Evaluasi dan Pengawasan Perpustakaan Sekolah

53 Menurut Rusina Sjahrial dan Pamuntjak 2000:118 anggaran dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu 1 gaji atau honor untuk karyawan, 2 pengadaan dan pemeliharaan koleksi, dan 3 hal-hal lain termasuk gedung, mebel, administrasi kantor. Penentuan besarnya anggaran yang diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan perpustakaan serta pembagian setiap kelompok anggaran, tidak dapat ditentukan secara pukul rata untuk semua perpustakaan, melainkan akan berbeda dari satu perpustakaan ke perpustakaan lain. Untuk perpustakaan sekolah menurut Rusina Sjahrial dan Pamuntjak 2000:118 salah seorang guru ditugaskan di perpustakaan dan ia biasanya dibantu juga oleh siswa. Dengan demikian anggaran untuk pegawai dapat ditekan. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dana perpustakaan paling sedikit yaitu 5 dari anggaran belanja operasional sekolah dan digunakan untuk pengadaan kebutuhan perpustakaan.

3. Evaluasi dan Pengawasan Perpustakaan Sekolah

Tahap terakhir dalam fungsi manajemen adalah tahap evaluasi dan pengawasan.

a. Evaluasi Perpustakaan

Evaluasi berasal dari kata evaluation bahasa inggris. Kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan menyesuaikan lafal Indonesia menjadi “evaluasi” atau dapat diartikan pula penilaian. Evaluasi itu sendiri menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar 2010:2 adalah kegiatan 54 untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukkan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Pendapa t lain dikemukakan oleh Yusuf 2000:3, “evaluasi adalah usaha utuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang ak an dilakukan di depan.” Dalam hal ini Yusuf menitikberatkan kajian evaluasi dari segi manajemen, dimana evaluasi merupakan salah satu fungsi atau unsur manajemen, yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi manajemen lainnya yaitu perencanaan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi dalam perpustakaan adalah suatu proses penilaian dari hasil yang telah direncanakan seperti perencanaan bahan pustaka, perencanaan SDM, perencanaan sarpras, perencanaan layanan dan perencanaan penggunaan dana yang kemudian dijadikan umpan balik atau alternatif untuk perencanaan selanjutnya.

b. Pengawasan

Fattah 2004: 101 mengemukakan bahwa : “Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu 1 menetapkan standar pelaksanaan, 2 pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan 3 menentukan kesenjangan deviasi antara pelaksanaan dengan standard dan rencana. Pengawasan sangat erat dengan perencanaan karena melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur .” Sutarno 2004: 128 mengemukakan bahwa “pengawasan adalah kegiatan membandingkan atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana-rencana yang sudah ditetapkan 55 sebelumnya.” Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen dilaksanakan untuk mengetahui: 1 Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya. 2 Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan. 3 Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang penyimpangan, dan pemborosan. 4 Untuk meningkatkan efisien dan efektifitas organisasi. Tujuan pengawasan adalah: 1 Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi. 2 Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi. 3 Mendapatkan efisiensi dan efektifitas. Pengawasan yang efektif menurut Siagian 2007: 130-135 memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1 merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan; 2 memberikan petunjuk kemungkinan adanya deviasi dari rencana; 3 menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategis tertentu; 4 objektivitas dalam melakukan pengawasan; 5 keluwesan dalam pengawasan; 6 memperhitungkan pola dasar organisasi; 7 efisiensi pelaksanaan pengawasan; 8 pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat; 9 pengawasan mencari apa yang tidak beres; 10 pengawasan harus bersifat membimbing. Berdasarkan uraian tersebut, maka pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menilai, mengoreksi terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya 56 agar tujuan organisasi dapat tercapai. Seperti halnya pelaksanaan tugas-tugas, kekuasaan, dan tanggung jawab dalam suatu perputakaan perlu adanya pengawasan agar diperoleh hasil yang diharapkan, di samping peningkatan kualitas. Dengan adanya peningkatan ini diharapkan mampu menjamin bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan itu akan memberikan hasil atau produk seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, pengawasan dapat dilakukan pada kegiatan-kegiatan seperti perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi dan pengawasan perlu dilakukan oleh perpustakaan sebagai lembaga karena adanya faktor-faktor yaitu perubahan lingkungan organisasi, peningkatan kompleksitas organisasi, ataupun kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Perubahan lingkungan besar pengaruhnya terhadap perjalanan perpustakaan yang bahkan mungkin dapat mengancam kelangsungan perpustakaan tersebut.

D. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Rudi Suardi 2003:34 mengungkapkan bahwa perubahan secara signifikan terjadi pada ISO 9001:2000 karena terjadi penggantian 20 elemen standar menjadi 4 elemen standar yaitu tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya, manajemen proses dan pengukuran, alabisis dan peningkatan. Terbitnya ISO 9001 versi 2008 tidak memunculkan persyaratan baru dan tidak ada perubahan yang signifikan pada versi ini. Revisi yang dilakukan adalah untuk mempertegas pernyataan-pernyataan dalam standar yang dianggap perlu untuk dijelaskan. ISO 9001:2008 diadopsi oleh BSN Badan Standar Nasional menjadi Standar Nasional Indosesia SNI 19-9000-2009.