Menanggapi Informasi yang Didengar sebagai Bahan Perbaikan Program

157 Membangun Bangsa Melalui Pendidikan Banyaknya sekolah dengan menawarkan janji muluk dengan sekian keterampilan dan kesempatan kerja, membuat lulusan selalu berpikir instan. Banyak juga yang meragukan dan mempertanyakan mengapa sekarang pendidikan justru cenderung komersil. Tingginya biaya pendidikan hanya dapat dinikmati orang-orang yang mempunyai uang. Padahal kualitas juga perlu dipertanyakan. Kehadiran sekolah diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang ada di negeri ini, yang terjadi justru sebaliknya. Pendidikan menjadi masalah yang terus-menerus tiada habisnya. Ini dapat kita lihat dari jumlah lulusan setiap tahun yang tidak berimbang dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Sering kita dengar suara-suara miring, dengan menjadi sarjana berarti siap menjadi pengangguran. Masyarakat harus menyadari dan memahami, pendidikan tidak harus berorientasi pada kerja. Sebuah ironi tersendiri jika seseorang setelah menyelesaikan pendidikan dan berhasil justru menjadi mafia pendidikan. Sebenarnya yang menjadi harapan kita adalah bagaimana dengan menikmati pendidikan formal, khususnya, para lulusan mampu menempatkan manusia pada tempatnya, dengan kata lain memanusia- kan manusia. Lalu bagaimana dengan masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Mereka juga perlu pendidikan. Namun biaya pendidikan terlalu tinggi. Jangankan biaya pendidikan, untuk makan pun sulit. Lucu memang Negara yang besar dan berdaulat serta memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah, ternyata rakyat-nya hanya mampu menonton dan melihat pendidikan sebagai lembaga yang menjadi aset yang diperjualbelikan. Mahalnya biaya pendidikan telah membuat ribuan anak negeri putus sekolah. Gambar 12 Pendidikan bisa didapatkan dengan mengikuti kursus. S u m b e r: F o to H a ry a n a 158 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Pelatihan Besarnya biaya pendidikan, disadari atau tidak telah membuat martabat bangsa turun. Tingginya angka putus sekolah dan peng- angguran menjadikan negara semakin jauh dari harapan bersama. Tekad pemerintah memberantas kebodohan tanpa ditindaklanjuti dengan kebijakan yang mengarah pada sistem pendidikan. Di satu sisi, pemerintah menginginkan anak-anak Indonesia tidak bodoh. Di sisi lain, biaya pendidikan yang tidak terjangkau masyarakat. Untuk itu, mungkin dengan mengembalikan pendidikan pada substansi awal adalah jawaban. Masyarakat harus diingatkan bahwa pendidikan tidak harus di sekolah. Masyarakat tidak harus memaksakan untuk mendapatkan pendidikan formal. Bahkan pendidikan nonformal kadang justru dapat memberi nilai lebih dan bermanfaat. Oleh: Fauzan Sumber: http:www.solopos.net, tanggal 25 Agustus 2007

2. Merangkum Isi Seluruh Artikel

Berdasarkan catatan dalam format 7.1, rangkumlah isi seluruh artikel yang telah Anda baca dalam beberapa kalimat. Tulislah di buku tugas dengan bahasa yang baik, benar, jelas, dan mudah dipahami Anda sudah mempelajari menemukan gagasan dan pikiran penulis tiap paragraf dan merangkum isi seluruh artikel 1. Cari artikel dari internet Jika di tempat Anda belum terjangkau fasilitas internet, cari artikel di media cetak 2. Baca artikel yang Anda temukan Sambil membaca, buatlah catatan seperti dalam format 7.1 3. Berdasarkan catatan tersebut, buatlah rangkuman isi artikel yang Anda baca 4. Tukarkan dengan hasil tulisan teman Anda di sekolah

