Pengujian Persyaratan Analisis Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Jumlah Sampel  2 hitung  2 tabel α=0,05 Kesimpulan Eksperimen 34 4,04 7,81 Berdistribusi Normal Kontrol 35 0,89 7,81 Berdistribusi Normal Karena  2 hitung pada kelompok eksperimen kurang dari  2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal sedangkan  2 hitung pada kelompok kontrol kurang dari  2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b Uji Homogenitas Tes Kemampuan Memberi Alasan Logis Siswa Setelah kedua kelas sampel pada penelitian ini dinyatakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya kita uji homogenitas varians kedua populasi tersebut dengan menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua varians populasi homogen. Hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung = 1,16 dan F tabel = 1,56 pada taraf signifikansi 05 ,   dengan derajat kebebasan pembilang 33 dan derajat kebebasan penyebut 34. Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Jumlah Sampel Varians s 2 F hitung F tabel α=0,05 Kesimpulan Eksperimen 34 162,65 1,16 1,56 Terima H Kontrol 35 139,81 Karena F hitung lebih kecil dari F tabel 1,16 ≤ 1,56 maka H diterima, artinya kedua varians populasi homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis ternyata kedua populasi tersebut berdistribusi normal dan keduanya homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes kemampuan memberi alasan logis siswa kelompok eksperimen yang menggunakan strategi pemecahan masalah working backward lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan rata-rata tes kemampuan memberi alasan logis siswa kelompok kontrol yang menggunakan strategi konvensional. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan uji-t. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang homogen tetapi berasal populasi berdistribusi normal, maka diperoleh t hitung = 2,67. Menggunakan tabel distribusi t pada taraf signifikan 5, atau  = 0,05 dengan derajat kebebasan = 67 diperoleh harga t tabel = 1,67. Hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji-t t hitung t tabel α=0,05 Kesimpulan 2,67 1,67 Tolak H Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa t hitung lebih besar dari t tabel 2,67  1,67 maka dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima dengan taraf signifikansi 5, berikut sketsa kurvanya: Dari gambar 4.3 berarti t hitung tidak berada pada daerah penerimaan H . Sehingga dapat disimpulkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima dengan taraf signifikansi 5. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil tes kemampuan memberi alasan logis siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pemecahan masalah working backward lebih tinggi daripada rata-rata hasil tes kemampuan memberi alasan logis siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi konvensional.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pengujian hipotesis terdapat perbedaan rata-rata kemampuan memberi alasan logis siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi pemecahan masalah working backward lebih baik dari pada pembelajaran dengan strategi konvensional. Hal ini dikarenakan strategi pemecahan masalah working backward memuat beberapa langkah penyelesaian yang dapat mengembangkan kemampuan memberi alasan logis siswa. Selain itu, pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah working backward lebih berpusat pada siswa student centered, guru menjadi fasilitator yang berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran dengan strategi konvensional  = 0,05 1,67 2,67 Gambar 4.4 Kurva Uji Perbedaan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol