Obesitas Pola Makan Metabolic Syndrome

India memiliki lemak abdominal total dan intraabdominal yang lebih besar secara signifikan dibandingkan orang Kaukasian putih di Amerika Serikat Raji et al., 2001, dalam Wang, 2012. Orang India memiliki kadar trigliserida hati yang lebih tinggi, yang dihubungkan dengan kadar insulin yang tinggi dan adiponektin yang rendah dibandingkan Orang Kaukasian Putih. Kadar trigliserida tersebut berpengaruh terhadap metabolic syndrome Raji et al., 2001, dalam Wang, 2012. Penelitian yang lain menyebutkan kebanyakan negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika Northern dan Timur Tengah pada umumnya mengalami perubahan diet berupa peningkatan konsumsi lemak terutama lemak dari hewani dan gula serta asupan sereal dan serat yang rendah Wang, 2012. Ditambah lagi, adanya arus urbanisasi yang mengubah pola hidup ke arah yang buruk seperti perilaku merokok, perilaku konsumsi alkohol dan pola konsumsi yang tidak seimbang serta memiliki gaya hidup sedentari sedentary life style atau kurang aktivitas fisik Misra et al, 2001; Misra dan Khurana, 2008.

4. Obesitas

Obesitas adalah sebutan untuk orang gemuk dimana status gizinya berada pada nilai Indeks antropometri IMT 27, BBU, TBU Supariasa, 2002. Meningkatnya obesitas yang merupakan komponen utama metabolic syndrome tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti perilaku kurang aktivitas fisik dan pola konsumsi yang tidak seimbang Alberti et al., 2009. Research Triangle Institute International menyatakan adanya hubungan prevalensi obesitasberat badan lebih dengan jumlah jam yang dipakai anak- anak untuk nonton TV. Studi ini menunjukan bahwa aktivitas fisik yang kurang berpengaruh terhadap kejadian obesitas Arief, 2008 dalam Wang, 2012. Obeistas terbagi ke dalam 2 tipe yaitu obeistas tipe android dan obesitas tipe genekoid. Obesitas tipe android sering dialami oleh laki-laki dimana deposit lemak di daerah atas tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu, dan perut sedangkan obesitas tipe ginekoid sering dijumpai pada perempuan dimana deposit lemak dengan area yang sama dengan laki-laki ditambah segmen bawah bokong dan pinggul. Pada obesitas tipe android obesitas sentral, lemak berakumulasi sebagai lemak viskeral atau lemak subkutan abdomen. Kelebihan pada daerah ini berisiko mengalami metabolic syndrome dan penyakit kardiovaskular Haris et al, 2009. Obesitas ini memicu terjaidnya resistensi insulin. Berawal dari kadar adiponektin yang rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin yang terlepas dari sel adiposa dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan lemak misalnya makrofagh menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh mitokondria pada beberapa jaringan, menurunkan oksidasi asam lemak bebas, dan menyebabkan akumulasi asam lemak bebas intrasel. Kelebihan asam lemak bebas intraselular dan metabolik dapat memicu terjadi resistensi insulin bahkan hiperisulinemia dan hiperglikemia Yogiantoro, 2006.

5. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok tertentu Karjati, 1985 dalam Sulistyoningsih, 2011. Secara umum pola makan yang baik adalah bila perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak adalah 50-65 : 10-20 : 20- 30 dalam sehari. Disamping itu ditambah bebera hal sebagai berikut a. Konsumsi karbohidrat sederhana dianjurkan tidak lebih dari 10 dari konsumsi total karbohidrat WHO, 1990 dalam Gizi Kesmas UI, 2010. b. Kecukupan serat sebanyak 19-30 gkaphari bagi orang dewasa dan 10- 14 g1000 kkal bagi anak ≥ 1 tahun. Adapun rasio serat makanan tidak larut dan serat makanan larut 3 : 1, WNPG VIII, 2004. c. Proporsi asam lemak baik asam lemak jenuh, Monounsaturated Fatty Acid MUFA dan Polyunsaturated Fatty Acids PUFA maksimal 10 dari energi total. d. Proporsi protein hewani minimal seperlima 20 dari total protein. e. Konsumsi kolesterol dianjurkan 300 mghari Guthrie, 1989 dalam Gizi Kesmas UI, 2010. Disamping perbandingan proporsi zat gizi perhari, secara kualitatif, pola makan yang baik adalah pola makan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan BB ideal Danone Institute, 2009. Gizi seimbang divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang TGS, yang terdiri atas potongan-potongan tumpeng. 1 potongan besar merupakan golongan makanan karbohidrat, 2 potongan sedang merupakan golongan sayuran dan buah, 2 potongan kecil di atasnya yang merupakan golongan protein hewani dan nabati biji-bijian, telur, ikan, susu, dll. dan potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak seperlunya Danone Institute, 2009. Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari. Karbohidrat dikonsumsi 3 - 8 porsi, sayuran 3 - 5 porsi, buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2 - 3 porsi. Konsumsi ini dibagi untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi makanan per harinya serta minum air putih yang idealnya dikonsumsi 2 liter atau 8 gelas sehari perlu dilakukan dilakukan. Disamping makanan, melakukan aktivitas fisik dan rutin mengontrol berat badan juga perlu dilakukan Danone Institute, 2009. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pola makan berdasarkan asupan energi, total protein, total lemak dan total karbohidrat yang dikonsumsi melebihi AKG berhubungan dengan kejadian metabolic syndrome. Disamping itu, terdapat juga hubungan pola makan berdasarkan komposisi bahan makanan yaitu protein hewani dan karbohidrat sederhana yang dikonsumsi melebihi AKG dengan kejadian metabolic syndrome Sudarminingsih et al., 2007. Penelitian diatas menyatakan bahwa pola makan berlebih berdampak pada distribusi lemak berlebih dan kadar gula darah abnormal yang menyebabkan penumpukan lemak viskeral dan akhirnya menyebabkan obesitas abdominal serta intoleransi glukosa. Hal tersebut diperkuat oleh beberapa penelitian yang menyatakan asupan makanan berpengaruh terhadap metabolic syndrome, dimana semakin banyak asupan makanan, maka kejadian metabolic syndrome semakin meningkat. Adapun asupan makanan yang mempunyai nilai paling tinggi adalah total kalori, diikuti lemak dan karbohidrat Kasiman, 2011; Sargowo dan Andarini, 2011; Dewi , 2009. Selanjutnya beberapa penelitian lain dikemukakan dalam beberapa poin sebagai berikut : a. Konsumsi karbohidrat kompleks atau gula dengan pemanis yang rendah energi direkomendasikan dalam mengurangi asupan energi dan menurunkan berat badan yang berarti menurunkan angka obesitas Vermunt et al, 2003 dalam Jafar, 2011. b. Konsumsi tinggi serat berkontribusi menurunkan kadar kolesterol yang berhubungan dengan penyakit degeneratif termasuk metabolic syndrome. Hal tersebut karena serat larut air mengikat asam empedu produk akhir kolesterol untuk selanjutnya dibuang bersama tinja. Disamping itu, serat larut air menurunkan konsentrasi CRP yang merupakan marker inflamasi yang memiliki efek menguntungkan pada kejadian metabolic syndrome Ezmaillzadeh et al, 2006 dalam Jafar, 2011. c. Diet rendah karbohidrat lebih efektif dalam menurunkan kolesterol LDL dan serum trigliserida, rasio trigliseridaHDL, postprandial lipemia, glukosa darah, dan juga penurunan berat badan dibandingkan diet rendah lemak Sargowo, 2011. d. Meskipun asupan lemak Indonesia dari 20 dengan sebagian besar berasal dari lemak nabati, namun penyakit jantung koroner di Indonesia meningkat Gizi Kesmas UI, 2010. Hal ini dkarenakan terdapat kontribusi asam lemak trans yang cukup besar dari makanan gorengan yang mengakibatkan kadar asam lemak jenuh meningkat dan kolesterol meningkat Rustika, 2005 dalam Gizi Kesmas UI, 2010. e. Untuk menghambat terjadinya oksidasi LDL, diperlukan suatu mekanisme perlindungan melalui zat-zat antioksidan dalam makanan melalui konsumsi vitamin dan mineral yang cukup Anshor, 2011.

6. Aktivitas Fisik