manajemen tanggap darurat kebakaran yang ada di PLTU sudah baik. Maka manajemen yang ada adalah sesuai dengan standar yang digunakan yaitu NFPA
101. Hampir seluruh komponen manajemen tanggap darurat terpenuhi, dimulai
dari organisasi tanggap darurat dan prosedur tanggap darurat dengan kesesuaian 100 . Hanya pelatihan tanggap darurat yang memiliki tingkat kesesuain
66.66. Dimana pelatihan tidak dapat yang diselenggarakan dalam waktu yang tak terduga dan pada berbagai kondisi. Maka pihak perusahaan agar melakukan
simulasi kebakaran dalam waktu yang tidak terduga dan berbagai kondisi. Sehingga ketika terjadi kejadian kebakaran, karyawan dapat siap menghadapi
berbagai kondisi dan dapat melakukan penanggulangan dengan segera.
6.4 Desalination Plant
6.4.1 Sarana Proteksi Aktif
Menurut KEPMEN PU No.10KPTS2000, sarana proteksi kebakaran aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan
mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam
melaksanakan operasi pemadaman. Adapun yang termasuk kedalam sistem proteksi kebakaran aktif, adalah: APAR, detektor kebakaran, alarm, sprinkler,
hidran.
1. APAR dan APAB
APAR merupakan alat pemadam api yang dapat dijinjing dengan berat yang tidak melebihi 10 kg adapun media pemadam yang digunakan adalah air,
serbuk kimia, busa dan gas. APAR bersifat praktis dan mudah cara penggunaannya, tapi hanya efektif untuk memadamkan kebakaran kecil atau
awal kebakaran sesuai dengan klasifikasi kebakarannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER.04MEN1980. Sedangkan
menurut NFPA 10, APAR adalah suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat disemprotkan bertekanan untuk tujuan
pemadaman kebakaran. Berdasarkan pemeriksaan dengan menggunakan daftar checklist mengenai
APAR dalam NFPA 10, tingkat pemenuhan APAR di area desalination plant mencapai 98.33 . Area desalination plant dengan luas 106.8 m
2
memiliki potensi kebakaran tipe A, B, C dan D. namun APAR yang tersedia hanya mampu memadamkan kelas kebakaran tipe A, B dan C.
Berdasarkan perhitungan jumlah kebutuhan APAR, area desalination plant hanya membutuhkan 1 buah APAR. Sedangkan APAR yang tersedia
berjumlah 7 buah dan APAB sebanyak 4 buah. Di area desalination plant seluruh APAR yang ada tidak diletakan di dalam cabinet, namun semua
APAR tersebut diletakan di rak. Melihat kondisi tersebut, maka peneliti menghilangkan daftar checklist mengenai APAR yang memiliki cabinet
lemari tidak boleh dikunci dan APAR yang diletakan di cabinet harus diletakan sedemikian rupa sehingga instruksi operasi pemadaman dapat
terlihat dari depan. Sedangkan untuk komponen lainnya, APAR dan APAB yang ada di area ini sudah sesuai dengan NFPA 10.
Saran yang dapat diberikan terhadap perusahaan adalah menyediakan APAR khusus untuk memadamkan kelas kebakaran D dan agar tetap melakukan
pemeriksaan secara rutin yang sesuai dengan standar. Sehingga APAR selalu dalam keadaan berfungsi dengan baik dan siap untuk digunakan. Jadi ketika
terjadi kebakaran, karyawan dapat menggunakannya untuk penanggulangan
dengan segera. 2.
Alarm
PT PJB UP Muara Karang sudah memiliki alarm yang terintegrasi dengan detektor. Alarm yang terdapat di area-area PLTU ini adalah alarm kebakaran
yang berupa audible dan visible alarm. Sedangkan berdasarkan cara pengaktifannya, alarm yang terdapat di PLTU yaitu alarm manual dan panel
indikator kebakaran. Untuk di area desalination plant alarm yang digunakan adalah alaram manual tipe full down.
Berdasarkan tabel 5.9 area desalination plant memiliki tingkat pemenuhan alarm sebesar 85.71 . Di area ini semua mesin terhubung dengan panel
indikator kebakaran control room 4, 5. Dimana panel tersebut terhubung dengan detektor-detektor yang ada di setiap mesin-mesin produksi. Jadi
ketika terjadi kebakaran karyawan mengetahui area mesin mana yang mengalami kebakaran sehingga dapat ditanggulangi secara cepat oleh tim
pemadam kebakaran.Namun masih terdapat alarm manual dengan tipe full down yang terletak di samping pintu keluar control room local area ini.
