D. Gambaran Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi WHO, 2013. IPAQ 2005
mengkategorikan aktivitas fisik ke dalam 3 macam, yaitu aktivitas fisik tinggi, sedang dan rendah.
Hasil penelitian ini tabel 5.9 menggambarkan tidak satupun Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki
kategori aktivitas fisik rendah, yaitu jumlah aktivitas fisik 600 MET- menitminggu berdasarkan IPAQ 2005. Hal tersebut karena sebagian besar
Anggota Klub memiliki aktivitas fisik sedang, dengan total MET-nya di antara 600-3000 MET-menitminggu dan sisanya memiliki Aktivitas tinggi, dengan
total MET-nya 3000 MET-menitminggu. Anggota klub dengan nilai terendah pada kategori aktivitas fisik sedang
,yaitu 678 METs terlampir, dengan cara melakukan aktivitas intensitas berat, yaitu senam jantung sehat 1 kaliminggu, selama 1 jam dan aktivitas intensitas
ringan, yaitu berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain 1 kaliseminggu, selama 1 jam. Tidak hanya senam, Anggota klub juga mungkin beraktivitas fisik
lari cepat, sepak bola, berenang dan hal yang membuat nafas terasa berat dan jantung berdetak lebih kencang. Hal tersebut, sebagaimana disebutkan IPAQ
2005, termasuk jenis aktivitas fisik intensitas berat. Anggota klub dengan nilai terendah pada kategori aktivitas fisik tinggi,
yaitu 3029 METs terlampir, dengan cara melakukan aktivitas fisik intensitas berat, yaitu senam jantung sehat 3 kali minggu, selama 1 jam, kemudian
beraktivitas fisik intensitas sedang, seperti bersepeda laju sedang atau badminton 2 kali minggu, selama 3 jam. Aktivitas fisik intensitas sedang juga termasuk
berkebun, melakukan pekerjaan rumah tangga dan bermain-main dengan anak- anak, sebagaimana disebutkan oleh IPAQ 2005.
Aktivitas fisik yang dilakukan Anggota klub tersebut mampu mengolah kalori menjadi energi, sehingga tidak ada yang disimpan dalam bentuk sel lemak
yang menumpuk pada jaringan abdominal. Namun, penumpukan tersebut bergantung pada asupan yang diperoleh, karena bila asupan makan meningkat,
seperti pada pola makan berlebih, sedangkan pengeluaran energinya tidak ditingkatkan, maka hal itulah yang menyebabkan penumpukan lemak.
Pernyataan ini sesuai dengan Soetardjo 2011 yang menyebutkan bahwa pada tubuh manusia berlaku konsep keseimbangan energi yang dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tubuh. Semakin meningkatnya usia, maka kebutuhan aktivitas fisik semakin
menurun, karena fisiologis organ tubuh yang mulai menurun, sehingga frekuensi dan intensitas aktivitas mulai dikurangi, dan secara otomatis kecukupan gizi pun
mulai berkurang sesuai kelompok umur dan jenis kelamin. Hal ini lah yang mungkin terjadi pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat, yang sebagian besar
termasuk kelompok dewasa akhir dan lansia, dimana pola makan tidak diseimbangkan dengan kelompok umur. Pada akhirnya, meskipun aktivitas fisik
rutin, tetap tidak mampu untuk mencegah metabolic syndrome. Soetardjo 2011 yang menyebutkan, pada usia dewasa seseorang mulai
berisiko menderita penyakit degeneratif dan pada usia lansia, aktivitas fisik dan
kebutuhan gizi semakin banyak berkurang dan kerusakan sel-sel semakin banyak terjadi. Oleh karena itu penting menyeimbangkan pola makan dengan aktivitas
fisik berdasarkan umur dan jenis kelamin.
E. Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic