Menyimpulkan Isi Gurindam Bahasa Dan Sastra Indonesia 3 Bahasa Kelas 12 Muhammad Rohmadi Yuli Kusumawati 2008

48 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Di Bawah Lindungan Ka’bah Pengarang : Hamka Penerbit : Bulan Bintang Tahun : 938; Cetakan XIII, 1978 Tanpa memberi tahu siapa pun, Hamid meninggalkan kampungnya menuju Siantar, Medan. Kepergiannya kali ini bukan lagi untuk menuntut ilmu di sekolah, seperti yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu. Hamid, ibarat orang sudah “jatuh tertimpa tangga pula”. Setelah Haji Jafar, orang yang selama ini banyak menolongnya, berpulang ke Rahmatullah, tak lama kemudian ibu kandung yang dicintainya menyusul pula ke alam baka. Hamid kini tinggal sebatang kara. Ayahnya telah meninggal ketika ia berusia empat tahun. Dalam kemalangannya ilu, Mamak Asiah dan anaknya, Zainab, tetap menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Oleh karena itu, Mak Asiah begitu yakin terhadap Hamid untuk dapat membujuk Zainab agar mau dikawinkan dengan saudara dari pihak mendiang suaminya. Dengan berat hati, Hamid mengutarakan maksud itu walaupun yang sebenarnya, ia sangat mencintai Zainab. Namun, karena Zainab anal, orang kaya di kampung itu, ia tak berani mengutarakan rasa cintanya itu. Setibanya di Medan, Hamid sempat menulis surat kepada Zainab. Isi surat it mengandung arti yang sangat dalam tentang perasaan hatinya. Namun, apa mau dikata, ibarat bumi dengan langit; rasanya tak mungkin keduanya dapat bersatu. Meninggalkan kampung halamannya berikut orang yang dicintainya adalah salah satu jalan terbaik. Begitu menurut pikiran Hamid. Dari Medan, Hamid meneruskan perjalanan ke Singapura dan akhirnya sampailah ia di tanah suci, Mekah. Di Mekah ia tinggal pada seorang Syekh, yang pekerjaannya menyewakan tempat bagi orang- orang yang akan menunaikan ibadah haji. Telah setahun Hamid tinggal di kota suci itu. Pada musim haji, banyaklah orang datang dari berbagai penjuru. Tanpa diduganya, teman sekampungnya, menyewa pula tempat Syekh itu. Orang yang baru datang itu bernama Saleh, suami Rosna, yang hendak menuntut ilmu agama di Mesir setelah ibadah haji selesai. Dari pertemuan yang tak disangka-sangka itu, ternyata banyak sekali berita dari kampung halaman terutama berita tentang Zainab yang sejak ditinggalkan Hamid dan tidak jadi dikawinkan dengan saudara ayahnya itu, kini sedang dalam keadaan sakit-sakitan. Hamid sangat senang hatinya mendengar kabar itu, tetapi ia harus menyelesaikan ibadah hajinya yang tinggal beberapa hari. Ia bermaksud segera pulang ke kampung. Sementara itu Saleh, teman Hamid, segera mengirim surat kepada istrinya. Surat Saleh diterima istrinya yang segera pula