Alarm manual ini memiliki tinggi 1,47 m dari lantai dan berjarak maksimal 20 m dari semua bagian area desalination plant.
Komponen yang tidak sesuai dengan NFPA 72 adalah alarm yang ada di area desalination plant tidak terhubung dengan sprinkler. Saran yang dapat
diberikan adalah menyediakan sprinkler karena terdapat kemungkinan terjadi kebakaran yang tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya
terlihat oleh karyawan saja.
3. Sprinkler
Sprinkler adalah alat pemancar air untuk pemadaman kebakaran yang
mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut pancarnya,
sehingga air dapat memancar ke semua arah secara merata KEPMEN PU
No.10KPTS2000. Sedangkan menurut NFPA 13, sistem sprinkler untuk tujuan perlindungan kebakaran, merupakan suatu sistem terpadu dari pipa
bawah tanah dan dia atas tanah yang dirancang sesuai dengan standar teknik proteksi kebakaran.
Tidak terdapat sistem sprinkler yang terpasang di area desalination plant. Menurut pihak K3, hal tersebut dikarenakan alat proteksi lainnya dirasakan
cukup untuk mencegah dan menanggulangi kejadian kebakaran. Apabila terjadi kebakaran untuk area desalination plant mesin-mesin berada di luar
rungan sehingga dapat menggunakan APAR ataupun hidran untuk menanggulanginya. Saran yang dapat diberikan adalah agar menyediakan
sprinkler karena terdapat kemungkinan terjadi kebakaran yang tidak terdeteksi oleh sarana proteksi aktif dan hanya terlihat oleh karyawan saja.
4. Detektor
Menurut NFPA, detektor kebakaran otomatis adalah sebuah alat yang didesain untuk mendeteksi adanya kebakaran dan melakukan tindakan.
Sedangkan menurut Permenaker PER.02MEN1983 peralatan pendeteksian secara otomatis disebut juga dengan Fire Detector yang secara otomatis akan
mendeteksi kebakaran, kemudian mengaktifkan alarmnya. Tidak terdapat detektor di area desalination plant. Rata-rata mesin di area ini
berada di luar ruangan, dan hanya diawasi oleh 2 orang karyawan dari ruang control room local melalui display komputer. Area desalination plant
merupakan area produksi. Tentunya memiliki banyak bahan berbahaya yang dapat menimbulkan risiko kebakaran.
Berdasarkan tabel 5.1 mengenai identifikasi potensi bahaya kebakaran, area desalination plant memiliki potensi kebakaran komputer, kertas, kayu dan
listrik dari control room local serta MFO, oli, gas CO, besi dan baja dari mesin produksi yang ada di area ini. Selain dengan besarnya potensi
kebakaran yang ada, di area ini karyawan yang bekerja setiap shift sangatlah terbatas, yaitu hanya 3 orang. Apabila terjadi kebakaran dikhawatirkan tidak
dapat ditanggulangi dengan cepat karena jumlah karyawan yang terbatas. Saran yang dapat diberikan adalah menyediakan sistem detektor yang sesuai
dengan kondisi area desalination plant untuk meminimalisir potensi terjadinya kejadian kebakaran.
5. Hidran
Berdasarkan KEPMEN PU No.10KPTS2000, yang dimaksud dengan hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar nozzle untuk
mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 14, sistem pipa berdiri adalah
pengaturan dari pemipaan, katup, sambungan selang, dan peralatan bersatu dipasang di sebuah bangunan atau struktur dengan sambungan selang yang
terletak di sedemikian rupa sehingga air dapat dialirkan atau disemprotkan melalui
selang dan
nozzlel terpasang,
yang bertujuan
untuk pemadaman kebakaran dan melindungi sebuah bangunan atau struktur dan
isinya selain untuk melindungi penghuni. Berdasarkan tabel 5.10 area desalination plant memiliki tingkat pemenuhan
hidran halaman sebesar 100 . Hidran halaman terletak di dekat water intake dengan jarak 5-10 m ke area desalination plant. Saran yang dapat diberikan
adalah pemeriksaan rutin hidran agar tetap dilakukan secara continue sesuai dengan standar minimal. Agar hidran selau berfungsi dengan baik dan siap
untuk digunakan kapanpun. Selain hal itu karena bencana selalu terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, maka nozzle harus sudah dipasang
pada selang kebakaran. Sehingga kapan pun terjadi kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi oleh alat proteksi kebakaran lainnya, dapat langsung
menggunakan hidran.
6.4.2 Sarana Penyelamat Jiwa