Menyusun Sinopsis Karya Sastra

49 Pencemaran Lingkungan, Perlu Solusi yang Tepat Pelatihan memberitahukannya kepada Zainab. Alangkah senang hati Zainab mengetahui bahwa orang yang dicintainya ternyata masih ada. Namun, penyakit yang diderita Zainab makin hari makin parah. Dengan segala kekuatan tenaganya, ia menulis surat untuk orang yang dikasihinya. Surat yang dikirim Zainab diterima Hamid. Namun, rupanya isi surat itu sangat mempengaruhinya. Dua hari setelah itu, bersamaan dengan keberangkatan para jemaah haji ke Arafah guna mengerjakan wukuf, kesehatan Hamid terganggu. Walaupun demikian, Hamid tetap menjalankan perintah suci itu. Sekembalinya Hamid dari Arafah, suhu badannya semakin tinggi. Apalagi di Arafah, udaranya sangat panas Hamid tak mau menyentuh makanan sehingga badannya menjadi lemah. Pada saat yang sama, surat dari Rosna diterima Saleh yang menerangkan bahwa Zainab telah wafat. Kendati Hamid dalam keadaan lemah, ia mengetahui bahwa ada surat dari kampungnya. Firasatnya begitu kuat pada berita surat yang disembunyikan Saleh. Hamid menanyakan isi surat itu. Dengan berat hati Saleh menerangkan musibah kematian Zainab. Jadi Zainab telah dahulu dari kita?” tanyanya pula. Ketika akan berangkat ke Mina, Hamid tak sadarkan diri. Temannya, Saleh, terpaksa mengupah orang Badui untuk membawa Hamid ke Mina. Dari situ mereka menuju Masjidil Haram kemudian mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali. Tepat di antara pintu Kabah dengan Batu Hitam, kedua orang Badui itu diminta berhenti. Hamid mengulurkan tangannya, memegang kiswah sambil memanjatkan doa yang panjang: “Ya Rabbi, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih dan Penyayang” Semakin lama suara Hamid semakin terdengar pelan. Sesaat kemudian, Hamid menutup matanya untuk selama-lamanya. Sumber: Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern, Grasindo, 1992 Cari dan bacalah sebuah novel sastra yang mengangkat tema seputar keimanan dan ketakwaan yang ada di perpustakaan sekolah Sambil mem- baca, buatlah sinopsisnya Pada pertemuan berikutnya, kumpulkan pada Guru untuk diperiksa. 50 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Pelatihan

2. Mendeskripsikan Unsur-unsur Pembentuk Cerita dalam Karya Sastra

Unsur-unsur yang terdapat di dalam suatu karya sastra disebut dengan unsur intrinsik. Unsur-unsur inilah yang menjadi pembentuk cerita, yang terdiri atas tema, penokohan, setinglatar, plotalur, dan amanat. Semua unsur tersebut, terkait dangat erat sehingga menjadikan cerita utuh dan padu. Tema merupakan garis besar inti cerita. Penokohan merupakan gambaran tokoh-tokoh pendukung cerita lengkap dengan karakteristiknya. Seting adalah tempat dan waktu bergulirnya untaian peristiwa cerita beserta suasana yang ada dalam cerita tersebut. Plot merupakan aliran jalan cerita yang digunakan pengarang dalam mengungkapkan ceritanya, sedangkan amanat adalah pesan- pesan moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui tokoh- tokoh ceritanya.

3. Membahas Karya Sastra yang Dideskripsikan

Pembahasan terhadap suatu karya sastra menyangkut tentang hal-hal yang menarik, menonjol, dan istimewa dalam karya sastra tersebut. Jadi, merupakan penggarisbawahan dari salah satu faktor intrinsik. Hal ini sifatnya relatif, tergantung karya sastra yang dibahas sekaligus pembahasnya. Berdasarkan sinopsis dari novel yang Anda susun, coba deskripiskan unsur-unsur pembentuk ceritanya Selanjutnya, bahaslah segi-segi tertentu yang menurut Anda penting, menarik, dan istimewa

