152
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
patok-patok itu dan diganti dengan tombak. Atas tindakan Pangeran Diponegoro, Belanda marah, dan ini menandakan tantangan
perang.
Perang Diponegoro terjadi pada 12 Juli 1825 dan berakhir pada 1830. Sebab-sebab terjadinya perang, yaitu:
1 Masuknya pengaruh barat dalam lingkungan keraton, misalnya
minuman-minuman keras. 2 Belanda akan mempersempit kekuasaan raja-raja.
3 Rakyat menderita akibat tingginya pajak dan kerja paksa.
Dalam perlawanannya melawan Belanda, Pangeran Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangku Bumi, Kyai Maja, Pangeran Sentot
Alibasyah Prawirodirjo dari kalangan muda. Pangeran Diponegoro dalam peperangannya menggunakan sistem gerilya. Sedangkan,
Belanda menggunakan sistem Benteng Stelsel.
Pangeran Diponegoro juga disebut sebagai pahlawan dari Gua Selarong karena sesampainya di Selarong ia bertapa di gua tersebut.
Dalam peperangan tersebut banyak pasukan Belanda yang tewas. Akibat Belanda sering mengalami kekalahan dan perang berlangsung
lama, maka banyak memakan biaya perang.
Untuk menghentikan peperangan itu Belanda mengeluarkan siasat, yaitu:
a. Belanda mengembalikan Sultan Hamengkubuwono II kakak
Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Penang oleh Raffles. Akan tetapi, usaha itu tidak berhasil karena Diponegoro tetap
melanjutkan peperangan.
b. Belanda akan memberi hadiah sebesar 50.000 Gulden kepada
siapa saja yang bisa menangkap Pangeran Diponegoro. c.
Belanda menangkap Kencono Wungu Ibu Pangeran Dipo-negoro, tetapi juga tidak menyurutkan semangat perangnya, usaha itu juga
tidak berhasil.
Setelah peperangan berlangsung selama tiga tahun, Kyai Maja dan Sentot Alibasyah tertangkap. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro
tetap semangat melanjutnya peperangan untuk mengusir Belanda dari tanah Jawa.
Dengan tipu daya, Belanda mengajak Pangeran Diponegoro berunding. Perundingan itu diadakan di Magelang di rumah seorang
residen. Bila perundingan itu gagal, Pangeran Diponegoro boleh kembali ke tempatnya. Pada 18 Maret 1830 perundingan dimulai,
Belanda dipimpin oleh Jenderal De Kock panglima perang Belanda. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro malah ditangkap dan dibuang ke
Manado, kemudian dipindahkan ke Makasar sampai wafatnya pada 8 Januari 1855.
153
Bab 10 | Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial
4. Perang Bali
Pada 1844 dua buah kapal Belanda terdampar di Pantai Sangset Bali. Daerah tersebut merupakan wilayah Kekuasaan Buleleng. Kerajaan
Buleleng menganut hukum Tawan Karang, artinya hak menawan kapal- kapal yang terdampar di Pulau Bali. Belanda mengirimkan utusan agar
kapal-kapal Belanda dilepaskan dan menghapus hukum Hak Tawan Karang. Raja Buleleng serta patihnya yang bernama I Gusti Ketut
Jelantik tidak menghiraukan permintaan Belanda.
Pada 1864 Belanda menyerang Buleleng, Benteng Buleleng Jagaraga dan istana Buleleng sehingga dikuasai Belanda. Setelah
Belanda menguasai Kerajaan Buleleng, hal ini dimanfaatkan oleh raja-raja di Bali untuk merebut kembali kerajaan Buleleng dari tangan
Belanda.
Setelah mendengar berita bahwa istana Buleleng dikuasai kembali oleh raja-raja Bali, Belanda mengirimkan pasukan dan menyerbu
Benteng Jagaraga pada 1849. Dalam peperangan itu rakyat Bali dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik dan rakyat berperang habis-habisan.
Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Puputan. Dalam perang tersebut Belanda mengerahkan pasukan besar dengan jumlah 5000
pasukan dibawah pimpinan Mayjen A.V. Michiels.
