1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik akan meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Keadaan gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal
serta perkembangan fisik dan kecerdasan bagi bayi, anak-anak, remaja dan semua kelompok umur. Sedangkan gizi yang tidak optimal dengan kesehatan yang buruk
Kemenkes, 2014. Masalah gizi kurang atau kekurusan pada dewasa akan meningkatkan resiko
kejadian penyakit infeksi, depresi, anemia, diare, mudah letih dan produktifitas berkurang Supariasa, 2002. Pada wanita, ibu hamil yang kekurangan gizi memberi
kontribusi terhadap tingginya angka berat bayi lahir rendah BBLR yaitu berat lahir rendah di bawah 2500 gram yang diperkirakan ada 350. 000 bayi setiap tahun, dan
Berakibat meningkatkan angka kematian balita setiap tahunnya Depkes, 2006. Adapun kelebihan gizi
–ditandai dengan kelebihan berat badan dan obesitas- beresiko terkena berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti diabetes tipe, tekanan
datah tinggi hipertensi, penyakit jantung, stroke, penyakit asam urat gout dan beberapa jenis kanker Kurniasih et al, 2010. Gizi lebih dan obesitas meningkatkan
risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat badan 40 persen lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko
kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata Lew Garfinkel, 1979 dalam Hadi, 2005. Kenaikan mortalitas diantara penderita obesitas
merupakan akibat dari beberapa penyakit yang mengancam kehidupan seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit kandung kemih, kanker gastrointestinal
dan kanker yang sensitif terhadap perubahan hormon. Orang obesitas juga mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita beberapa masalah kesehatan
seperti back pain, arthritis, infertilitas, dan fungsi psikososial yang menurun WHO, 2000 dalam Sudikno, 2010.
Indonesia dihadapkan pada kedua masalah gizi tersebut. Penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA, diare, dan campak masih merupakan
10 penyakit utama dan masih menjadi penyebab utama kematian dan tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan
dengan buruknya status gizi. Dan dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan
masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi Hadi, 2005 Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 Kemenkes, 2013
diketahui bahwa pada semua kelompok umur - balita, anak 5-18 tahun dan dewasa 18 tahun keatas- dan jenis kelamin di Indonesia mengalami masalah gizi kurang
dan lebih. Pada kelompok umur balita berdasarkan nilai Zscore, prevalensi balita kurus dan sangat kurus sebanyak 12.1 persen dan prevalensi balita gemuk sebanyak
11.9 persen. Pada usia anak usia 5 –12 tahun, 13–15tahun dan 16–18 tahun
berdasarkan IMTU masing 11.2 persen, 11,1 persen dan 11,1 persen mengalami kekurusan serta 18.8 persen, 10.8 persen dan 7,3 persen mengalami kegemukan.
Pada penduduk usia di atas 18 tahun pada penilaian menggunakan indeks massa
tubuh IMT menunjukkan terjadinya kekurusan sebanyak 8.7 persen, berat badan lebih 13.5 persen dan obesitas 15.4 persen.
Menurut Kurniasih, et al 2010, penyebab utama kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tidak seimbang. Kekurangan gizi terjadi
akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi muncul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Selain kurangnnya asupan gizi, kekurangan gizi
dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang memudahkan timbulnya penyakit infeksi, khususnya diare dan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ISPA. Adapun kelebihan gizi terjadi, terutama karena pola makan yang padat energi kalori dan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas sehingga
menimbulkan kegemukan akibat kelebihan energi. Berdasarkan Kemenkes 2013, proporsi penduduk Indonesia dengan aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara
umum mencapai 26,1 persen dengan pola konsumsi yang tidak seimbang, proporsi perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen dan perilaku konsumsi
makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak konsumsi bumbu penyedap 77,3, diikuti makanan dan minuman manis 53,1, dan makanan
berlemak 40,7. Untuk mencegah kekurangan dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan
praktik pola hidup sehat antara lain dengan pola makan berprinsip gizi seimbang. Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip 1 keanekaragaman atau variasi makanan, 2 kebersihan, 3 aktivitas fisik dan
4 berat badan normal Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014. Penerapan prinsip
gizi seimbang diharapkan dapat meningkatkan status gizi mereka dan mencapai status gizi optimal Bappenas, 2011. Untuk meningkatkan kesadaran gizi
masyarakat dalam penerapan gizi seimbang secara terpadu dan terencana dari pengetahuan, sikap dan perilaku melalui kerjasama dan kontribusi para pemangku
kepentingan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat demi tercapainya manusia Indonesia yang prima Kemenkes, 2012.
Dalam hal ini, mahasiswa Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan yang teah dibekali ilmu kesehatan dan selanjutnya menjadi sumber dan penyampai edukasi dan
informasi kepada masyarakat untuk tujuan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pedoman gizi seimbang, seharusnya telah mampu menerapkan pedoman gizi
seimbang dalam kehidupan kesehariannya. Namun, hasil penelitian pada 94 mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat yang dinilai status gizinya berdasarkan IMT menunjukkan 16 mengalami gizi kurang, 66 gizi normal dan 18 gizi lebih. Dari 94 mahasiswi
tersebut menunjukkan rata-rata asupan energi hanya 1478,8-1655,42 kkal perhari atau kurang dari jumlah asupan yang dianjurkan berdasarkan AKG 2013 yaitu 2250
kkal perhari . Dari hasil penelitian lain pada tahun yang sama, Putri 2013 pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat menunjukkan 33,3 mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat mengalami obesitas berdasarkan IMT. Dan
dari jumlah tersebut 93.8 memiliki aktivitas fisik ringan. Namun hasil penelitian ini menunjukan semua responden yang diteliti memiliki jumlah konsumsi energi
kurang dari anjuran AKG 2013 yaitu 2250 kkal perhari untuk perempuan dan 2725 untuk laki-laki usia 19-25 tahun.
Berdasarkan data-data di atas melakukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi. Pemilihan lokasi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terkait belum adanya penelitian pada mengenai status gizi dalam skala fakultas. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan hanya di Program
Studi Kesehatan Masyarakat. Selain itu mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Program Studi Pendidikan Dokter merupakan pemberi edukasi dan promosi kepada masyarakat dalam rangka memberikan kontribusi bermakna dalam
pembangunan karakter bangsa melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti yang tercantum pada Pedoman Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 20132014. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah