Pengertian Pengembangan Model Penelitian dan Pengembangan

Gambar 2.1 Model Pendekatan Penelitian dan Pengembangan Dick Carey Berikut ini penjelasan kesepuluh langkah model pendekatan penelitian dan pengembangan Dick Carey: 1 Menilai Kebutuhan untuk Mengidentifikasi Tujuan Asses Needs to Identity Goals. Tahap ini adalah menemukan apa yang diinginkan agar pembelajaran dapat melakukannya ketika mereka menyelesaikan program instruksional. Tujuan instruksional mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, analisis kinerja performance analysis, dari penilaian kebutuhan job analysis, atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi mau pun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan. 2 Melakukan Analisis Pembelajaran Conduct Instructional Analysis. Langkah ini, pertama mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut mengenali kemampuan bawahansubordinat. Langkah terakhir adalah untuk menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dikenal sebagai perilaku masukan entry behaviors, yang diperlukan siswa untuk dapat memulai instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi. 3 Menganalisis Siswa dan Lingkungannya Analyze Learners Contexts. Langkah ini melakukan analisis pembelajaran, analisis konteks di mana mereka akan belajar dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajaran, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi instruksional. 4 Merumuskan Tujuan Write Performance Objectives. Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses. 5 Mengembangkan Instrumen Penilaian Develop Assesment Instruments. Langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar tes acuan patokan untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakan pada jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta. 6 Mengembangkan Strategi Pembelajaran Develop Instructional Strategy. Bagian-bagian siasat instrusksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pembelajaran termasuk kegiatan pra instruksional, potensi isi, partisipasi siswa, penilaian dan tindak lanjut kegiatan. 7 Mengembangkan dan Memilih bahan Pembelajaran Develop and Select Instructional Materials. Tahap ini akan digunakan strategi pembelajaran untuk menghasilkan pembelajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes, dan panduan guru. 8 Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction. Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi cara mengingkatkan pengajaran. 9 Revisi Produk Revise Instrution. Tahap ini mengulang siklus pengembangan perangkat pembelajaran. Data dari evaluasi yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari implementasi dari ahli. 10 Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif Design and Conduct Summative Evaluation. Evaluasi ini berbeda dengan evaluasi formatif. Jenis evaluasi ini dianggap sebagai puncak dalam aktivitas model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick Carey. Evaluasi ini dilakukan setelah program selesai dievaluasi secara formatif dan direvisi sesuai standar yang digunakan oleh pengembang. Evaluasi sumatif tidak melibatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengembangan produk, tetapi melibatkan penilaian independen. Ini yang menjadikan alasan bahwa evaluasi sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.

2. Lembar Kerja Siswa LKS

a. Pengertian LKS

Lembar Kerja Siswa LKS pada umumnya dibeli dan bukan dibuat oleh guru, padahal LKS dapat dibuat oleh guru sehingga LKS dapat lebih menarik dan kontekstual dengan situasi dan kondisi sekolah ataupun lingkungan sosial budaya siswa. Ada beberapa pendapat tentang pengertian LKS, sebagaimana yang diungkapkan dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Diknas, 2004, LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, berisikan petunjuk atau langkah- langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dan tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Menurut pandangan lain LKS yaitu materi yang sudah dikemas sedemikian rupa siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dapat disimpulkan , LKS adalah suatu bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Perlu kita ketahui bahwa LKS tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas- tugas teoritis atau tugas praktis. Tugas teoritis misalnya berpa tugas membaca sebuah artikel tertentu, membuat resume untuk dipresentasikan, dan lainnya. Adapun tugas praktis dapat berupa kerja laboraturium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang harga cabai dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.

b. Pentingnya LKS bagi Kegiatan Pembelajaran

Dalam menyiapkan LKS ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi oleh pendidik. Untuk dapat membuat LKS yang bagus, pendidik harus cermat serta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Karena sebuah LKS harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa, oleh karena itu terlebih dahulu kita harus mengetahui fungsi, tujuan, dan kegunaan LKS Prastoro, 2011:205-206: 1 Fungsi LKS Berdasarkan pengertian dan penjelasan di awal, dapat kita ketahui LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut: a Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan peran siswa; b Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan; c Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan d Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. 2 Tujuan LKS Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: a Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; b Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan; c Melatih kemandirian belajar siswa; dan d Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada siswa. 3 Kegunaan LKS bagi Kegiatan Pembelajaran