Hakekat Belajar Validitas PENDAHULUAN

12 Sehingga dapat dikatakan bahwa hakekat matematika adalah kumpulan ide- ide yang bersifat abstrak, terstruktur, dan ada hubungannya diatur menurut aturan yang logis didasarkan pada pola pikir deduktif.

B. Hakekat Belajar

Menurut Slameto 2010:2 belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Muhibbin 2008:68 belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman Berdasarkan beberapa pendapat di aatas belajar matematika adalah suatu tahap proses perubahan belajar dalam penanaman konsep-konsep dan struktur matematika yang diharapkan membawa kepada pemahaman ide-ide yang teroganisir secara sistematis untuk mencapai pengetahuan dan keterampilan.

C. Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, sehingga berpengaruh terhadap prestasinya. Setiap individu siswa pasti berbeda satu dengan individu yang lain. Begitu juga dalam tingkah laku belajarnya. Setiap anak didik juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima materi 13 pembelajaran yang disampaikan guru. Dalam keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagai mana mestinya disebut kesulitan belajar siswa. Dalam Clement, Weiner 2003 kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri dan fungsi integrasi sensori motorik.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar

Dalam M. Entang 1984 faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, yaitu : 1 Kelemahan fisik 2 Kelemahan mental baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman 3 Kelemahan-kelemahan emosional 4 Kelemahan yang disebabkan oleh karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah 5 Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan 6 Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa 14 b. Faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa antara lain : 1 Kurikulum yang seragam uniform, bahan dan buku-buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan- perbedaan individu 2 Ketidaksesuaian standard administrasi 3 Terlalu berat beban belajar dan mengajar, terlampau besar populasi dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar dan sebagainya 4 Terlalu sering pindah sekolah, atau program, tinggal kelas 5 Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat pendidikan sebelumnya 6 Kelemahan yang terdapat pada kondisi rumah tangga 7 Terlalu terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler 8 Kekurangan gizi Berdasarkan faktor-faktor yang dijelaskan oleh Bruton dalam Entang, 1984:13 dapat disimpulkan : a. Kasus yang mengalami kelemahan itu berupa kelas dan bukanlah pada kelemahan secara individual. Di antara sumber yang paling mungkin antara lain : 1 Kondisi sekolah dimana kualitas guru yang kurang memadai syarat 2 Sistem belajar mengajar yang digunakan 3 Metode dan tehnik belajar-mengajar yang dipakai 4 Bahan dan sumber belajar yang kurang 15 5 Pengelolaan kelas yang kurang sesuai 6 Letak sekolah yang terganggu keramaian luar b. Kasus ini berupa individu-individu siswa sepeti kelemahan dalam bidang studi tertentu karena kelemahan intelaktual, emosional, dan sebagainya.

2. Gejala-gejala siswa yang mengalami kesulitan belajar

Beberapa perilaku siswa yang menunjukkan gejala kesulitan belajar, antara lain : a. Menunjukkan hasil prestasi yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai kelas b. Hasil yang dicapai siswa tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dengan teman di kelasnya dalam segala aktifitas belajar. d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak wajar Dari gejala-gejala yang nampak itu maka guru akan mengadakan penyelidikan antara lain dengan : 1. Observasi dengan mengamati langsung aktifitas belajar siswa 2. Interview dengan melakukan wawancara langsung terhadap siswa 3. Tes diagnostik : yaitu mengumpulkan data melalui tes. 4. Mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen dari siswa yang akan diselidiki. 16

D. Diagnosis Kesulitan Belajar

Menurut Entang 1984:10 diagnosis kesulitan belajar siswa adalah upaya untuk mencari dan menganalisis penyebab kesulitan belajar siswa yang hasil belajarnya rendah atau siswa yang tergolong lambat belajar dan mengalami kesulitan belajar berdasarkan gejala-gejala yang nampak pada siswa.

1. Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar

Menurut Entang, 1984 adapun tehnik diagnosis pada umumnya mengikuti garis besar sebagai berikut:

a. Identifikasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar

Tahap ini merupakan tahap untuk mengetahui siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah membandingkan posisi atau kedudukan siswa dalam kelompoknya atau kriteria tingkat ketuntasan penguasaan yang ditetapkan sebelumnya yaitu PAP Penilaian Acuan Patokan maupun PAN nilai rata-rata kelas untuk suatu mata pelajaran atau materi tertentu. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan: 1 Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya, kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas PAP atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut PAP. 17 2 Menganalisis perilaku yang berhubungan dengan proses belajar melalui observasi, dengan membandingkan perilaku siswa yang mengalami kesulitan terhadap siswa lainnya yang sekelas. 3 Menganalisis hubungan sosial, dengan mengamati intensitas interaksi sosial siswa yang mengalami kesulitan dengan kelompoknya maupun siswa lainnya. Kasus kesulitan belajar itu dapat pula dideteksi dari catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajarnya. Di antara catatan proses belajar itu, ialah: cepat lambatnya menyelesaikan pekerjaan, ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran, partisipasi dan kontribusi dalam pemecahan masalah atau tugas kelompok, kemampuan kerjasama dan penyelesaian sosialnya.

b. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Siswa

Tahap ini merupakan tahap untuk menemukan kesulitan-kesulitan siswa pada mata pelajaran dengan menggunakan tes diagnostik.

2. Mengidentifikasi Penyebab Kesulitan Belajar

Tahap ini merupakan tahap untuk mencari faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan.

a. Alat Diagnosis Kesulitan Belajar

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan diagnosis dapat berupa tes seperti tes diagnostik dan non tes seperti observasi dan wawancara. Tes diagnostik digunakan untuk menemukan kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan 18 perlakuan yang tepat Arikunto, 2009 :34. Fungsi dari tes diagnostik ini adalah untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa serta untuk merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi. Tes diagnostik ini dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah pada siswa. Soal-soal yang disajikan dalam tes diagnostik ini berbentuk uraian sehingga mampu menangkap informasi dari jawaaban siswa secara lengkap. Menurut Nana Sujana 1989;35 secara umum tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Adapun kelebihan dari tes uraian yang meliputi: 1 Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi; 2 Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa; 3 Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran yakni berpikir logis, analitis dan sistematis; 4 Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah problem solving 19 Secara garis besar langkah-langkah dalam mengembangkan tes diagnostik Diknas, 2007:5 adalah : 1 Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya 2 Menentukan kemungkinan sumber masalah 3 Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai 4 Menyusun kisi-kisi soal 5 Menulis Soal 6 Mereview soal 7 Menyusun kriteria penilaian Tes diagnostik ini dapat dilaksanakan pada beberapa waktu sebelum proses pembelajaran, pada saat proses pembelajaran dan pada saat akan mengakhiti pembelajaran. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang dirasa sulit bagi siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah. Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan sebagai prosedur pengetesan diagnostik secara umum : 1 Harus ada analisis tertentu untuk kaidah, prinsip, pengetahuan atau keterampilan yang hendak diukur 2 Tes diagnostik yang baik direncanakan dan disusun mencakup setiap kaidah dan prinsip serta dujikan dengan cara yang sama. 20 3 Umumnya butir soal disusun secara berkelompok, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis dan diagnosis

E. Kategori Jenis Kesalahan

Menurut Widdiharto 2008, pada langkah-langkah pemecahan masalah soal matematika yang berbentuk uraian, siswa melakukan kegiatan intelektual yang dituangkan pada kertas pekerjaan. Dari jawaban siswa ini dapat dilihat jenis kesulitan yang dilakukan siswa. Kesulitan tersebut tampak pada kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan melihat letak dan bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan siswa. Bentuk-bentuk kesalahan tersebut dapa diambil sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran. Di samping itu, deskripsi kesalahan juga dapat bermanfaat memotivasi belajar siswa. Oleh karena itu, analisis kesalahan siswa selama proses penyelesaian soal perlu dilakukan untuk mengetahui kesulitan siswa. Davis berpendapat bahwa kesalahan dalam menyelesaikan suatu permasalahan adalah sumber utama untuk mengetahui kesulitan siswa. Menurut Polya, kesalahan dalam mengerjakan soal dapat terjadi pada aspek: 1. Pemahaman soal, apakah peserta didik dapat memahami soal dilihat dari bagaimana peserta didik menuangkan dari bahasa matematika yang ada pada soal 2. Penyusunan rencana, dilihat dari peserta didik yang menuliskan rumus apa saja yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. 3. Pelaksanaan rencana, dilihat dari sistematika pengerjaan soalnya 21 4. Pemeriksaan kembali, apakah peserta didik memeriksa kembali hasil pekerjaannya sebelum dikumpulkan. Menurut Lerner Abdurahman, 2003 mengemukakan berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri. Salah satu cara untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa adalah dengan menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa ketika menyelesaikan soal mengenai bangun ruang sisi datar. Karena dengan adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal tersebut, akan menunjukkan bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Hadar dkk 1987 mengklarifikasi jenis kesalahan sebagai berikut :

