Makna Lugas Makna Kias Melisankan Gurindam XII dengan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Sesuai

44 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa III Apabila terpelihara lidah niscaya dapat daripadanya paedah Apabila perut terlalu penuh Keluarlah fiil yang tiada senunuh IV Hati itu kerajaan di dalam tubuh jikalau lalim, segala anggota pun rubuh Pekerjaan marah jangan dibela nanti hilang akal di kepala V Jika hendak mengenal orang yang berilmu bertanya dan belajar tiadalah jemu Jika hendak mengenal orang yang berakal di dalam dunia mengambil bekal VI Cahari olehmu akan sahabat yang boleh dijadikan obat Cahari olehmu akan guru yang boleh tahukan tiap seteru VII Apabila banyak berkata-kata di situlah jalan masuknya dusta Apabila anak tidak dilatih jika besar bapaknya letih VIII Kepada dirinya ia aniaya orang itu jangan engkau percaya Keaiban orang jangan dibuka keaiban diri hendaklah sangka 45 Pencemaran Lingkungan, Perlu Solusi yang Tepat IX Perkumpulan laki-laki dengan perempuan di situlah syaitan punya jamuan Jika orang muda kuat berguru dengan syaitan jadi berseteru X Dengan bapa jangan durhaka supaya Allah tidak murka Dengan ibu hendaklah hormat supaya badan dapat selamat XI Hendaknya jadi kepala buang perangai yang cela Hendaklah memegang amanat buanglah segala khianat XII Ingatkan dirinya mati itulah asal berbuat bakti Akhirat itu terlalu nyata kepada hati yang tidak buta Kedua belas pasal “Gurindam Dua Belas” tersebut berisi nasihat tentang agama, budi pekerti, pendidikan, moral, dan tingkah laku. Pasal I dan II memberi nasihat tentang agama religius. Pasal III tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya. Pasal IV tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati nurani dan akal pikiran budi. Pasal V tentang pentingnya pendidikan dan memper- luas pergaulan dengan kaum terpelajar. Pasal VI tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk. Pasal VII berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak- anaknya sejak kecil dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri. Pasal VIII berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk terhadap sese- 46 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa orang. Pasal IX berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin beribadah agar kuat imannya. Pasal X berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya. Pasal XI berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat. Pasal XII terakhir berisi nasihat keagamaan, agar manusia selalu ingat hari kematian dan kehidupan di akhirat. Sumber: Apresiasi Puisi oleh Herman J. Waluyo, hal. 46 – 49.

2. Menjelaskan Diksi Gurindam Dihubungkan dengan Konteks

Diksi pilihan kata yang dibacakan sang penyair dalam penulisan gurindam sungguh istimewa. Berhubungan dengan konteks keimanan dan budi pekerti, Raja Ali Haji menuliskan gurindamnya dengan pilihan atau dengan idiom- idiom keagamaan, terutama dalam bahasa Arab. Kata Allah, akhirat, sembahyang, zakat, berkat, faedah, fiil, syaitan, tidak asing dalam gurindam tersebut. Di samping itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang sangat serasi, baris pertama dan kedua dalam setiap baitnya selalu diakhiri dengan bunyi yang sama. Jika dicermati, terbukti bahwa yang sama itu bukan hanya huruf akhirnya, tetapi juga suku katanya.

3. Menyimpulkan Isi Gurindam

Menyimpulkan isi gurindam berarti merumuskan inti maksud yang terkandung dalam hati penyair dengan ditulisnya bait-bait gurindam tersebut. Pada umumnya, kesimpulan lebih pendek daripada wacana yang disimpulkan. Akan tetapi, tidaklah demikian dalam gurindam. Dua baris dalam satu bait yang saling berkorespondensi dan menunjukkan hubungan sebab akibat sesungguhnya sudah merupakan kristal pemikiran penyair. Oleh karenanya, menyimpulkan isi gurindam sangat mungkin tidak sehemat penyair dalam menuliskan gurindamnya.

4. Menjelaskan Gurindam sebagai Karya Sastra yang Khas

Puisi-puisi lama yang sezaman dengan gurindam adalah pantun dan syair. Gurindam termasuk karya sastra yang khas pada zamannya. Kekhasan itu dapat dilihat dalam ciri-ciri yang dimilikinya. Anda telah mengetahui, bukan? Coba bandingkan dengan ciri-ciri pantun dan syair berikuti ini. Ciri-ciri pantun adalah: a. terdiri atas empat baris, b. tiap baris terdiri atas 8 - 12 suku kata, 47 Pencemaran Lingkungan, Perlu Solusi yang Tepat Pelatihan c. dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris kedua merupakan isi, d. rima berakhir dengan pola abab. Ciri-ciri syair adalah: a. terdiri atas empat baris, b. tiap baris terdiri atas 8-10 suku kata, c. tidak memiliki sampiran dan isi, semua merupakan isi, d. berima akhir a-a-a-a. Anda sudah mempelajari cara melisankan Gurindam XII dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai, menjelaskan diksinya, menyimpulkan isinya, serta menjelaskannya sebagai bentuk karya sastra yang khas pada masanya. Nah, agar lebih terasah kemampuan Anda kerjakan perintah- perintah di bawah ini Bacalah secara lisan Gurindam XII di depan teman-teman Anda

B. Menulis Prinsip-prinsip Kritik terhadap Karya Sastra Indonesia

Tujuan Pembelajaran Anda diharapkan mampu menyusun sinopsis karya sastra, mendeskripsikan unsur- unsur pembentuknya, membahasnya, dan menilainya.

1. Menyusun Sinopsis Karya Sastra

Sinopsis adalah ringkasan cerita. Semua jenis karya sastra dapat dibuat sinopsis, kecuali puisi. Hal ini karena puisi merupakan karya sastra dengan bahasa singkat, terdiri atas larik-larik dan bait-bait yang berirama dan bersajak, merupakan ekspresi perasaan dan pikiran yang tidak mengandung cerita. Ada juga puisi yang mengandung cerita, berisi kisah-kisah perjalanan, pengembara- an, petualangan. Puisi jenis itu disebut balada. Akan tetapi, karena kesingkatan dan penataannya dalam pembarisan dan pembatasan, balada bukan disinopsiskan melainkan diparafrasekan. Karya sastra yang dapat dibuat sinopsisnya adalah bentuk prosa dan naskah drama, karena keduanya mengandung untaian cerita. Sebuah cerita konven- sional umum memiliki tema, penokohan, setinglatar, plotalur, dan amanat. Sinopsis sebaiknya dimulai dengan identitas buku yang terdiri atas judul buku, nama pengarang, tahun terbit, kota penerbitan, tahun terbit. Coba Anda cermati contoh sinopsis berikut ini 48 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Di Bawah Lindungan Ka’bah Pengarang : Hamka Penerbit : Bulan Bintang Tahun : 938; Cetakan XIII, 1978 Tanpa memberi tahu siapa pun, Hamid meninggalkan kampungnya menuju Siantar, Medan. Kepergiannya kali ini bukan lagi untuk menuntut ilmu di sekolah, seperti yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Hamid, ibarat orang sudah “jatuh tertimpa tangga pula”. Setelah Haji Jafar, orang yang selama ini banyak menolongnya, berpulang ke Rahmatullah, tak lama kemudian ibu kandung yang dicintainya menyusul pula ke alam baka. Hamid kini tinggal sebatang kara. Ayahnya telah meninggal ketika ia berusia empat tahun. Dalam kemalangannya ilu, Mamak Asiah dan anaknya, Zainab, tetap menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Oleh karena itu, Mak Asiah begitu yakin terhadap Hamid untuk dapat membujuk Zainab agar mau dikawinkan dengan saudara dari pihak mendiang suaminya. Dengan berat hati, Hamid mengutarakan maksud itu walaupun yang sebenarnya, ia sangat mencintai Zainab. Namun, karena Zainab anal, orang kaya di kampung itu, ia tak berani mengutarakan rasa cintanya itu. Setibanya di Medan, Hamid sempat menulis surat kepada Zainab. Isi surat it mengandung arti yang sangat dalam tentang perasaan hatinya. Namun, apa mau dikata, ibarat bumi dengan langit; rasanya tak mungkin keduanya dapat bersatu. Meninggalkan kampung halamannya berikut orang yang dicintainya adalah salah satu jalan terbaik. Begitu menurut pikiran Hamid. Dari Medan, Hamid meneruskan perjalanan ke Singapura dan akhirnya sampailah ia di tanah suci, Mekah. Di Mekah ia tinggal pada seorang Syekh, yang pekerjaannya menyewakan tempat bagi orang- orang yang akan menunaikan ibadah haji. Telah setahun Hamid tinggal di kota suci itu. Pada musim haji, banyaklah orang datang dari berbagai penjuru. Tanpa diduganya, teman sekampungnya, menyewa pula tempat Syekh itu. Orang yang baru datang itu bernama Saleh, suami Rosna, yang hendak menuntut ilmu agama di Mesir setelah ibadah haji selesai. Dari pertemuan yang tak disangka-sangka itu, ternyata banyak sekali berita dari kampung halaman terutama berita tentang Zainab yang sejak ditinggalkan Hamid dan tidak jadi dikawinkan dengan saudara ayahnya itu, kini sedang dalam keadaan sakit-sakitan. Hamid sangat senang hatinya mendengar kabar itu, tetapi ia harus menyelesaikan ibadah hajinya yang tinggal beberapa hari. Ia bermaksud segera pulang ke kampung. Sementara itu Saleh, teman Hamid, segera mengirim surat kepada istrinya. Surat Saleh diterima istrinya yang segera pula