C. Mengidentifikasi Makna Kata dan Makna Bentuk Lingual Lain

Tujuan Pembelajaran Anda diharapkan mampumembedakan kata-kata yang bersinonim, berantonim, berhomonim, berhomograf, berhomofon, berhiponim, berpolisemi, mengalami peyorasi, ameliorasi, perluasan dan penyempitan makna, serta menentukan makna asosiasi dan sinestesia. 159 Membangun Bangsa Melalui Pendidikan 1. Membedakan Kata Bersinonim, Berantonim, Berhomonim, Berhomograf, Berhomofon, Berhiponim, dan Berpolisemi a. Kata yang Bersinonim Suatu kata yang mempunyai makna yang sama dan dapat saling meng- gantikan disebut dengan sinonim. Contoh: benar = betul Contoh dalam kalimat: - Jawaban Anda benar. - Jawaban Anda betul. Kadang ada juga kata-kata yang awalnya bermakna sama, tetapi kemudian menjadi berbeda makna karena pengaruh makna konotasi yang terkandung dalam kata itu. Contoh: kata buruh, pegawai, karyawan. Kata-kata jenis ini termasuk kata bersinonim yang bernuansa. b. Kata yang Berantonim Antonim maksudnya adalah kata yang berbeda atau berlawanan maknanya. Jenis-jenis kata antonim ini dapat dibedakan menjadi berikut ini. 1 Antonim kembar, yaitu antonim yang melibatkan pertentangan antara dua kata. Contoh: hidup mati 2 Antonim majemuk, yaitu antonim yang melibatkan pertentangan antara banyak kata. Contoh: - Sepatu itu tidak merah. Oleh karenanya, kalimat itu mencakup pengertian bahwa sepatu itu putih, sepatu itu cokelat, dan sebagainya. 3 Antonim gradual, yaitu pertentangan dua kata dengan melibatkan beberapa tingkatan. Contoh: - Rumah itu sederhana. Contoh kalimat di atas bisa bermakna: tidak mewah dan sangat sederhana. 4 Antonim hierarkis, yaitu pertentangan antara kata-kata yang maknanya berada dalam posisi bertingkat. Contoh: Januari-Februari-Maret, April, dan sebagainya. 5 Antonim relasional, yaitu pertentangan antara dua buah kata yang kehadirannya saling berhubungan. Contoh: suami-istri c. Kata Berhomonim Kata- kata yang bentuk dan cara pelafalannya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda disebut dengan kata berhomonim. Contoh: - kata genting Contoh dalam kalimat: - Karena terjadi kerusuhan, Kota Ambon dalam keadaan genting. gawat - Ayah sedang memperbaiki genting yang bocor. atap 160 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa d. Kata yang Berhomograf Kata-kata yang tulisannya sama tetapi pelafalan dan maknanya berbeda sering dikatakan sebagai kata yang berhomograf. Contoh: kata apel Contoh dalam kalimat: - Adik suka makan buah apel. - Karyawan itu wajib mengikuti apel pagi. e. Kata yang Berhomofon Kata-kata yang cara pelafalannya sama tetapi penulisan dan maknanya berbeda sering disebut dengan homofon. Contoh: kata bang Contoh dalam kalimat: - Bang Yogi naik sepeda motor. - Ayah pergi ke bank untuk menyetor tabungan. f. Kata yang Berhiponim Kata-kata yang mempunyai hubungan antara makna spesifik dan makna generik. Contoh: - ayam, kucing, kelinci, kuda merupakan hiponim dari hewan - melati, mawar, anggrek, kenanga merupakan hiponim dari bunga g. Kata yang Berpolisemi Dalam bahasa Indonesia, sering dijumpai kata-kata yang menanggung beban makna yang begitu banyak. Inilah yang disebut polisemi. Misalnya, kata kepala. Dari kata kepala ini dapat dijabarkan menjadi berikut ini. 1 Bagian atas suatu benda, contoh: kepala surat. 2 Sebagai kiasan atau ungkapan, contoh: kepala batu. 3 Berarti pemimpin, contoh: kepala negara.

2. Membedakan Kata yang Mengalami Peyorasi-Ameliorasi dan Perluasan-Penyempitan Makna

Kata yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia seringkali mengalami perubahan makna, di antara adalah perluasan, penyempitan, peninggian, perendahan, dan sebagainya. a. Peyorasi, maksudnya adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih rendah daripada kata sebelumnya. Contoh: - kroni Kata sebelumnya bermakna sahabat, sedangkan makna baru berarti kawan dari seorang penjahat.