C. Gambaran Pola Makan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi makro, yang berfungsi sebagai penyedia energi utama dalam tubuh. Zat gizi ini terdiri dari karbohidrat kompleks dan
karbohidrat sederhana. AKG karbohidrat yang dianjurkan yaitu sebanyak 50-65 dari total energi WNPG 8, 2004. Bila didapatkan asupan karbohidrat
melebihi AKG, maka hal ini dapat dikatakan berisiko WNPG 8, 2004. Hasil penelitian tabel 5.11 menggambarkan tidak satupun Anggota Klub
Senam Jatung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan karbohidrat melebihi AKG. Uji statisitik untuk mengetahui hubungan antara
karbohidrat dengan kejadian metabolic syndrome pun tidak dapat dilakukan, karena tidak terdapat paparan yang berisiko terhadap kejadian metabolic
syndrome pada responden. Selain asupan karbohidrat yang tidak melebihi AKG, responden memiliki
porsi makan karbohidrat kompleks yang sesuai dengan gizi seimbang dimana berdasarkan hasil FFQ rata-rata responden mengkonsumsi karbohidrat kompleks
yang bersumber dari makanan pokok sebanyak 6 porsi, dengan sumber utama didominasi oleh nasi, dengan rata-rata 2,5 porsi. Meskipun demikian, nasi
merupakan jenis makanan yang indeks glikemiknya tinggi, sehingga bila asupannya berlebih, hal tersebut akan berisiko bagi penderita diabetes sekaligus
metabolic syndrome. Disamping itu, gula, softdrink, kue dan biskuit yang merupakan karbohidrat sederhana juga memiliki indeks glikemik tinggi Boyle
Long, 2010.
Hasil FFQ terlampir juga menggambarkan rata-rata konsumsi gula responden per hari hanya 1 kali, begitu juga dengan kue dan biskuit, tetapi
hampir jarang untuk minuman softdrink dan madu. Bika diakumulasikan maka rata-rata konsumsi karbohidrat sederhana responden hanya 3 kali. Meskipun
belum diketahui batas frekuensi asupan karbohidrat sederhana yang berbahaya, namun asupan karbohidrat sederhana yang melebihi 10 sangat berhubungan
dengan sensitivitas insulin dan resiko diabetes tipe II, sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah telah terbukti memperbaiki kadar glukosa dan
lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan memperbaiki resistensi insulin Boyle Long, 2010.
Berkaitan dengan serat, hasil FFQ terlampir menggambarkan rata-rata konsumsi serat responden, baik yang berasal dari buah-buahan maupun yang
berasal dari sayuran sebanyak 4 porsi. Bila dibandingkan dengan pedoman gizi seimbang, tentu porsi tersebut telah sesuai, dimana anjuran sayuran sebanyak 3-5
porsi dan buah-buahan sebanyak 2-3 porsi. Porsi serat yang tepat dapat memperbaiki penangan glukosa dalam tubuh Gizi Kesmas UI, 2010 sehingga
berkontribusi dalam penurunan angka kejadian metabolic syndrome. Dalam penelitian ini, meskipun porsi serat sudah tepat, kejadian
metabolic syndrome pada anggota klub masih cukup besar. Hal tersebut mungkin terjadi karena perbaikan penganan glukosa tubuh oleh serat terhambat dengan
adanya ketidak seimbangan pada asupan makanan lainnya.
D. Gambaran Aktivitas Fisik