktifitas fisik. Kurangnya asupan makannan disebabkan peleh anoreksia, depresi, rasa leleah, mual, muntahsesak nafas, diare, infeksi dan penyakit saraf yang menyertai infeksi Almatsier, 2010. 2.4.5.3. Alergi dan intoleransi makanan Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV WHO, 2009. Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1, sedangkan kan intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan Frederick, 1999 Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan sulit makan sehingga menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi. Biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Apabila makanan tersebut mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan maka akan terjadi sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya Frederick, 1999 2.4.5.4. Tuberculosis TBC Ada hubungan yang erat antara infeksi bakteri, virus dan parasit dengan malnutrisi. Infeksi mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi Supariasa, 2002. Mekanisme penurunan ststus gizi pada penderita penyakit infeksi, termasuk Tuberculosis TBC, yaitu penderita infeksi mengalami penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu mkan, menurunya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, namun kebuthan tubuh menigjat akibar sakit human hozt dan infeksi yang terjadi di dalam tubuh Supariasa, 2002. Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber: WHO, 2009 53 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori WHO 2009 mengenai kerangka konseptual masalah gizi dan faktor yang berhubungan pada masa remaja. Peneliti mengambil variabel kebiasaan makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal. Variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal merupakan bagian dari faktor gaya hidup dalam dan variabel kebiasaan makan makanan beragam bagian dari faktor asupan kurang dalam WHO 2009. Keempat variabel yang diteliti merupakan 4 prinsip dari pedoman gizi seimbang. Adapun faktor malnutrisi selama janin hidup bayi anak-anak; ketahanan tubuh rendah, kehamilan dini dan penyakit infeksi masalah kesehatan lainnya kemudian tidak dimasukkan sebagai variabel. Faktor-faktor tersebut dikeluarkan dari variabel penelitian karena 1 Faktor malnutrisi selama janin hidupbayianak-anak; ketahanan tubuh rendah dikeluarkan dari variabel penelitian karena sangat sulit mendapat atau menelusuri rekam medik sejak janin, bayi dan anak-anak responden. 2 Faktor kehamilan dini juga tidak diikutkan sebagai variabel penelitian karena kehamilan dini dalam ilmu gizi didefinisikan sebagai kehamilan pada usia dibawah 18 tahun, dimana pada usia tersebut tubuh masih membutuhkan zat gizi untuk dua tujuan utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan sehingga dianggap belum siap untuk hamil. Namun, setelah usia 18 tahun, pertumbuhan massa pertumbuhan berakhir sehingga asupan zat gizi telah siap digunakan tujuan berikutnya yaitu fungsi reproduksi atau kehamilan dan persalinan. Rata-rata usia mahasiswa berusia di atas 18 tahun sehingga faktor ini dikeluarkan dari variabel penelitian. 3 Sedangkan faktor penyakit infeksi dan masalah kesehatan terkait gizi yang terdiri dari Diabetes Mellitus, alergi dan intoleransi makanan, Tuberculosis TBC dan HIVAIDS dikeluarkan karena untuk Diabetes Mellitus, alergi dan intoleransi makanan, Tuberculosis TBC, hasil penelitian didapakan nol persen 0 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan mengalami penyakit dan masalah kesehatan ini dan untuk HIVAIDS, penyakit infeksi ini akan berpengaruh pada status gizi hanya terjadi pada tahap akhir infeksi, yaitu ketika seseorang sudah dinyatakan AIDS dan pada tahap ini seseorang biasanya tidak dapat lagi melakukan aktivitas atau rutinitas sehari-hari seperti biasa termasuk kuliah.