Pembelajaran Konvensional Kajian Teori

Wina Sanjaya mendefinisikan strategi pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dengan strategi ini materi pelajaran disampaikan secara langsung, dan siswa tidak dituntut untuk menemukan materi tersebut. 40 Dalam pendekatan ekspositori ini Syamsudin Makmum mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Secara garis besar prosedurnya ialah: 41 2. Persiapan preparation : guru menyiapkan bahan secara lengkap dan sistematik. 3. Pertautan apperception : guru bertanya atau memberi uraian untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang diajarkan. 4. Penyajian presentation : guru menyajikan materi dengan cara memberi ceramah atau menyuruh siswa membaca buku teks 5. Evaluasi recitation : guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau siswa diminta menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri. Strategi ekspositorik yaitu guru yang mencari dan mengelola bahan pelajaran yang kemudian menyampaikannya kepada siswa. 42 Jadi, pembelajaran konvensional dalam hal ini adalah pembelajaran ekspositori yaitu pembelajaran dengan proses penyampaian materi secara lisan dimana siswa juga harus mengingat dan menghafal materi tersebut disertai pemberian tugas dan latihan. 40 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana,2010, h. 179. 41 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2010, h.79. 42 Yatim Riyanto, op. cit., h.137. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi pembelajaran konvensional yaitu strategi pembelajaran ekpositori ketika menjelaskan konsep dan pada saat latihan menyelesaikan masalah matematikanya menggunakan salah satu strategi pemecahan masalah yaitu menentukan yang diketahui, yang ditanya, dan informasi yang dibutuhkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan dapat didukung salah satu hasil penelitian dalam jurnal ALGORITMA yang berjudul “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMP ” oleh Lia Kurniawati menyatakan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan pemecahan masalah memiliki skor rata-rata yang lebih besar dalam semua aspek baik pemahaman, penalaran, maupun secara keseluruhan dari pada siswa yang pembelajarannya secara biasakonvensional. 43 Hasil Penelitian Yanto Permana dan Utari Sumarmo yang ditulis dalam jurnal EDUCATIONIST yang berjudul “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ” 44 , diperoleh hasil bahwa ternyata kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran biasa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukayasa tentang ”Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan 43 Lia Kurniawati, “Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa SMP ”, ALGORITMA, vol.1 No.1 Juni 2006. 44 Yanto Permana dan Utari Sumarmo,“Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ”, EDUCATIONIST, vol.1 No.2 Juli 2007. Masalah Matematika” 45 , dijelaskan bahwa dari penelitian ini menghasilkan suatu model pembelajaran berbasis fase-fase Polya untuk meningkatkan kompetensi siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika lalu dengan mengimplementasikan model pembelajaran ini maka guru dapat memotivasi siswanya untuk berpikir kreatif, mengemukakan ide atau gagasan dan meningkatkan kemampuan bernalarnya.

C. Kerangka Berpikir

Matematika sangat erat hubungannya dengan kemampuan penalaran. Penalaran reasoning merupakan proses berpikir yang lebih tinggi dari pemahaman. Penalaran juga diartikan cara berpikir dalam upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifatnya kemudian dapat menarik kesimpulan. Kemampuan penalaran mempunyai beberapa indikator, salah satunya yaitu memberi alasan logis. beberapa aspek dalam memberi alasan logis yaitu memahami masalah, bernalar, merencanakan penyelesaian masalah, dan memberi alasan mengapa cara atau informasi tersebut yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Dalam pembelajaran matematika di sekolah terkadang siswa hanya diberi penjelasan tentang rumus atau cara mengerjakan soal kemudian diberi latihan tanpa mengerti mengapa rumus atau cara tersebut yang digunakan atau ketika menemukan soal yang non-rutin siswa tidak dapat mengerjakannya karena tidak dapat memberi alasan logis terhadap permasalahan yang diberikan sehingga berpengaruh pada benar atau tidaknya jawaban yang diperoleh. Oleh karena itu, penting bahwa siswa memiliki kemampuan memberi alasan logis, maka guru harus berusaha memberi pembelajaran siswa untuk memiliki kemampuan memberi alasan logis. Untuk mengembangkan kemampuan memberi alasan logis siswa memerlukan strategi pembelajaran yang sesuai maka guru perlu menyiapkan 45 Sukayasa, “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya untuk Meningkatkan Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika”, AKSIOMA, Vol. 01 No.01 Maret 2012.