Surianto, Teori
Pembelajaran Konstruktivisme,
http:surianto200477 .wordpress.com20090917teori-pembelajaran-konstruktivisme
diakses pada tanggal 11 Oktober 2010
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 2001 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Presrtasi Pustaka Publisher, 2007 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu
Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007
Wirasih
, Anni dkk.,
IPA Terpadu: SMPMTs Kelas VII Depdiknas 2008 Yamin, Martinis dan Bansu I Ansari,. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Yuliati, Pembelajaran Fisika berbasis Hands-on Activties untuk Menumbuhkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP, ISSN: 1693-1246 Januari 2011, dalam
ht tp: journal.unnes.ac.id
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Filsafat Konstruktivisme
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Suparno mengutip
pendapat Bettencourt bahwa menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan konstruksi siswa sendiri yang sedang menekuninya.
2
Menurut pandangan konstruktivisme bahwa setiap individu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bila yang sedang menekuni adalah siswa maka
pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, tetapi sesuatu yang harus dibentuk sendiri. Jadi pengetahuan
itu selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang. Pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang
dikonstruksikan dari pengalaman sejauh dialaminya. Proses ini akan berjalan terus menerus setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu
pemahaman yang baru. Menurut Trianto teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-
aturan itu tidak lagi sesuai.
3
Untuk dapat mengetahui sesuatu siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa haruslah
aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh.
Pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu. Suatu proses yang terus akan berkembang semakin luas, lengkap dan sempurna.
2
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik Dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Santa Dharma, 2007 h. 123.
3
Trianto, S.Pd, M.Pd. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007 h. 13
Menurut teori konstruktivis satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini,
dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide- ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
4
Dari perspektif konstruktivisme, pembelajaran bermakna dapat dibina di dalam diri peserta didik sebagai hasil pengalaman-pengalaman
pancainderanya dengan alam. Mereka menggunakan pengalaman pancaindera dengan cara membentuk skema atau struktur kognitif dalam pikiran mereka
sehingga akan tercipta makna dan pemahaman mereka terhadap situasi dan fenomena yang ada.
Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa belajar sains tidak hanya menerima informasi tentang produk sains, tapi melakukan proses ilmiah
untuk menemukan fakta dan membangun konsep dan prinsip di bidang sains. Sangat jelas bahwa tanpa keaktifan siswa tidak akan berhasil dalam proses
belajar mereka.
B. Hakikat Pembelajaran Konstruktivisme
Salah satu landasan teoritik pendidikan modern adalah teori pembelajaran konstruktivime. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir
filosofi pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
5
Dalam proses pembelajaran, siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain.
4
Trianto, Ibid, h. 13
5
Trianto, ibid, h. 108
Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan
siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik,
yaitu: 1 peran aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, 2 pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa dalam
mengkontruksi pengetahuan dan 3 mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi baru di kelas.
6
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara
aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
7
Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam
tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi denga ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
J. Piaget mengartikan bahwa adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses
penyempurnaan skema yang telah terbentuk. Sedangkan, akomodasi adalah proses perubahan skema.
8
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru
dalam skema yang telah ada. Proses akomodasi menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut
mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan
6
Dr. Nuryani Y. Rustaman. Konstruktivisme Dan Pembelajaran IPABiologi. Makalah Disampaikan Pada SeminarLokakarya Guru-Guru IPA SLTP Sekolah Swasta Di Bandung 7-15
Agustus 2000.
7
Ibid
.
h. 14
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Pernada Media Group. 2006, h.122
rangsangan itu. Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang
akan mengadakan akomodasi. Menurut J. Piaget pada dasarnya individu sejak kecil sudah memiliki
kemampuan untuk
mengkonstruk penetahuannya
sendiri.
9
Strategi pembelajaran berbasis konstruktivisme dari Piaget, dengan ide utamanya
sebagai berikut: 1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi final, tetapi siswa
membentuk pengetahuannya
sendiri melalui
interaksi dengan
lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. 2. Agar
pengetahuan diperoleh,
siswa harus
beradaptasi dengan
llingkungannya 3. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi terhadap
lingkungannya, terjadilah
ketidakseimbangan disequilibrium. Akibatnya terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada
mengalami perubahan atau struktur baru timbul. 4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan seimbang disequilibrium-equilibrium. Tetapi, bila terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu terjadi
kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.
10
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
9
Wina Sanjaya, ibid, h.122
10
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.Jakarta: Gaung Persada Press. 2009, h. 91