Sejak jatuhnya Buleleng, perjuangan rakyat makin lemah. Karang Asam dan Klungkungan masih melakukan perlawanan, tetapi Bedung,
Bali, dan Jembrano sudah menyerah pada Belanda, bahkan memihak Belanda. Tak lama kemudian kerajaan, Klungkungan menyerah. Pada
1849 seluruh wilayah Bali sudah dikuasai oleh Belanda.
5. Perlawanan Pangeran
Antasari
Untuk menguasai suatu daerah, Belanda selalu menggunakan politik „adu domba‰. Begitu juga yang terjadi di Kerajaan Banjar
Kalimantan. Pada tahun 1859 Belanda mengangkat Sultan Tajmid yang tidak disukai oleh rakyat menjadi Sultan di Banjar. Padahal, ada yang
lebih berhak menjadi sultan di Banjar, yaitu Pangeran Hamid. Pangeran Antasari membela Pangeran Hamid dengan melawan Belanda.
Sultan Tajmid yang diangkat menjadi Sultan Banjar oleh Belanda mendapat perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pangeran Antasari
dibantu oleh kepala-kepala daerah. Mereka sepakat untuk mengusir Belanda dari Banjar.
Pada 18 April 1859, pecahlah perang yang dikenal dengan nama Perang Banjar. Kekuatan Antasari yang semula berjumlah 6000 orang
makin lama makin bertambah sehingga Belanda mendapat kesulitan. Pada Oktober 1862, Pangeran Antasari merencanakan
serangan besar-besaran terhadap Belanda. Dalam keadaan pasukan
Kerajaan Buleleng menganut hukum
Tawan Karang, artinya hak menawan kapal-
kapal yang terdampar di pulau Bali.
„ „
Gambar 10.7 Pangera Antasari
Sumber: image.g oogle.com
154
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VII
yang siap tempur, tiba-tiba muncul wabah penyakit cacar melanda di daerahnya. Akhirnya, Pangeran Antasari terkena penyakit tersebut
dan meninggal pada 11 Oktober 1762 di Bayan, Kalimantan Selatan. Beliau dimakamkan di Banjarmasin. Gelar beliau adalah Panembahan
Amirudin Khalifatul Mukminin.
6. Perlawanan Tengku Cik Ditiro
Tengku Cik Ditiro dilahirkan pada 1836 dengan nama kecilnya Muhammad Saman. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang kuat,
dan ia sudah menunaikan haji. Pada Mei 1881, Pasukan Cik Ditiro dapat merebut benteng
Belanda di Indragiri, Lamboro, dan Apeuk Galong. Dilanjutkan dengan menyerang ke Pulau Breuh dengan harapan pada 1883 Belanda
dapat diusir dari Bumi Aceh. Belanda mengalami kesulitan untuk menundukkan Cik Ditiro. Kemudian, Belanda membujuk damai, namun
Cik Ditiro menolaknya.
Karena Belanda sulit untuk membujuk Cik Ditiro, akhirnya Belanda menggunakan cara halus, dikhianati oleh teman seper-juangannya, yaitu
seorang wanita dengan berpura-pura mengantar makanan yang sudah ditaburi racun, kemudian beliau sakit dan wafat pada Januari 1891 di
Benteng Apeuk Galang Aceh.
F. Z a m a n P e n d u d u k a n J e p a n g d i Indonesia
1. Kedatangan Tentara Jepang ke Indonesia
Perang Asia Timur Raya yang dipelopori Jepang dapat menguasai Negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada 8 Desember 1941
Angkatan Udara Jepang menyerang pangkalan laut Amerika Serikat di Hawaii. Tujuannya untuk menguasai negara-negara Asia di bawah
kekuasaan Jepang. Jepang menyerbu Indonesia Hindia Belanda pada tanggal 11 Januari 1942 dengan mendaratkan pasukannya pertama kali
di Tarakan, Kalimantan Timur.
Secara berturut-turut Jepang mendaratkan pasukannya di Indonesia, kemudian menguasainya. Berikut ini adalah rangkaian
penguasaannya. 1 menduduki Balikpapan 21 Januari 1942
2
menduduki Pontianak 29 Januari 1942 3
menduduki Samarinda 03 Februari 1942 4.
menduduki Kotabangun 05 Februari 1942 5.
menduduki Banjarmasin 10 Februari 1942 6.
menduduki Palembang 16 Februari 1942
Gambar 10.8 Tengku Cik Ditiro
Sumber: image.g oogle.com