Outer Model Outer Reletion atau Measurement Model yang menspesifikasi

nilai square root of average variance extracted AVE setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik Fornell dan Larcker,1981 dalam Ghozali, 2008. Selain itu dievaluasi juga compositre reliability dari blok indikator. Composite reliabilty blok indikator yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal consistensy dan Cronbach’s Alpha. c. Weight Relation, Inner dan Outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi algoritma PLS. Nilai kasus untuk setiap varibel laten dapat diestimasi. Gambar 1. Langkah - langkah Analisis PLS Menurut Chin, 1998 seperti yang dikutip Ghozali 2008 menyatakan bahwa karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukutan prediksi yang mempunyai sifat non parametrik. Merancang Model Struktural inner model Merancang Model Pengukuran outer model Mengkonstruksi Diagram Jalur Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan Estimasi: Koef. Jalur, Loading dan Weight Evaluasi Goodness of Fit Pengujian Hipotesis Resampling Bootstraping

4. First Order Konstruk dan Second Order Konstruk

Kadangkala konstruk laten dalam penelitian dengan menggunakan Partial Least Squares PLS merupakan konstruk laten dengan multidimensi Ghozali, 2008. Misalnya konstruk kepuasan kerja dapat diukur dengan lima dimensi yaitu pekerjaan, atasan, teman sekerja, gaji dan promosi. Masing-masing dimensi diukur dengan indikator-indikator. Kelima dimensi tersebut disebut first order konstruk dan konstruk kepuasan kerja merupakan second order konstruk. Cara menganalisis second order konstruk menggunakan repeated indicators approach atau juga dikenal dengan hierarchical component model. Gambar 2. Repeated Indicators Approach Dalam pendekatan repeated indicators, ukuran indikator atau item digunakan dua kali. Pertama untuk mengukur first order component Y1 dan Y2 dan kedua untuk mengukur second order konstruk laten X yang sekaligus diukur juga oleh first order component. Chin et. al, 1996 dalam Ghozali 2006.

2.4. Perumusan Hipotesa

Hipotesa yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Organizational justice keadilan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasi pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. 2. Organizational justice keadilan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behaviour OCB pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. 3. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behaviour OCB pada PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 X Y2 Y1 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan masyarakat dimana masalah penyediaan dan pendistribusian air bersih di Kota Bogor merupakan tugas dan tanggung jawab dari perusahaan ini. Visi dari PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah menjadi perusahaan terdepan dibidang pelayanan air minum. Sedangkan misinya adalah memberikan kepuasan pelayanan air minum secara berkesinambungan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan yang ada dengan mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat dan berperan sebagai penunjang otonomi daerah serta meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal. Motto kerja PDAM Tirta Pakauan Kota Bogor adalah “Handal dalam pekerjaan, prima dalam pelayanan”. Untuk mencapai visi dan misinya PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memerlukan peran serta dari SDM-SDM yang handal dibidangnya untuk dapat menjalankan tanggungjawab diatas. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting bagi organisasi karena merupakan unsur yang mengendalikan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam menghadapi berbagai tuntutan zaman. Sehingga diperlukan strategi dari organisasi untuk mengelola sumber daya manusia secara optimal. Hal ini bertujuan untuk menciptakan SDM- SDM yang handal dibidangnya sehingga dapat berkinerja secara lebih baik. Untuk dapat berkinerja dan berproduktifitas dengan lebih baik salah satunya harus didahului dengan adanya keadilan dalam organisasi. Hal ini perupakan sesuatu yang penting karena karena karyawan yang merasakan keadilan dalam organisasi cenderung akan berkomitmen pada organisasi dan menampilkan perilaku-perilaku yang jauh melebihi dari yang disyaratkan oleh organisasi dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi. Dengan kata lain karyawan tersebut menampilkan perilaku ekstra peran atau organizational citizenship behavior OCB. Penerapan keadilan dalam organisasi secara lebih baik penting untuk menjadi perhatian dan pertimbangan organisasi agar tercipta komitmen karyawan pada organisasi dan organizational citizenship behavior OCB yang optimal.