Filsafat Konstruktivisme KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
rangsangan itu. Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang
akan mengadakan akomodasi. Menurut J. Piaget pada dasarnya individu sejak kecil sudah memiliki
kemampuan untuk
mengkonstruk penetahuannya
sendiri.
9
Strategi pembelajaran berbasis konstruktivisme dari Piaget, dengan ide utamanya
sebagai berikut: 1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi final, tetapi siswa
membentuk pengetahuannya
sendiri melalui
interaksi dengan
lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. 2. Agar
pengetahuan diperoleh,
siswa harus
beradaptasi dengan
llingkungannya 3. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
adaptasi terhadap
lingkungannya, terjadilah
ketidakseimbangan disequilibrium. Akibatnya terjadilah akomodasi, dan struktur yang ada
mengalami perubahan atau struktur baru timbul. 4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang keadaan
ketidakseimbangan dan keadaan seimbang disequilibrium-equilibrium. Tetapi, bila terjadi kembali keseimbangan, maka individu itu terjadi
kembali keseimbangan, maka individu itu berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.
10
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
9
Wina Sanjaya, ibid, h.122
10
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa.Jakarta: Gaung Persada Press. 2009, h. 91
Belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri siswa dengan faktor ekstern atau lingkungan,
sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap
perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembangan mental. Ruseffendi mengemukakan:
a. Perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan
mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama b. Tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual c. Gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan
equilibration, proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman asimilasi dan struktur kognitif yang timbul
akomodasi.
11
Berdasarkan uraian diatas, diartikan bahwa dalam pembelajaran menurut konstruktivisme guru perlu mengidentifikasi secara dini pengetahuan
awal siswa. Hal ini bertujuan agar bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Konstruksi berarti bersifat
membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
11
Martinis Yamin, ibid, h. 91