6.8.2 Sarana Penyelamat Jiwa
Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam
upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga darurat, penerangan darurat dan titik berkumpul.
1. Petunjuk Jalan Keluar
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
dari lokasi. Biasanya ditempatkan di beberapa lokasi strategis, misalnya di persimpangan jalan
koridor atau lorong-lorong dalam lokasi gedung atau bangunan industri. Perda DKI No.03 tahun 1992
Berdasarkan tabel 5.42 area office memiliki tingkat pemenuhan petunjuk jalan keluar sebesar 100 . Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk jalan
keluar yang berada di area officesudah sesuai dengan NFPA 101 dan Kepmen PU No.10KPTS2000. Saran yang dapat diberikan untuk pihak perusahaan
adalah pemeliharaan petunjuk jalan keluar sehingga tetap dapat berjalan sebagaimana fungsinya. Selain hal tersebut sebaiknya pihak perusahaan
membuat papan petunjuk jalan keluar dengan ukuran yang lebih besar. Sehingga karyawan maupun pihak selain karyawan dapat melihat tanda
tersebut dengan mudah.
2. Sarana Jalan Keluar
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang mengarah ke pintu masuk untuk keluar. Sedangkan dalam KEPMEN PU
No.10KPTS2000 tentang Ketentuan Tehnik Pengaman Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Eksit atau jalan ke luar
adalah: a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar
menuju ke jalan umum atau ruang terbuka: 1. bagian dalam dan luar tangga,
2. ramp, 3. lorong yang dilindungi terhadap kebakaran,
4. bukaan pintu yang menuju jalan umum atau ruang terbuka. b. jalan ke luar horisontal atau lorong yang dilindungi terhadap kebakaran
yang menuju ke eksit horisontal.
Berdasarkan tabel 5.64 area office memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan keluar sebesar 100 . Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada sudah sesuai dengan NFPA 101. Saran yang dapat diberikan adalah agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan keluar agar tetap bersih dan bebas
dari benda-benda yang dapat menghambat proses evakuasi. Sehingga ketika tejadi keadaan darurat karyawan dapat segera dievakuasi dengan aman tanpa
adanya hambatan.
3. Pintu Darurat
Menurut Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum pintu kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi kebakaran. Berdasarkan tabel 5.65, pintu darurat yang berada di area office memiliki
tingkat pemenuhan sebesar 85.71 . Komponen yang belum dipenuhi di area ini adalah para karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk
area setiap harinya. Saran yang dapat diberikan untuk pihak perusahaan adalah memberlakukan pintu darurat tersebut sesuai fungsinya, yaitu hanya
digunakan ketika terjadi kejadian darurat kebakaran saja. Maka ketika terjadi keadaan darurat kebakaran para karyawan dapat mengevakuasi dirnya
dengan segera melalui pintu-pintu darurat tersebut.
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika terjadi kebakaran. Menurut KEPMEN PU No.10KPTS2000, tangga
kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan menggunakan daftar checklist NFPA 101 dan KEPMEN PU No.10KPTS2000 area office memiliki tingkat
kesesuaian 0 . Hal tersebut dikarenakan area office yang terdiri lebih dari 2 lantai tidak memiliki tangga yang secara khusus digunakan untuk keadaan
darurat kebakaran. Tangga yang ada biasa digunakan oleh karyawan setiap hari.
Saran yang dapat diberikan untuk perusahaan adalah agar menyediakan tangga darurat yang khusus digunakan ketika terjadi kejadian darurat
kebakaran. Khususnya di area turbine floor, mezzanine floor dan office, karena area tersebut merupakan area yang dihuni serta dilewati oleh banyak
karyawan. Sehingga ketika terjadi kebakaran karyawan dapat dengan segera menyelamatkan diri dari lantai atas dengan menggunakan tangga darurat
tersebut.
5. Penerangan Darurat
Penerangan darurat merupakan penerangan untuk menerangi sepanjang jalur evakuasi jika penerangan utama tidak berfungsi pada waktu terjadi
kebakaran, sehingga memudahkan usaha penyelamatan. Penerangan darurat yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Lampu darurat dipasang pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
dilalui pada saat evakuasi. Perda DKI, 1992 Penerangan darurat terletak di area office dengan jumlah 6 buah dengan
kekuatan 20 lux. Lampu tersebut dipasang di sepanjang sarana jalan keluar dengan penempatan yang baik. Sehingga ketika kemungkinan salah satu
lampu mati tidak akan menyebabkan area menjadi gelap total. Lampu tersebut selalu di charge ketika listrik dalam keadaan menyala. Sehingga saat
lampu padam lampu akan otomatis hidup dengan menggunakan sumber
batterai. Menurut pihak K3 lampu tersebut mampu menyala untu 8 jam. Namun lampu tersebut berwarna putih, hal ini tidak sesuai dengan standar
NFPA 101 yang menyebutkan bahwa lampu harus berwarna kuning sehingga dapat menembus asap serta tidak menyilaukan.
Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan mengganti warna lampu darurat dengan yang berwarna kuning. Sehingga ketika terjadi lampu padam
akibat kebakaran, karyawan bisa melihat dengan baik arah jalan keluar dan proses evakuasi pun bisa berjalan dengan lancar.
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai tempat berhimpun dan dilakukan penghitungan saat terjadi keadaan darurat.
Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana digambarkan dalam rute evakuasi. Tempat berhimpun darurat harus aman
dari bahaya kebakaran dan lainnya. NFPA 101 Berdasarkan hasil pemeriksaan tempat berhimpun dengan menggunakan
daftar checklist NFPA 101, PLTU PT PJB UP Muara Karang memiliki tingkat pemenuhan sebesar 100 . Komponen-komponen yang telah
dipenuhi diantaranya yaitu: tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi, tersedia petunjuk tempat berhimpun, luas tempat berhimpun sesuai dengan
minimal 0.3 m
2
orang, dan kondisi tempat berhimpun aman. Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dikarenakan tempat tersebut strategis. Area-area PLTU lainnya berada di
dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa cukup.
Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih untuk memberitahukan letak tempat berhimpun. Luasnya adalah 100 m
2
dengan garis pemabatas cat warna kuning, sedangkan jumlah kapasitas karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal tersebut sesuai dengan standar NFPA yang menyebutkan bahwa tersedia
petunjuk tempat berhimpun, luas tempat berhimpun sesuai dengan minimal 0.3 m
2
orang dengan kondisi aman. Saran yang dapat diberikan terhadap perusahaan adalah agar tetap
memelihara kondisi tempat berhimpun selalu dalam kondisi aman. perawatan garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
keadaan baik dan dapat dilihat dengan mudah oleh karyawan.
6.8.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area Office