Kadar Trigliserida Kadar Gula Darah

menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube Dawiesah, 1989.

4. Kadar Trigliserida

Pengukuran kadar trigliserida dapat dilakukan secara kuantitatif atapun kualitatif. Salah satu pengukuran kuantitatif yang digunakan untuk mengukur kadar trigliserida adalah menggunakan uji spektrofotometri. Bahan dan alat yang diperlukan antara lain : serum, tabung reaksi dan rak, dispenser 1,0 ml, mikropipet 0,01 10 µl, colorimeter dengan gelombang 500 nm 520-546 Dawiesah, 1989.

5. Kadar Gula Darah

Kadar gula darah dalam penelitian ini menggunakan alat glucometer. Alat ini bekerja dengan cara membaca elektron yang dihasilkan dari proses pemecahan glukosa menjadi glukogon. Proses pemecahan ini dilakukan oleh enzim glukosa oksidase yang terdapat dalam strip glucometer dengan cara oksidasi. Semakin banyak glukosa dalam darah yang teroksidasi menjadi glukagon maka semakin banyak elektron yang dihasilkan sehingga semakin tinggi nilai yang terbaca di alat Nesco Multicheck, 2009. Alat ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan memakai glucometer adalah waktu untuk mendapatkan hasil pemeriksaan lebih cepat, bentuk alat yang kecil sehingga mudah dibawa kemana mana, volume sampel yang dipakai sedikit. Adapun kelemahan dari alat ini adalah karena range pada alat 20 mgdl – 600 mgdl maka hasil dibawah 20 mgdl atau di atas 600 mgdl hasil tidak keluar. B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Metabolic Syndrome 1. Umur Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan Soetardjo, 2011. Jenis perhitungan umur terdiri dari umur kronologis, umur mental dan umur biologis. Adapun periodisasi biologis perkembangan manusia Soetardjo, 2011 adalah sebagai berikut :

a. 0-1 tahun : masa bayi, dimana terjadi banyak pertumbuhan dan

perkembangan mulai dari pertumbuhan fisik, pematangan struktur dan fungsi, perkembangan motorik, serta pembentukan hubungan emosional dengan ibu dan lingkungan sekitar.

b. 1-6 tahun : masa pra sekolah, dimana laju pertumbuhan menurun bila

dibandingkan masa bayi.

c. 6-10 tahun : masa sekolah, dimana tumbuh perlahan dan menunjukan

pematangan motorik kasar dan halus. Pada masa ini terbentuk sikap suka atau tidak suka terhadap makanan.

d. 10-20 tahun : masa pubertas, puncak dari tumbuh kembang baik secara

fisiologis, psikologis dan sosial. Pada masa ini pola makan dipengaruhi oleh pola makan keluarga, pengaruh teman, nafsu makan, pengaruh body image melalui media dan ketersedian pangan. Banyak penelitian epidemiologi yang menunjukan bahwa penyakit CVD dan diabetes telah dimulai pada masa ini Worthington- roberts dan Williams, 2000 dalam Soetardjo, 2011. Hal ini disebabkan sebagian besar remaja mengalami obesitas akibat pola makan tidak teratur. e. 20 – 64 tahun : masa dewasa, dimana pertumbuhan dan perkembangan prkatis tidak terjadi dan zat gizi diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit kronis. Pada umur ini beberapa orang menjadi lebih rentan terkena penyakit, terutama yang memiliki hipertensi, jantung atau berbadan gemuk baik karena keturunan atau pun akibat gaya hidup. Saat berada di umur ini harus waspada terhadap penyakit degeneratif penyakit akibat bertambahnya umur seperti jantung koroner, kolesterol, dan asam urat Soetardjo, 2011. f. 65 tahun ke atas : masa lanjut umur Senium, dimana aktivitas fisik banyak berkurang, kebutuhan gizi berkurang dan kerusakan sel-sel banyak terjadi. Penurunan fungsi tubuh banyak terjadi sehingga risiko terserang penyakit semakin tinggi. Pada umur ini tingkat kesehatan cenderung sudah menurun, karenanya seseorang rentan terkena beberapa penyakit seperti artritis, osteoporosis, penyakit jantung, gangguan memori, stroke, pembesaran prostat dan juga kanker. Beberapa penelitian menyebutkan prevalensi metabolic syndrome meningkat sesuai dengan umur. Hal ini karena makin banyaknya faktor risiko jantung koroner dan makin besar kemungkinan mengalami resistensi insulin akibat dari gaya hidup yang kurang baik yaitu pola makan buruk dan aktivitas fisik kurang yang berlangsung lama Dwipayana et al., 2011. Disamping itu, pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian National Health and Nutrition Survey di Amerika Serikat Ford, Giles, Mokdad, 2004 dalam Wang, 2012. Beberapa penelitan menyebutkan pada laki-laki, prevalensi metabolic syndrome meningkat pada umur 60 tahun sedangkan pada perempuan meningkat pada umur 50 tahun Soewondo et al., 2006. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan perubahan hormonal seperti wanita mengalami kehamilan dan menopause.

2. Jenis kelamin