- 22.99 23.00 - 24.99 Gizi Seimbang Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarat Tahun 2014

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Klasifikasi Indeks Massa Tubuh IMT dalam kgm 2 Ambang Batas Dasar Ambang Batas Tambahan Berat badan kurang 18.50 18.50 Sangat kurus 16.00 16.00 Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99 Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49 Normal 18.50 - 24.99

18.50 - 22.99 23.00 - 24.99

Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00 Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49 27.50 - 29.99 Obese ≥30.00 ≥30.00 Obese I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49 32.50 - 34.99 Obese II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49 37.50 - 39.99 Obese III ≥40.00 ≥40.00 Sumber: WHO, 2006 dan dan Kementrian Kesehatan, 2011 Pada remaja usia kurang dari 18 tahun status gizi diukur menggunakan indeks IMTU Indeks Massa TubuhUmur. Status gizi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 dan Departemen Kesehatan 2010 untuk anak umur 5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai IMTU. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore ini status gizi remaja dibawah 18 tahun dikategorikan sebagai berikut. Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMTU Klasifikasi Zscore Sangat kurus -3.0 Kurus ≥ -3.0 sd -2.0 Normal ≥-2.0 sd ≤1.0 Gemuk

1.0 sd ≤ 2.0

Obesitas 2,0 Sumber: WHO, 2007 dan Departeman Kesehatan, 2010

2.2. Gizi Seimbang

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari –hari yang mengandung zat- zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, kebersihan, aktivitas fisik dan berat badan ideal Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014. Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat Soenardi, 2006. Di Indonesia, pedoman gizi seimbang mengacu pada Nutrition Guide for Balance Diet yang ditetapkan pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda mengenai gizi di Negara berkembang. Dalam konferensi ini ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia menerapkan keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4 Sehat 5 Sempurna 4S5S. Baru pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi. Kurniasih et al, 2010. Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang divisualisasi berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan piramida, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Di Indonesia, bentuk piramida di sesuai dengan budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang” TGS. Kurniasih et al, 2010. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut, dan sesuai keadaan kesehatan hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit. Tumpeng Gizi Seimbang TGS menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang, yaitu: 1 kebiasaan makan makanan beraneka ragam, 2 pola hidup bersih, 3 pola hidup aktif dan berolahraga dan 4 berat badan normal Kemenkes, 2014. Gambar 2.1. Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia Kemenkes, 2014

2.3. Prinsip Gizi Seimbang