Membedakan Kata yang Mengalami Peyorasi-Ameliorasi dan Perluasan-Penyempitan Makna

162 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa

II. Kompetensi Bersastra

A. Mengomentari Unsur-unsur Intrinsik Berbahasa dalam Drama Indonesia yang Memiliki Warna LokalDaerah Tujuan Pembelajaran Anda diharapkan mampu mengomentari tokoh, perwatakan, latar, plot, tema dan perilaku berbahasa dalam drama Indonesia yang memiliki warna lokaldaerah. Pada subtema ini Anda akan diberikan wacana tentang petikan naskah drama yang berjudul “Petang di Taman” karya Iwan Simatupang. Perlu diketahui Iwan Simatupang adalah orang yang tekun di dunia sastra, meskipun ia mengenyam pendidikan sebagai di fakultas kedokteran. Ia terlahir sebagai keturunan Batak. Nah, sekarang berilah komentar Anda terhadap perilaku tokoh, perwatakan, alur, plot, tema, dan keseharian salah satu teks drama. Perhatikan teks dialog singkat berikut ini PETANG DI TAMAN Karya : Iwan Simatupang pemeran : ot : orang tua lsb : lelaki setengah baya pb : penjual balon w : wanita Berlaku di sebuah taman, dalam jangka waktu satu jam terus menerus taman, bangku, ot masuk, batuk-batuk duduk di bangku lsb masuk, kemudian duduk juga di bangku lsb : Mau hujan ot : Apa? lsb : Hari mau hujan, langit mendung. ot : Ini musim hujan? lsb : Bukan. Musim kemarau. ot : Di musim kemarau hujan tak turun. lsb : Kata siapa? bunyi guruh ot : Ini bulan apa? lsb : Entah. 163 Membangun Bangsa Melalui Pendidikan ot : Kalau begitu, saya benar. Ini musim hujan. lsb : Ini bulan apa? ot : Entah. lsb : Nah, kalau begitu, saya yang benar. Ini musim kemarau. ot : Salah seorang dari kita musti benar. lsb : Kalau begitu, saya saja yang kalah ini musim hujan. ot : Oh, tidak…tidak, yang lebih tua mesti tahu diri dan mau mengalah. Ini musim kemarau. lsb : Ah...tidak…tidak pak tua, yang lebih muda mesti tahu menghormati yang lebih tua. ini musim hujan. bunyi guruh ot : Kita sama-sama salah. lsb : Maksudmu, bukan musim hujan dan bukan pula musim kemarau? ot : Habis mau apa lagi? lsb : Beginilah kalau kita terlalu gila hormat. ot : Maumu bagaimana? lsb : Ah, kita boleh lebih kasar sedikit. ot : Lantas? lsb : Ya..akan jelas nantinya musim apa sebenarnya kini. ot : Dan kalau sudah bertambah jelas? lsb diam, ot merenung dan kalau segala-galanya sudah bertambah jelas, maka kita pun sudah saling bengkak-bengkak, karena barusan saja telah cakar-cakaran. dan siapa tahu, salah seorang dari kita tewas pula dalam cakar-cakaran itu. atau keduanya kita. dan ini semua, hanya oleh karena kita telah mencoba mengambil sikap yang agak kasar terhadap sesama kita. tiba-tiba marah ach..persetan dengan musim dengan segala musim bunyi guruh, tak beberapa lama kemudian masuk pb dengan membawa balon beraneka warna ot : kepada pb Silahkan duduk. pb bimbang masih saja berdiri Ayo, silahkan duduk ot memberi ruang untuk duduk pb lsb : Tentu saja dia ragu-ragu, bapak buat dia… ot : Kenapa? lsb : Pakai silahkan segala ini kan taman? tiba-tiba marah Dia duduk kalau dia ingin duduk, dan dia tidak mau duduk, karena dia memang tak mau duduk, habis perkaramelihat dengan geramnya pada pb, kemudian pb duduk, masih marah Kenapa kau duduk? pb : eee…Saya mau duduk. ot tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal lsb : sangat marah Kenapa bapak tertawa? ot : masih tertawa Karena… saya mau tertawa …terbahak-bahak