Hasil Penelitian yang Relevan

Masalah Matematika” 45 , dijelaskan bahwa dari penelitian ini menghasilkan suatu model pembelajaran berbasis fase-fase Polya untuk meningkatkan kompetensi siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika lalu dengan mengimplementasikan model pembelajaran ini maka guru dapat memotivasi siswanya untuk berpikir kreatif, mengemukakan ide atau gagasan dan meningkatkan kemampuan bernalarnya.

C. Kerangka Berpikir

Matematika sangat erat hubungannya dengan kemampuan penalaran. Penalaran reasoning merupakan proses berpikir yang lebih tinggi dari pemahaman. Penalaran juga diartikan cara berpikir dalam upaya memperlihatkan hubungan antara dua hal atau lebih berdasarkan sifatnya kemudian dapat menarik kesimpulan. Kemampuan penalaran mempunyai beberapa indikator, salah satunya yaitu memberi alasan logis. beberapa aspek dalam memberi alasan logis yaitu memahami masalah, bernalar, merencanakan penyelesaian masalah, dan memberi alasan mengapa cara atau informasi tersebut yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Dalam pembelajaran matematika di sekolah terkadang siswa hanya diberi penjelasan tentang rumus atau cara mengerjakan soal kemudian diberi latihan tanpa mengerti mengapa rumus atau cara tersebut yang digunakan atau ketika menemukan soal yang non-rutin siswa tidak dapat mengerjakannya karena tidak dapat memberi alasan logis terhadap permasalahan yang diberikan sehingga berpengaruh pada benar atau tidaknya jawaban yang diperoleh. Oleh karena itu, penting bahwa siswa memiliki kemampuan memberi alasan logis, maka guru harus berusaha memberi pembelajaran siswa untuk memiliki kemampuan memberi alasan logis. Untuk mengembangkan kemampuan memberi alasan logis siswa memerlukan strategi pembelajaran yang sesuai maka guru perlu menyiapkan 45 Sukayasa, “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya untuk Meningkatkan Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Matematika”, AKSIOMA, Vol. 01 No.01 Maret 2012. strategi pembelajaran yang efektif. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran yaitu strategi pemecahan masalah working backward didesain untuk mengarahkan siswa dalam proses memecahkan masalah melalui hal yang ditanyakan kemudian ditelusuri sampai hal yang diketahui informasi yang terakhir diketahui dengan bantuan aljabar dan operasi matematika untuk memperoleh hasil tahap demi tahap. Strategi pemecahan masalah working backward memuat tiga komponen yaitu pertama, menentukan tujuan yang ingin dicapai : siswa diminta untuk menentukan hal yang yang ditanyakan pada soal, pada komponen ini akan dilatih kemampuan siswa dalam memahami masalah. Kedua, menentukan informasi atau cara yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan : siswa diminta untuk menentukan hal yang diketahui pada soal dan berpikir tentang cara bagaimana menyelesaikan soal, pada komponen ini siswa dilatih untuk bernalar dan merencanakan penyelesaian masalah. Ketiga, menggunakan informasi atau cara yang diperoleh untuk mencapai tujuan : menelusuri mulai dari hal yang ditanya sampai hal yang diketahui bekerja mundur sehingga memperoleh jawaban yang benar, pada komponen ini siswa dapat dilatih memberikan alasan logis. Pada komponen dalam strategi pemecahan masalah working backward sangat berguna melatih logika siswa karena strategi ini mengajak siswa mengenali situasi atau urutan peristiwa sehingga siswa dapat menganalisis satu demi satu dan setiap tahap, atau bagian informasi, yang dipengaruhi oleh apa yang diketahui berikutnya. Pada proses working backward ini siswa akan dilatih memberi alasan logis ketika menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas maka strategi pemecahan masalah working backward dapat memberi pengaruh kepada siswa agar memiliki kemampuan bernalar untuk memberi alasan logis terhadap kebenaran solusi permasalahan matematika. Adapun penjelasannya lebih lanjut dapat dilihat pada Bagan 2.1 sebagai berikut :