Aktivitas Fisik Metabolic Syndrome

kejadian metabolic syndrome Ezmaillzadeh et al, 2006 dalam Jafar, 2011. c. Diet rendah karbohidrat lebih efektif dalam menurunkan kolesterol LDL dan serum trigliserida, rasio trigliseridaHDL, postprandial lipemia, glukosa darah, dan juga penurunan berat badan dibandingkan diet rendah lemak Sargowo, 2011. d. Meskipun asupan lemak Indonesia dari 20 dengan sebagian besar berasal dari lemak nabati, namun penyakit jantung koroner di Indonesia meningkat Gizi Kesmas UI, 2010. Hal ini dkarenakan terdapat kontribusi asam lemak trans yang cukup besar dari makanan gorengan yang mengakibatkan kadar asam lemak jenuh meningkat dan kolesterol meningkat Rustika, 2005 dalam Gizi Kesmas UI, 2010. e. Untuk menghambat terjadinya oksidasi LDL, diperlukan suatu mekanisme perlindungan melalui zat-zat antioksidan dalam makanan melalui konsumsi vitamin dan mineral yang cukup Anshor, 2011.

6. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Inaktifitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko terbesar pada urutan ke-4 yang mengarah kepada kematian di dunia atau sekitar 6 dari kematian di dunia WHO, 2013. Aktivitas fisik orang dewasa biasanya dibagi menjadi tiga golongan yaitu ringan, sedang dan berat. Semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Oleh karena itu, selain untuk mengetahui pengeluaran energi seseorang, aktivitas fisik juga digunakan untuk menaksir angka kebutuhan energi seseorang Khumaidi 1989 dalam Sulvina, 2008. Adapun faktor-fakrtor yang mempengaruhi aktivitas fisik antara lain : a. Umur : umur berhubungan dengan jenis aktivitas fisik. Aktivitas fisik semakin meningkat pada umur remaja sampai dewasa dan mencapai puncaknya pada umur 25-30 tahun. Selanjutnya, terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1 per tahun, namun hal ini dapat dikurangi dengan rajin berolahraga. b. Jenis kelamin : Sampai umur pubertas, aktivitas fisik remaja laki-laki hampir sama dengan remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar dibandingkan remaja perempuan. c. Pola makan : jumlah porsi dan jenis makanan berpengaruh terhadap aktivitas fisik. Contoh, makan dengan porsi yang besar dan tinggi lemak berdampak pada tubuh yang mudah lelah dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olah raga atau aktivitas lainnya.

d. Penyakit kelainan pada tubuh : Berpengaruh terhadap aktivitas fisik

karena berkaitan dengan kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobinsel darah dan serat otot. WHO 2013 menyatakan bahwa intensitas aktifitas fisik sedang seperti berjalan, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga dapat mengurangi risiko penyakit CVD, diabetes, kanker kolon dan payudara serta depresi. Disisi lain, tingkat aktifitas fisik yang adekuat akan menurunkan risiko fraktur pinggang dan membantu mengontrol berat badan. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat menjaga metabolisme normal. Pengeluaran dan pemakain energi yang dibutuhkan untuk aktivitas fisik mengurangi adanya penyimpanan glukosa dalam bentuk lemak terutama lemak di daerah abdominal yang menyebabkan obesitas abdominal serta membantu menetralkan kadar gula darah karena banyaknya yang dibakar ketika pengeluaran energi Soetardjo, 2011. Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian metabolic syndrome. Beberapa hasil penelitian tersebut antara lain menyatakan bahwa : a. Peningkatan waktu luang untuk beraktivitas fisik dari aktifitas fisik sedang menuju ke aktivitas fisik berat berhubungan dengan penurunan risiko metabolic syndrome Ilanne-Parikka, 2010. b. Seseorang berisiko tinggi yang melakukan aktifitas fisik rutin memiliki risiko yang rendah untuk terserang metabolic syndrome dibandingkan seseorang yang hanya aktifitas berjalan Lakksonen et al., 2011. c. Aktivitas fisik yang dianjurkan lebih menekankan kepada intensitasnya bukan pada volume atau lamanya dalam sekali beraktivitas Adam et al., 2012. d. Aktivitas fisik teratur pada kelompok orang yang tingkat aktivitas fisiknya sedang dan berat sangat signifikan menurunkan risiko metabolic syndrome karena dapat meningkatkan respirasi jantung dibandingkan mereka yang aktivitas fisiknya ringan sedentary. Dimananpun, aktivitas fisik ringan bahkan hanya lebih dari 1 jam perhari untuk berjalan tidak akan melindungi dari serangan metabolic syndrome Adam et al., 2012.

7. Faktor Genetik