Menyusun Surat Lamaran Pekerjaan Berdasarkan Iklan

18 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program Bahasa Puisi a: Seorang Anak Bercakap dengan Tuhan Oleh: Patherine Marshall Tuhanku, waktu usiaku lima tahun, masih sangat muda Kupikir semua makananku berasal dari gudang penyimpan Aku tak pernah mengerti mengapa Ayah bersyukur kepada-Mu Kini usiaku enam tahun Makin mengertilah aku Kini kutahu gudang-gudang penyimpanan itu Tak mungkin menyimpan makanan, tanpa berkah-Mu Jika Kau tak merestui apa yang tumbuh Terima kasih Tuhanku, untuk benih kecil mungil Yang merekah ke dalam selaput ercis hijau ke dalam tomat merah Ke dalam labu kuning dan apel yang ranum Terima kasih atas hujan dan sinar matahari Yang merekahkan benih-benih Terima kasih untuk pak tani Yang menanamkan benihnya Dan kepada lelaki yang mengemudi truk-truk besar Membawa bahan makanan ke pasar Terima kasih untuk lelaki penyimpan seperti Tuan Barnes Dalam apron putihnya yang longgar Untuk Bapak yang membelikanku makanan Untuk Mama yang memasakkanku Hingga segalanya jadi lezat kunikmati Terima kasih Tuhan Amin Sumber: Puisi Seputar Dunia, Nusa Indah, 1984, hal. 110-111, Terjemahan Nyoman Gusthi Eddy 19 Perkembangan Telekomunikasi dan Informasi Puisi b: Kasidah Cinta Oleh: Jalaluddin Rumi Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata, kusimpan kasih-Mu dalam dada. Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu, segera saja bagai duri bakarlah aku. Meskipun aku diam-tenang bagai ikan, namun aku gelisah pula bagai ombak dan lautan. Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat- Mu. Apakah maksud-Mu? Mana aku tahu? Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu. Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu. Bagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusa. Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat Kasih aku jelas-nyata. Aku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semi, Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi, dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat menggaruk-belai kepala pula. Sumber: Kasidah Cinta, Budaya Jaya, hal. 138, Terjemahan Hartoyo Andangjaya Puisi c: Terimalah Aku Oleh: Rabindranath Tagore Terimalah aku, duh Gusti, terimalah aku sejenak. Biarkanlah hari-hari piatu itu berlalu tanpa Engkau kulupakan. Cukup sebarkanlah waktu yang sesaat ini ke seluruh pangkuan-Mu, merengkuhnya di balik cahaya-Mu. Aku lelah mengembara dalam pengejaran suara-suara yang menyeretku, namun mereka tak membawaku ke manapun. Sekarang lzinkan aku duduk dalam damai dan mendengarkan perkataan-Mu, dalam jiwa ketenanganku. Jangan palingkan wajah-Mu dari rahasia-rahasia gelap kalbuku, tetapi bakarlah mereka sampai menyala bersama api-Mu.