penggunaannya dan seluruh nozzlenya belum terpasang pada selang kebakaran. Maka saran yang dapat diberikan untuk perusahaan adalah agar
seluruh hidran yang ada diberikan petunjuk pemakaian, pemasangan nozzle ke selang kebakaran dan pemeliharaan supaya hidran dapat langsung
digunakan ketika terjadi kebakaran.
6.5.2 Sarana Penyelamat Jiwa
Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam
upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan. Sarana penyelamat jiwa tersebut
terdiri dari petunjuk jalan keluar, sarana jalan keluar, pintu darurat, tangga
darurat, penerangan darurat dan titik berkumpul. 1.
Petunjuk Jalan Keluar
Petunjuk arah jalan keluar adalah tanda gambar dan tulisan dalam suatu bangunan gedung atau industri yang memberikan petunjuk arah jalan keluar
dari lokasi. Biasanya ditempatkan di beberapa lokasi strategis, misalnya di persimpangan jalan
koridor atau lorong-lorong dalam lokasi gedung atau bangunan industri. Perda DKI No.03 tahun 1992
Berdasarkan tabel 5.27 area ground floor memiliki tingkat pemenuhan petunjuk jalan keluar sebesar 100 . Hal tersebut menunjukan bahwa
petunjuk jalan keluar yang berada di area ground floor sudah sesuai dengan NFPA 101 dan Kepmen PU No.10KPTS2000.
2. Sarana Jalan Keluar
Menurut NFPA 101, akses keluar adalah sebagian sarana jalan keluar yang mengarah ke pintu masuk untuk keluar. Berdasarkan tabel 5.28 area
ground floor memiliki tingkat pemenuhan sarana jalan keluar sebesar 100 . Hal tersebut menunjukan bahwa sarana jalan keluar yang ada di area ground
floor sudah sesuai dengan NFPA 101. 3.
Pintu Darurat
Menurut Puslitbang Departemen Pekerjaan Umum pintu kebakaran adalah pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya dipergunakan
apabila terjadi kebakaran. Sedangkan menurut NFPA 101, pintu darurat atau pintu kebakaran adalah pintu yang dipergunakan sebagai jalan keluar untuk
usaha penyelamatan jiwa manusia pada saat terjadi kebakaran. Berdasarkan tabel 5.29, pintu darurat yang berada di area ground floor
memiliki tingkat pemenuhan sebesar 85.71 . Untuk pintu darurat yang ada di area ini sudah memenuhi hamper seluruh komponen, namun para
karyawan menggunakan pintu tersebut untuk keluar masuk area setiap harinya.
4. Tangga Darurat
Tangga darurat atau tangga kebakaran digunakan sebagai sarana jalan jika terjadi kebakaran. Menurut KEPMEN PU No.10KPTS2000, tangga
kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.
Di area ground floor tidak dilakukan pemeriksaan mengenai tangga darurat. Hal tersebut dikarenakan area ini hanya terdiri dari satu lantai saja.
5. Penerangan Darurat
Penerangan darurat merupakan penerangan untuk menerangi sepanjang jalur evakuasi jika penerangan utama tidak berfungsi pada waktu terjadi
kebakaran, sehingga memudahkan usaha penyelamatan. Penerangan darurat yang digunakan untuk sarana jalan keluar harus bersumber dari aliran listrik
yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Lampu darurat dipasang pada tangga kebakaran, bordes, jalan penghubung dan jalan-jalan yang akan
dilalui pada saat evakuasi. Perda DKI, 1992 Area ground floor tidak memiliki lampu darurat. Namun terdapat 3
sumber listrik di area ini yaitu: AC listrik, DC listrik batterai dan diesel. AC listrik digunakan sebagai sumber listrik utama yang digunakan untuk seluruh
kepentingan kegiatan yang berlangsung. Ketika AC listrik padam maka akan langsung digantikan oleh diesel. Menurut salah satu karyawan bagian
produksi waktu perpindahan hingga listrik menyala kembali adalah sekitar 1 menit. Saran yang dapat diberikan adalah agar perusahaan tetap menyediakan
lampu darurat di area ini, walaupun sudah ada 3 sumber listrik yang berbeda.
6. Tempat berhimpun
Suatu tempat di area sekitar atau di luar lokasi yang diperuntukan sebagai tempat berhimpun dan dilakukan penghitungan saat terjadi keadaan darurat.
Tempat ini pula merupakan lokasi akhir yang dituju sebagaimana
digambarkan dalam rute evakuasi. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya kebakaran dan lainnya. NFPA 101
Berdasarkan hasil pemeriksaan tempat berhimpun dengan menggunakan daftar checklist NFPA 101, PLTU PT PJB UP Muara Karang memiliki
tingkat pemenuhan sebesar 100. Komponen-komponen yang telah dipenuhi diantaranya yaitu: tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi, tersedia
petunjuk tempat berhimpun, luas tempat berhimpun sesuai dengan minimal 0.3 m
2
orang, dan kondisi tempat berhimpun aman. Tempat berhimpun yang berada di area PLTU terletak di depan gedung office
dikarenakan tempat tersebut strategis. Area-area PLTU lainnya berada di dekat gedung office tersebut. Sehingga satu tempat berhimpun saja dirasa
cukup. Terdapat papan tanda penunjuk yang di cat hijau dengan warna dasar putih
untuk memberitahukan letak tempat berhimpun. Luasnya adalah 100 m
2
dengan garis pemabatas cat warna kuning, sedangkan jumlah kapasitas karyawan 108 orang yang bekerja setiap harinya. Kondisi tempat berhimpun
tersebut termasuk aman karena terletak jauh dari plant produksi. Hal-hal tersebut sesuai dengan standar NFPA yang menyebutkan bahwa tersedia
petunjuk tempat berhimpun, luas tempat berhimpun sesuai dengan minimal 0.3 m
2
orang dengan kondisi aman. Saran yang dapat diberikan terhadap perusahaan adalah agar tetap
memelihara kondisi tempat berhimpun selalu dalam kondisi aman. perawatan
garis pembatas dan tanda petunjuk tempat berhimpun sehingga selalu dalam keadaan baik dan dapat dilihat dengan mudah oleh karyawan.
6.5.3 Tingkat Pemenuhan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Area Ground Floor