1. Kesalahan data

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat dihubungkan dengan ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang dikutip oleh siswa. Yang termasuk dalam kategori ini yaitu: a. Mengartikan informasi tidak sesuai dengan teks sebenarnya Siswa sudah paham apa yang ditanyakan soal, namun dalam penyelesaiannya kurang tepat dalam mengartikan apa yang diketahui. 22 Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang memahami apa yang diketahui dalam soal. b. Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel yang lain Siswa salah dalam menggunakan variabel yang diketahui ke dalam rumus. Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang teliti dalam membaca soal c. Menambahkan data yang tidak ada hubungannya dengan soal d. Mengabaikan data penting yang diberikan e. Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang tidak sesuai atau salah menyalin soal.

2. Kesalahan menginterpretasikan bahasa

Jenis kesalahan ini berkaitan dengan ketidaktepatan menerjemahkan suatu pertanyaan metematika yang dideskripsikan dalam suatu bahasa ke bahasa yang lain. dalam penelitian ini ditemukan dua tipe jenis kesalahan mengiterpretasikan bahasa, yaitu : a. Mengubah bahasa sehari-hari ke dalam bentuk persamaan matematika dengan arti yang berbeda. Siswa tidak dapat memahami apa yang ditanyakan soal cerita. Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang menggunakan logika yang tepat dalam mengartikan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika. b. Menulis simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang artinya berbeda c. Salah mengartikan grafik 23 Siswa salah dalam mengartikan grafik yang dimaksud dalam soal, siswa mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal gabungan dua Bangun Ruang Sisi Datar. Faktor penyebabnya ialah siswa sulit membayangkan grafik yang dimaksud dan sulit memahami unsur-unsur maupun sifa- sifat Bangun Ruang Sisi Datar dalam berbagai bentuk.

3. Kesalahan menarik kesimpulan

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan di dalam menarik kesimpulan dari suatu bentuk informasi yang diberikan atau dari kesimpulan sebelumnya, yaitu : a. Dari pernyataan bentuk implikasi → , siswa menarik kesimpulan sebagai berikut : 1 Bila q diketahui terjadi, maka pasti p terjadi 2 Bila p diketahui salah, maka pasti q juga salah b. Mengambil kesimpulan yang tidak benar, misalnya memberikan q sebagai akibat dari p tanpa dapat menjelaskan

4. Kesalahan menggunakan teorema, definisi, dan konsep

Kategori jenis kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan, teorema atau definisi yang pokok. Dalam penelitian ini, yang termasuk dalam kesalahan ini adalah: a. Menerapkan suatu teorema pada kondisi yang tidak sesuai 24 Siswa tidak sesuai menggunakan atau menerapkan rumus dalam menyelesaikan soal. Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang memahami penggunaan rumus dalam menyelesaikan soal. b. Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus, atau teorema. Dalam Hal ini siswa salah dalam mengutip rumus yang benar. Faktor penyebabnya yaitu siswa lupa dengan rumus yang dimaksud.

5. Penyelesaian tidak diperiksa kembali

Kesalahan ini terjadi jika langkah penyelesaian yang digunakan sudah benar akan tetapi hasil akhir penyelesaian tidak menjawab soal dengan tepat. Dalam jenis kesalahan ini siswa sudah tepat setiap langkahnya dalam menyelesaikan soal, namun jawabannya salah. Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang teliti dalam menghitung hasil akhir dan siswa tidak memeriksa kembali jawabannya.

