127
ngerti.”, atau dalam bahasa Indonesia “Kalau ingin nilainya bagus ya dijawab lengkap, kalau malas menjawab, tidak dijawab juga tidak apa-apa. Santai sajalah.
Sebenarnya saya juga tidak tahu jawabannya.”, spontan teman-temannya yang tadinya kesal pada Papang terhibur dengan kalimat Papang yang dianggap lucu.
Akhirnya mereka mengerjakan soal dengan kesal namun juga menahan tawa. Di luar dugaan peneliti, uji kompetensi yang diadakan spontan tanpa
pemberitahuan sebelumnya, namun hasil yang diperoleh cukup memuaskan. Ini membuktikan bahwa penjelasan peneliti selama 3 kali pertemuan itu dapat
diterima dan dimengerti dengan baik. Begitu juga dengan nilai Papang. Ia juga mendapat nilai yang cukup memuaskan.
4.1.2.2.5 Catatan Harian
Kegiatan menulis catatan harian ini dilakukan setelah siswa selesai siklus II, tepatnya pada pertemuan keempat setelah kegiatan uji kompetensi berlangsung.
Setelah menghadapi soal uji kompetensi yang mengejutkan bagi mereka karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya baik dari guru maupun peneliti, siswa
terlihat sangat antusias ketika peneliti mengatakan “Setelah kalian berpusing- pusing, sekarang saatnya kalian mencurahkan perasaan kalian dalam catatan
harian”. Dalam kegiatan ini penulis memberikan kebebasan pada siswa untuk menuliskan apa yang mereka rasakan setelah mengikuti pembelajaran menulis
cerpen menggunakan teknik mind mapping dengan media mapping paper siklus II. Sama seperti catatan harian pada siklus I, peneliti hanya memberi 4 pedoman
yang harus ada dalam catatan harian yaitu 1 tentang perasaan siswa saat menulis
128
cerpen menggunakan teknik mind mapping, 2 kesulitan yang siswa alami saat menulis cerpen, 3 apakah kesulitan siswa teratasi setelah pembelajaran
berlangsung, dan terakhir 4 kesan dan pesan siswa terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung.
Hal pertama yang mereka ceritakan dalam catatan harian mereka adalah tentang perasaan mereka ketika menulis cerpen menggunakan teknik mind
mapping dengan media mapping paper. Hampir semua mengatakan senang membuat mind map terutama bila membuat mind map bersama-sama teman
sekelas dipandu oleh peneliti karena dengan begitu siswa dapat belajar sambil bermain dan bebas mengeluarkan pendapat dan imajinasi mereka seluas-luasnya
dan juga jadi tahu pikiran teman-teman. Dalam catatan harian siklus II ini dua puluh delapan siswa mengatakan senang menulis cerpen karena mereka merasa
ternyata menulis dengan mind map itu menyenangkan. Sedangkan 8 siswa mengatakan mereka kurang suka menulis cerpen namun sekarang suka menulis
cerpen karena berbeda dengan tulisan-tulisan ilmiah yang banyak aturan apalagi bila mengingat kata-kata peneliti bahwa dalam sastra itu siswa dituntut untuk
berimajinasi dan tidak pernah ada kata salah dalam berimajinasi. Selain itu tidak ada tuntutan jumlah halaman dalam menulis cerpen. Sedangkan 2 siswa
mengatakan tetap malas menulis cerpen karena menulis itu membosankan.
Meski siklus kedua, tetap ada beberapa kesulitan yang dialami oleh siswa. Tujuh belas siswa mengatakan bingung ketika memilih alur cerita mana dalam
mind mapping yang akan digunakan dalam menulis cerpen. Sedangkan sebanyak 21 siswa tidak merasa ada kesulitan dalam menulis cerpen.
129
Meskipun telah disebutkan ada beberapa kesulitan, namun hampir seluruh siswa menceritakan bahwa kesulitan itu terhapuskan karena mereka manikmati.
Siswa yang merasa kesulitan memilih alur cerita mana yang akan digunakan dalam membuat cerpen, sekarang tidak lagi karena peneliti sudah membebaskan
mereka dengan membuat mind mapping sendiri. Mereka juga mengungkapkan bahwa menulis cerpen itu jadi menyenangkan menggunakan teknik mind mapping
karena siswa jadi bebas berekspresi dan berimajinasi, tidak terpaku dengan runtut cerita menggunakan alur maju tapi diajarkan juga menggunakan alur campuran.
Namun ada 2 siswa yang merasa kesulitannya masih saja ada karena merasa
kurang tertarik dengan kegiatan menulis cerpen.
Kesan sebagian besar siswa ketika mengikuti pembelajaran menulis cerpen menggunakan teknik mind mapping dengan media mapping paper sangat baik.
Mereka merasa senang dengan pembelajaran yang diberikan karena materi yang disampaikan runtut dan mudah dimengerti, mereka merasa belajar tidak
membosankan karena diselingi dengan bermain mind mapping yang ternyata memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Hampir seluruh siswa memberikan
saran supaya pelajaran-pelajaran lainnya juga diselingi dengan permainan- permainan menyenangkan seperti mind mapping. Beberapa siswa memberi saran
agar suara peneliti ketika menjelaskan materi lebih keras lagi. Selain itu ada juga siswa yang mengungkapkan keluhannya karena peneliti mengadakan ujian secara
mendadak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sekaligus memberi saran agar tidak mengadakan ujian mendadak lagi.
130
4.1.2.2.6 Dokumentasi