Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi

Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 125 orang responden yang memantau berat badan lebih dari 1 minggu yang lalu, terdapat 22 orang 17.6 yang memiliki status gizi kurang dan 31 orang 24.8 mengalami status gizi lebih. Sedangkan diantara 30 orang responden yang memantau berat badan kurang dari 1 minggu yang lalu, terdapat 4 orang 16.8 yang memiliki status gizi kurang dan 5 orang 16.7 mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.456. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5 tidak ada hubungan antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi. 87

6. BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya 1 desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dimana variabel dependen dan variabel independen diukur pada saat bersamaan, sehingga tidak dapat megukur secara valid apakah status gizi saat ini terjadi setelah atau akibat variabel yang diteliti; 2 untuk variabel kebiasaan makan, ada kemungkinan terjadinya bias flat-slope syndrome yang mempengaruhi variabel kebiasaan makan makanan beragam, yaitu responden yang kurus cenderung melaporkan konsumsi makannya yang berlebih, sedang responden yang gemuk cenderung melaporkan konsumsi makan yang lebih sedikit, untuk meminimalisir kesalahan untuk bias ini peneliti melakukan recall pada responden dengan membandingkan porsi yang ditulis responden pada form food recall dengan model makanan yang telah disiapkan peneliti; 3 masih pada variabel kebiasaan makanan, sebagian besar responden tidak mencatat konsumsi minumannya dengan asalan susah diingat; 4untuk variabel pemantauan berat badan peneliti menanyakan kapan terakhir responden melakukan penimbangan berat badan, namun tidak menanyakan tentang frekuensi lama sekali responden melakukan penimbangan berat badan, akan tetapi kesalahan diminimalisir dengan dilakukannya wawancara pada saat pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan tentang kebiasaan pemantauan berat badan; 5 pada variabel faktor penyakit infeksi masalah kesehatan lainnya tidak ditemukan masalah sama sekali sehingga variabel ini menjadi homogen, kemungkinan disebabkan tidak adanya rekam medik tentang riwayat kesehatan responden sehingga peneliti hanya mengandalkan ingatan dan pengetahuan responden tentang riwayat kesehatannya; 6 berdasarkan kerangka teori dari WHO 2009, asupan makan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun faktor-faktor tersebut tidak diteliti dalam penelitian ini karena peneliti hanya mengambil faktor-faktor yang berpengaruh langsung pada status gizi.

6.2. Gambaran status gizi

Status gizi normal menggambarkan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan 40 mahasiswa memiliki status gizi tidak normal, yaitu 16,8 mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan kurang dan 23,2 mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan lebih. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua masalah gizi pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta, masalah gizi kurang dan gizi lebih. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan Muizzah 2013 pada mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang menunjukkan 16 memiliki status gizi kurang dan 18 status gizi lebih berdasarkan IMT. Hasil ini menunjuk bahwa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa FKIK secara keseluruhan lebih tinggi 0.8 daripada mahasiswa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa PSKM saja dan kejadian status gizi lebih pada mahasiswa FKIK secara keseluruhan lebih tinggi 5.2 daripada mahasiswa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa PSKM saja.