Tema Alur Unsur-Unsur Cerpen

21 lengkap dan selesai sebagai suatu bentuk karya sastra meskipun bentuknya pendek.

2.2.2.2 Unsur-Unsur Cerpen

Aminudin 2002: 66-91 mengemukakan bahwa sebagai salah satu genre sastra, karya fiksi mengandung unsur-unsur yang meliputi tema, setting, gaya bahasa, penokohan dan perwatakaan, titik pandang dan alur. Unsur-unsur cerpen menurut Suharianto 2005: 17-28 ada delapan yaitu terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, tegangan dan padahan, suasana, pusat pengisahanpoint of view, dan gaya bahasa. Sedangkan menurut Didik Wijaya 2006 unsur pembangun cerpen terdiri atas tema, alur, karakter, sepenggal kisah hidup, pengguna kata, impresi, kejutan dan konklusi. Para ahli memiliki pengertian yang berbeda-beda tentang unsur-unsur pembangun karya sastra, namun perbedan itu hanyalah dari segi kuantitas atau jumlah saja. Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur intrinsik dalam karya sastra cerpen secara umum meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, pusat pengisahan atau sudut pandang dan gaya bahasa.

2.2.2.2.1 Tema

Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminudin 2002: 91 berasal dari bahasa latin yang berarti “tempat meletakkan suatu perangkat”. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolok ukur pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. 22 Menurut Suharianto 2005: 17, tema merupakan dasar berpijak seseorang membuat tulisan. Jadi, tema juga sering disebut dasar cerita, yakni pokok suatu permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai hasil karya tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide pokok yang menjiwai suatu cerita atau permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra tersebut. Tema suatu karya sastra dapat tersurat dan dapat juga tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang. Menurut jenisnya, tema dapat dibedakan atas dua macam, yakni tema mayor dan minor. Tema mayor adalah tema pokok, yakni permasalahan yang paling dominan menjiwai suatu karya sastra. Sedangkan tema minor yang sering juga disebut tema bawahan ialah tema bawahan yang merupakan cabang dari tema mayor. Wujudnya dapat berupa akibat lebih lanjut yang ditimbulkan oleh tema mayor.

2.2.2.2.2 Alur

Salah satu tujuan pengarang membuat tulisan adalah agar karyanya bisa diterima atau dimengerti oleh pembacanya dengan mudah. Agar tulisan kita dapat dimengerti dengan mudah maka dalam penyampaiannya sebuah cerpen harus disusun secara sistematis atau runtut menggunakan alur. 23 Menurut Sayuti 2000: 31 alur atau plot adalah penyusunan peristiwa- peristiwa berdasarkan hubungan-hubungan kausalitasnya. Alur menurut Aminudin 2002: 83 adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Menurut Suharianto 2005: 18-19, alur atau plot adalah cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun dengan memperhatikan hokum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Plot suatu cerita biasanya terdiri atas lima bagian, yaitu: a Pemaparan atau pendahuluan, yaitu bagian cerita tempat pengarang mulai melukiskan suatu keadaan yang merupakan awal cerita. b Penggawatan, yakni bagian yang melukiskan tokoh-tokoh yang terlibat dalam cerita mulai bergerak. Mulai bagian ini secara bertahap terasakan adanya konflik dalam cerita tersebut. Konflik itu bisa terjadi antar tokoh, antara tokoh dengan masyarakat sekitarnya atau antara tokoh dengan hati nuraninya sendiri. c Penanjakan, yakni bagian cerita yang konflik-konflik seperti yang tersebut di atas mulai memuncak. d Puncak atau klimaks, yakni bagian yang melukiskan peristiwa mencapai puncaknya. e Peleraian, yakni bagian cerita tempat pengarang memberikan pemecahan dari semua yang telah terjadi dalam cerita atau bagian-bagian sebelumnya. Dilihat dari cara menyusun bagian-bagian plot tersebut, plot atau alur cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik flashback. Suatu 24 cerita disebut beralur lurus bila cerita tersebut disusun mulai kejadian awal diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya dan berakhir pada pemecahan masalah. Apabila suatu cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir bergerak ke muka menuju titik awal cerita, alur cerita tersebut disebut alur cerita sorot balik. Di samping itu ada pula cerita yang menggunakan kedua alur tersebut secara bergantian, maksudnya sebagian ceritanya menggunakan alur lurus dan sebagian lagi menggunakan alur sorot balik. Tetapi keduanya dijalin dalam kesatuan yang padu sehingga tidak meninggalkan kesan adanya dua buah cerita atau peristiwa yang terpisah baik tempat maupun waktunya. Sementara itu bila dilihat dari padu atau tidaknya alur dalam suatu cerita, alur dapat dibedakan menjadi alur rapat dan alur renggang. Suatu cerita dikatakan berakhir rapat apabila dalam cerita tersebut hanya terdapat alur atau perkembangan cerita yang hanya berpusat pada suatu tokoh. Tetapi apabila dalam cerita tersebut selain ada perkembangan cerita yang berkisar pada tokoh utama ada pula perkembangan cerita pada tokoh-tokoh lain, maka alur demikian merupakan alur renggang. Jadi dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan kisah atau peristiwa yang ada dalam cerpen. Ada dua alur yaitu alur maju dan alur mundur flashback, namun yang paling mudah dibuat adalah alur maju yaitu keseluruhan cerita merupakan kronologis yang urut dan berkesinambungan. Namun sebuah cerpen yang baik adalah cerpen yang permainan alurnya jelas dan menarik, ada tegangan dan kejutan. 25

2.2.2.2.3 Tokoh dan Penokohan