13
BAB II TINJAUAN PUSATAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Definisi status gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan nutriture dalam bentuk variabel tertentu
Supariasa et al, 2002. Menurut Almatsier 2005, status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang
dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih.
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka dilakukan cara penilaian status gizi Supariasa et al, 2002.
2.1.2. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat
objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium
perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai Arisman, 2010.
Menurut Supariasa 2002, penilaian status gizi dapat ditentukan dengan 2
cara, yaitu penilaian langsung dan penilaian tidak langsung.
2.1.2.1. Penilaian Langsung 2.1.2.1.1.
Antropometri
Antropometri secara
umum digunakan
untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan dan proporsi jaringan tubuh Supariasa,
2002. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur U, berat badan BB, tinggi badan
TB, lingkar lengan atas LLA, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak kulit Supariasa, 2002.
Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa parameter antropometri yang disebut indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sring digunakan yaitu: berat badan menurut umur BBU, tinggi badan menurut umur TBU, berat badan
menurut tinggi badan BBTB, Indeks Massa Tubuh IMT, Indeks Massa Tubuh menurut umur IMTU, tebal lemak bawah kulit menurut
umur dan rasio lingkar pinggang dan pinggul Supariasa, 2002. Indeks antropometri diinterpretasikan dengan menggunakan
ambang batas tertentu yang telah ditetapkan. Perbedaan penggunaan indeks antropometri akan memberikan gambaran prevalensi status gizi
yang berbeda. Supariasa, 2002. Menurut Almatsier at all 2011, penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan
komposisi kasar tubuh berbeda pada berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2.1.2.1.2.
Biokimia
Pemeriksaan laboratorium
biokimia, dilakukan
dengan pemeriksaan pemeriksaan spesismen jaringan tubuh darah, urine, tinja,
hati dan otot yang diuji secara laboratorium terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolestrol. Pemeriksaan biokimia
bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik Arisman, 2010.
2.1.2.1.3.
Klinis
Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel superficial epitel tissue seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis
bertujuan mengatahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus Supariasa, 2002.
2.1.2.1.4.
Biofisik
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemanpuan fungsi serta perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui
situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja Supariasa, 2002.
2.1.2.2. Penilaian tidak langsung 2.1.2.2.1.
Survei konsumsi makanan
Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan makan dan perhitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan
penilaian ini adalah mengiodentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi Supariasa, 2002.
Pengumpulan data survei konsumsi makanan dapat dilakukan dengan cara survei yang akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif. Secara kuantitatif makanan akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi Yuniastuti, 2008. Metode pengumpulan
data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records dan weighing method. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan dan
cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionaire dan dietary hiStory.
Metode Recall 24 jam Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah pangan dan minuman
yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam yang lalu atau sehai sebelum wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui
besarnya porsi pangan berdasarkan ukuran rumah tangga urt, kemudian dikonversi ke ukuran metrik gram Yuniastuti, 2008.
Food Records Dengan metode ini responden mencatat semua pangan dan minuman
yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh seorang responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga urt
estimated food records atau menimbang langsung berat pangan yang dimakan weighed food records Yuniastuti, 2008.
Weighing Method Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis
pangan pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari wawancara Yuniastuti, 2008.
Food Frequency Questionaire Metode ini dikenal dengan metode frequensi pangan, dimaksud untuk
memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Untuk itu, diperlukan kuestioner yang terdiri dari dua komponen, yaitu daftar
jenis makanan dan frekuensi konsumsi pangan Yuniastuti, 2008. Dietary HiStory
Metode ini dikenal sebagai metode riwayat pangan. Tujuan dari metode ini adalah untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada
jangka waktu lama serta untuk melihat kaitan antara intake pangan dan kejadian penyakit tertentu Yuniastuti, 2008.
2.1.2.2.2.
Statistik vital
Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan dan kematian kaibat hal-hal yang
berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat Supariasa, 2002.
2.1.2.2.3.
Faktor ekologi
Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi Iklim, tanah, irigasi dll. Faktor-
faktor ekolgi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi masyarakat Irianto, 2007.
2.1.2.3. Penilaian status gizi pada remaja Pada rentang usia 18 tahun ke atas penilaian status gizi dilakukan
dengan menggunakan indeks antropometri IMT Supariasa, 2002. Indeks Massa Tubuh IMT merupakan hasil perbandingan antara
berat badan BB dalam kg dan kuadrat tinggi badan TB dalam m dalam
dalam kgm
2
. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja dibawah 18 tahun, ibu hamil, dan olahragawan Supariasa, 2002.
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Klasifikasi
Indeks Massa Tubuh IMT dalam kgm
2
Ambang Batas Dasar
Ambang Batas Tambahan Berat badan kurang
18.50 18.50
Sangat kurus 16.00
16.00 Kurus sedang
16.00 - 16.99 16.00 - 16.99
Kurus ringan 17.00 - 18.49
17.00 - 18.49
Normal 18.50 - 24.99
18.50 - 22.99 23.00 - 24.99