5. Hidran
Berdasarkan KEPMEN PU No.10KPTS2000, yang dimaksud dengan hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar nozzle untuk
mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 14, sistem pipa berdiri adalah
pengaturan dari pemipaan, katup, sambungan selang, dan peralatan bersatu dipasang di sebuah bangunan atau struktur dengan sambungan selang yang
terletak di sedemikian rupa sehingga air dapat dialirkan atau disemprotkan melalui
selang dan
nozzlel terpasang,
yang bertujuan
untuk pemadaman kebakaran dan melindungi sebuah bangunan atau struktur dan
isinya selain untuk melindungi penghuni. Setelah dilakukan pemeriksaan di area gudang tidak terdapat hidran, baik
hidran gedung ataupun hidran halaman. Saran yang dapat diberikan terhadap perusahaan adalah menyediakan hidran. Sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kebakaran apabila tidak dapat ditanggulangi oleh alat pemadam
kebakaran lainnya.
6.9.2 Sarana Penyelamat Jiwa
Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam
upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
darurat, penerangan darurat dan titik berkumpul. 1.
Petunjuk Jalan Keluar
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
dari lokasi. Biasanya ditempatkan di beberapa lokasi strategis, misalnya di persimpangan jalan
koridor atau lorong-lorong dalam lokasi gedung atau bangunan industri. Perda DKI No.03 tahun 1992
Berdasarkan tabel 5.76 area gudang memiliki tingkat pemenuhan petunjuk jalan keluar sebesar 100 . Hal tersebut menunjukan bahwa petunjuk jalan
keluar yang berada di area gudang sudah sesuai dengan NFPA 101 dan Kepmen PU No.10KPTS2000. Saran yang dapat diberikan untuk pihak
perusahaan adalah pemeliharaan petunjuk jalan keluar sehingga tetap dapat berjalan sebagaimana fungsinya. Selain hal tersebut sebaiknya pihak
perusahaan membuat papan petunjuk jalan keluar dengan ukuran yang lebih besar. Sehingga karyawan maupun pihak selain karyawan dapat melihat
tanda tersebut dengan mudah.
2. Sarana Jalan Keluar
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang mengarah ke pintu masuk untuk keluar. Sedangkan dalam KEPMEN PU
No.10KPTS2000 tentang Ketentuan Tehnik Pengaman Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Eksit atau jalan ke luar
adalah:
a. salah satu atau kombinasi dari berikut ini jika memberikan jalan ke luar menuju ke jalan umum atau ruang terbuka:
1. bagian dalam dan luar tangga, 2. ramp,
3. lorong yang dilindungi terhadap kebakaran, 4. bukaan pintu yang menuju jalan umum atau ruang terbuka.
b. jalan ke luar horisontal atau lorong yang dilindungi terhadap kebakaran
yang menuju ke eksit horisontal.
Berdasarkan tabel 5.77 area gudang memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan keluar sebesar 66.66 . Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar
yang ada di area gudang masih terdapat kekurangan yang belum sesuai dengan NFPA 101. Komponen yang masih belum dipenuhi adalah hanya
terdapat satu jalan keluar dan jarak maksimal dari bangunan ke exit adalah 27.5 m.
Saran yang dapat diberikan adalah mengusahakan untuk membuat jalan keluar lainnya dan agar tetap menjaga sepanjang sarana jalan keluar agar
tetap bersih dan bebas dari benda-benda yang dapat menghambat proses evakuasi. Sehingga ketika tejadi keadaan darurat karyawan dapat dengan
segera dievakuasi dengan aman tanpa adanya hambatan.
3. Pintu Darurat
Menurut Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum pintu kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau
pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi kebakaran.
Berdasarkan tabel 5.78, pintu darurat yang berada di area gudang memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 . Komponen yang belum dipenuhi di area
ini adalah pintu darurat yang ada digunakan oleh karyawan untuk keluar masuk area setiap harinya. Padahal menurut NFPA 101 pintu darurat hanya
digunakan khusus pada saat keadaan darurat saja. Saran yang dapat diberikan untuk pihak perusahaan adalah memberlakukan
pintu darurat tersebut sesuai fungsinya, yaitu hanya digunakan ketika terjadi kejadian darurat kebakaran saja. Maka ketika terjadi keadaan darurat
kebakaran para karyawan dapat mengevakuasi dirnya dengan segera melalui pintu-pintu darurat tersebut.
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika terjadi kebakaran. Menurut KEPMEN PU No.10KPTS2000, tangga
kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Di area gudang tidak dilakukan pemeriksaan mengenai
tangga darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai saja.
5. Penerangan Darurat
Penerangan darurat merupakan penerangan untuk menerangi sepanjang jalur evakuasi jika penerangan utama tidak berfungsi pada waktu terjadi
kebakaran, sehingga memudahkan usaha penyelamatan. Penerangan darurat
yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Lampu darurat dipasang
pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan dilalui pada saat evakuasi. Perda DKI, 1992
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, area gudang sudah memiliki penerangan darurat. Lampu penerangan darurat tersebut diletakan di
sepanjang jalan keluar dan di tempat-tempat di mana biasanya terdapat karyawan. Lampu penerangan darurat tersebut memiliki baterai cadangan,
dengan stop kontak yang menyambung pada sumber listrik sehingga ketika terjadi “trip“ akibat kebakaran, lampu akan menyala secara otomatis.
Berdasarkan tabel 5.79 area gudang memiliki tingkat pemenuhan penerangan darurat sebesar 75 . Komponen yang belum dipenuhi di area ini adalah
lampu darurat yang tersedia berwarna putih. Padahal seharusnya lampu darurat yang tersedia berwarna kuning.
Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan mengganti warna lampu darurat dengan yang berwarna kuning. Sehingga ketika terjadi lampu padam
akibat kebakaran, karyawan bisa melihat dengan baik arah jalan keluar dan proses evakuasi pun bisa berjalan dengan lancar.
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai tempat berhimpun dan dilakukan penghitungan saat terjadi keadaan darurat.
Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana
digambarkan dalam rute evakuasi. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya. NFPA 101
Berdasarkan hasil pemeriksaan tempat berhimpun dengan menggunakan daftar checklist NFPA 101, PLTU PT PJB UP Muara Karang memiliki
tingkat pemenuhan sebesar 100 . Komponen-komponen yang telah dipenuhi diantaranya yaitu: tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi,
tersedia petunjuk tempat berhimpun, luas tempat berhimpun sesuai dengan minimal 0.3 m
2
orang, dan kondisi tempat berhimpun aman. Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dikarenakan tempat tersebut strategis. Area-area PLTU lainnya berada di dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup. Namun area gudang terletak cukup jauh dari tempat berhimpun tersebut. Untuk mencapainya, karyawan harus melewati area ground floor
terlebih dahulu. Walaupun demikian karyawan yang bekerja di area tersebut berada dalam jumlah sedikit dan memahami kondisi lapangan sehingga dapat
mencapai tempat berhimpun. Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
untuk memberitahukan letak tempat berhimpun. Luasnya adalah 100 m
2
dengan garis pembatas cat warna kuning, sedangkan jumlah kapasitas karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal tersebut sesuai dengan standar NFPA yang menyebutkan bahwa tersedia
petunjuk tempat berhimpun, luas tempat berhimpun sesuai dengan minimal 0.3 m
2
orang dengan kondisi aman. Saran yang dapat diberikan terhadap perusahaan adalah agar tetap
memelihara kondisi tempat berhimpun selalu dalam kondisi aman. perawatan garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam
keadaan baik dan dapat dilihat dengan mudah oleh karyawan.
6.9.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area