Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

kebutuhan gizi semakin banyak berkurang dan kerusakan sel-sel semakin banyak terjadi. Oleh karena itu penting menyeimbangkan pola makan dengan aktivitas fisik berdasarkan umur dan jenis kelamin.

E. Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

Syndrome Sumber kalori atau energi didapatkan dari zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Pola konsumsi kalori yang baik jika perbandingan komposisi kalori antara karbohidrat, protein dan lemak sebesar 50- 65 : 10-20 : 20-30 WNPG 8, 2004. Adapun nilai total kalori mengacu kepada AKG yang diperoleh dari rumus tertentu berdasarkan umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian tabel 5.10 menggambarkan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 17,5 Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan energi melebihi AKG. Bila ditelusuri lebih lanjut dengan FFQ terlampir, dapat diketahui bahwa sebagian besar atau sebanyak 57 kelebihan energi penderita berasal dari sumber minyak 1,5-3 sendok makanhari Kemenkes RI, 2013, dan sebanyak 43 lainnya memiliki kelebihan energi yang berasal dari pangan hewani yang melebihi 2-3 porsihari. Kelompok minyak maupun pangan hewani merupakan sumber lemak. 1 gram lemak menghasilkan energi 9 kkal Tejasari, 2005. Kelompok minyak dalam FFQ terdiri dari minyak goreng, margarin, mentega dan santan, sedangkan pangan hewani terdiri dari telur, ayam, ikan segar, udang, daging kambing, daging sapi, jeroan, sosis, corned dan ikan asin. Hasil uji statistik antara asupan kalori dengan kejadian metabolic synrome diperoleh nilai p value 0,009. Dengan demikian, hipotesis penelitian diterima, yang berarti terdapat hubungan antara total kalori dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sudarminingsih et al. 2007, Dewi 2009, Kasiman 2011, Sargowo dan Andarini 2011 yang menyatakan adanya hubungan asupan kalori dengan kejadian metabolic syndrome. Disamping itu, disebutkan bahwa semakin banyak asupan makanan maka kejadian metabolic syndrome semakin meningkat. Adapun asupan makanan yang mempunyai nilai paling tinggi adalah total kalori diikuti lemak dan karbohidrat. Kalori berlebih merangsang VLDL di hati untuk mengahasilkan peningkatan trigliserida, LDL dan penurunan HDL. Hipertigliseridemia sering dihubungkan dengan berkurangnya kadar HDL pada Obesitas Sargowo dan Andarini, 2011. Kalori berlebih membentuk asam lemak bebas dan terdistirbusi dalam jumlah yang banyak didalam tubuh, sehingga menyebabkan penumpukan lemak visceral dan akhirnya menyebabkan obesitas abdominal. Disamping itu, kalori berlebih mengakibatkan kadar gula darah naik yang mengakibatkan intoleransi glukosa dan selanjutnya berdampak resitensi insulin. Baik obesitas abdominal maupun ressistensi insulin, keduanya merupakan penyebab utama terjadinya metabolic syndrome Rohman, 2007.

F. Pola Makan Protein dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic