di sel lemak dan otot. Resistensi insulin dan hiperinsulinema ini pada gilirannya akan menyebabkan perubahan metabolik, sehingga timbul
hipertensi dan dislipidemia. Resistensi insulin semakin lama semakin berat dan sekresi insulin akhirnya menurun, sehingga terjadi hiperglikemia dan
manifestasi DM tipe II Rohman, 2007. Hipertensi pada metabolic syndrome diduga terjadi akibat pengaruh
hipersinsulinemia yang meningkatan reabsorsi sodium dan air, sehingga terjadi ekspansi volume intra-vaskular. Hiperinsulinemia juga meningkatkan
aktifitas chanel Na-K ATP-ase, sehingga terjadi peningkatan natrium dan kalsium intrasel yang menyebabkan peningkatan kontraksi otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah naik Rohman, 2007. Dislipidemia pada metabolic syndrome dipengaruhi oleh resistensi
insulin. Resistensi insulin meningkatkan terjadinya lipolisis yang mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma, yang
selanjutnya meningkatkan pengeluaran asam lemak bebas kedalam hati. Ciri spesifik dislipidemia yang dipengaruhi resistensi insulin adalah peningkatan
trigliserida, penurunan HDL, peningkatan small dense LDL meskipun total LDL kadang normal Rohman, 2007.
3. Patofisiologi Metabolic Syndrome
Kerusakan organ target terjadi akibat akumulasi dari masing-masing mekanisme komponen metabolic syndrome. Sebagai contoh, hipertensi pada
metabolic syndrome meninggalkan hipertropi ventrikular, penyakit arteri peripheral lanjut, dan disfungsi ginjal Cuspidi et al., 2008. Selain itu, risiko
kumulatif metabolic syndrome menyebabkan disfungsi mikrovaskular yang hal ini mejelaskan lebih lanjut kondisi resistensi insulin dan hipertensi
meningkat Serne et al., 2007. Metabolic syndrome merupakan penyebab penyakit jantung koroner
melalui serangkaian mekanisme yaitu dengan menaikan trombogenesit pada sirkulasi darah, menaikan aktivator plasminogen tipe 1 dan tingkat adipokin
yang menyebabkan disfungsi endothelial di beberapa bagian Alessi, 2008. Metabolic syndrome juga mungkin menaikan risiko kardiovaskular
dengan menaikan kekakuan arterial Stehouwer et al., 2008.
4. Prognosis Metabolic Syndrome
Berdasarkan penelitian-penelitian, komplikasi dari metabolic syndrome sangat luas. Beberapa komplikasi berkaitan dengan sistem kardiovaskular
antara lain penyakit jantung koroner fibrilasi atrial, gagal jantung dan stenosis aorta dan struk iskemik Obunai et al., 2007.
Kekacauan metabolik pada metabolic syndrome telah berdampak pada perkembangan penyakit perlemakan hati nonalkoholik Kotronen dan Yki-
Jarvinen, 2008. Asam lemak sendiri memainkan peranan penting dalam kejadian metabolic syndrome.
Kajian lainnya menyebutkan bahwa metabolic syndrome berdampak pada penurunan kognitif dan beberapa patofisiologi penyakit yaitu obstruktif sleep
apnea, kanker payudara, kanker kolon, kanker kantung kemih, penyakit ginjal, dan kelenjar prostat Hsing et al., 2007. Selain berdampak secara
fisiologis, metabolic syndrome juga berdampak secara psikologis seperti kondisi marah dan depresi Goldbacher et al., 2007.
5. Pengukuran Komponen Metabolic Syndrome