4. Menilai Karya Sastra yang Dibahas

Penilaian terhadap karya sastra yang telah dibahas di atas merupakan kegiatan yang disebut kritik sastra. Kritik sastra adalah menilai kualitas karya sastra secara objektif, baik buruknya dan kekuatan serta kelemahan karya tersebut. Kritik sastra dapat dilakukan dengan menelaah karya sastra tertentu tanpa menyinggung sosok sastrawannya. Akan tetapi, dapat juga dilakukan dengan menyorot figur sang sastrawan. Pengarang sebagai kreator dan karya sastra sebagai cermin pribadi pengarang dikaji sama intensnya. Hal ini acap dilakukan oleh Dr. H.B. Jassin, kritikus sastra Indonesia yang sangat terkenal yang memelopori perkembangan kritik sastra di Indonesia. Berikut ini disajikan contoh kritik sastra. Coba Anda bacalah secara intensif 51 Pencemaran Lingkungan, Perlu Solusi yang Tepat Sedikit Sejarah Rustam Effendi ....................................................................................................... Drama bersajak Bebasari oleh Rustam Effendi adalah penting sebagai hasil usaha mencobakan bentuk baru dalam kesusastraan Indonesia. Di sini syair mendapat bentuk baru, digunakan dalam per- cakapan-percakapan suatu cerita berbentuk tonil. Dengan sekaligus di sini dilakukan dua percobaan, yakni pertama syair yang bersifat cerita buat yang pertama kali dipakai untuk menyatakan pikiran dan perasaan sebagai pengucapan cita-cita kebangsaan dan kedua bentuk sandiwara buat pertama kali dimasukkan pula dalam kesusastraan Indonesia. Drama bersajak ini tidak asing dalam kesusastraan dunia kalau kita mengarahkan pandangan kita ke Yunani dengan penulis-penulis dramanya Aeskylos, Sofokles, Euripides, ke Jerman dengan Goethe dan Schiller, dan ke Inggris dengan Shakespheare. Dalam drama Bebasari dengan mudah kita melihat simbolik hasrat bangsa Indonesia yang hendak merdeka. Bebasari, perkataan bebas ada dalamnya. Rustam tidak mengambil sesuatu tokoh dalam sejarah seperti Sanusi Pane dan Muhammad Yamin. Pemain-pemainnya hanya perlambang-perlambang. Rawana, raksasa yang zalim, kita kenali sebagai penjajah, yang telah merampas kemerdekaan Bebasari, per- lambang Indonesia; sedangkan Bujangga ialah putra Indonesia. Semangat berontak dan hasrat kemerdekaan menjadi suara dasar drama ini. Berkata Bujangga: Setiap pohon di dalam belukar Dari pucuknya lalu ke akar, Setiap batu di dalam sungai, Setiap buih ombak di pantai, Setiap sinar syamsu yang permai, Setiap bunyi di tengah ngarai, Itulah rakyat pembala aku, Karena itu tanah airku, Disuarankan moyang bapa dan ibu, Sedarah sedaging dengan jiwaku. Menggetarkan hati penjajah tenaga sugestif yang terkandung dalam perkataan Esa dan Arma: Tuhanku Raja raksasa, Terbanglah cepat naik angkasa, 52 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Tinggalkan taman dari yang indah, Sampai waktunya kita bertahta, Tangkas perangnya, maksudnya sakti, Musuh berkeris senajata hati, Hilang satu, timbul seratus, Segala insan menentang angus. Dan apakah meragu-ragukan kata amanat dari Bebasari ini? Kakanda, dari zaman berganti zaman, Tetap hatiku menanti tuan, Kakanda bakal membawa merdeka, Sebab cintamu kepada loka. Susah payah tuan kemari, Menyeberangi darah menempuh duri. O, kakanda, junjungan beta, Tidak kemenangan dapat dipinta. Tiap pekerjaan meminta korban, Tiap asmara melupakan badan. Adapun kita hidup di sini, Selintas lalu sebagai mimpi, Selama hidup tak putus perang, Itulah kehendak zaman sekarang, Asmara sayap usaha yang tinggi, Asmara kepada bangsa sendiri. Di dalam kumpulan sajak-sajak Rustam Effendi Percikan Per- menungan banyak orang akan bersua dengan perasaan-perasaan yang akan dianggap oleh Angkatan 45 sentimentil, penggunaan bahasa yang berlebih-lebihan sehingga dirasa sebagai permainan kata, tanda-tanda baca yang tidak perlu dan ini memang perbedaan paham yang sewajar- nya yang jika diingat, bahwa antara Rustam Effendi dengan Angkatan 45 ada jarak waktu 20 tahun yang mengalir cepat dan diisi oleh kejadian-kejadian sejarah yang hebat-hebat. Cinta kepada ibu, cinta kepada kampung halaman, asmara remaja, kesedihan dan sedu sedan, hanya dianggap cukup baik bagi pemuda yang berangkat dewasa dan adalah pengalaman-pengalaman prive yang