6. Kesalahan teknis

Kesalahan teknis ini meliputi sebagai berikut: a. Kesalahan perhitungan b. Kesalahan dalam mengutip data dari tabel atau gambar c. Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar Dalam jenis kesalahan ini siswa salah mengubah satuan dan salah mengutip data yang diketahui. Faktor penyebabnya yaitu siswa kurang teliti dalam mengubah satuan dan kurang teliti dalam mengutip data yang diketahui. 25

F. Tinjauan Materi Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang sisi datar adalah bangun yang dibatasi oleh sisi-sisi bidang datar Nuniek Avianti Agus, 2008. Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian- bagiannya 5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas

1. Kubus

Kubus adalah bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam buah persegi yang kongruen Zakaria,1988 Gambar 2.1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang memiliki unsur- unsur sebagai berikut: a. Sisi Kubus Sisi adalah suatu bidang yang membatasi bangun ruang kubus. Kubus ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuik persegi, yaitu ABCD, EFGH, BCFG, ADHE, ABFE, dan DCHG.Sukino, 2006 Gambar 1 Kubus ABCD.EFGH 26 b. Rusuk Kubus Rusuk adalah ruas garis yang merupakan perpotongan antara dua bidang sisi pada kubus. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.Sukino, 2006 c. Titik Sudut Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga rusuk kubus yang berdekatan. Kubus ABCD.EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, H.Sukino, 2006 d. Diagonal Bidang Diagonal adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut sebidang yang saling berhadapan. Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi. Kubus ABCD.EFGH mempunyai 12 buah diagonal bidang, yaitu AF, BE, DG, CH, BG, BG, CF, AH, DE, AC, BG, EG, dn FH.Sukino, 2006 e. Diagonal Ruang Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik yang menghubungkan dua titik sebidang yang saling berhadapan dalam satu ruang. Kubus ABCD.EFGH mempunyai 4 diagonal ruang, yaitu GA, HB, FD dan EC.Sukino, 2006 f. Bidang Diagonal Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua diagonal bidang yang saling sejajar dan dua rusuk yang saling sejajar, sehingga membentuk bidang diagonal di dalam kubus. Kubus ABCD.EFGH 27 mempunyai 6 bidang diagonal, yaitu ABGH, CDEF, ADGF, BCHE, ACGE, dan BDHF.Sukino, 2006 Sifat-sifat Kubus : a. Semua sisi kubus berbentuk persegi yang kongruen b. Semua rusuk kubus berukuran sama panjang c. Setiap diagonal bidang kubus memiliki ukuran yang sama panjang d. Setiap diagonal ruang pada kubus memiliki ukuran sama panjang e. Setiap bidang diagonal pada kubus memiliki bentuk persegipanjang Luas Permukaan Kubus Luas permukaan adalah jumlah luas seluruh sisi bangun ruang.Luas adalah banyaknya persegi satuan yang tepat menutupi suatu bangun datar.Persegi satuan adalah persegi yang memiliki panjang sisi 1 satuan.Sukino, 2006 Dari gambar 2.2 terlihat suatu kubus beserta jaring-jaringnya. Untuk mencari luas permukaan kubus adalah dengan menghitung luas jaring-jaring kubus. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka, Luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus = × × = Gambar 2 Kubus dan Jaring 28 Volume Kubus Volume adalah banyaknya kubus satuan yang tepat memenuhi suatu bangun ruang.Kubus satuan adalah kubus yang memiliki panjang rusuk 1 satuan.Sukino, 2006 Gambar 2.3 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. Kubus pada gambar 2.3 a merupakan kubus satuan. Untuk membuat kubus pada gambar b diperlukan 2 x 2 x 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus pada gambar 2.3 c diperlukan 3 x 3 x 3 = 27 kubus satuan. Dan gambar 2.3 d diperlukan 4 x 4 x 4 = 64. Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukkan dengan cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali. Volume kubus = panjang rusuk x panjang rusuk x panjang rusuk = × × Volume kubus = Gambar 3 Kubus : Satuan a, Kubus b, Kubus c, Kubus d 29

2. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang yang masing-masingnya mempunyai bentuk dan ukuran yang kongruen. Zakaria, 1988 Gambar 2.4 menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH yang memiliki unsur- unsur sebagai berikut: a. Sisi Balok Balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi dengan 3 pasang sisi yang masing-masing pasang berbentuk persegi panjang yang bentuk dan ukurannya sama, yaitu ABCD dan EFGH, ABFE dan DCGH, ADHE dan BCGF. b. Rusuk Balok Balok ABCD.EFGH memiliki 12 rusuk dengan rusuk. Rusuk-rusuk tersebut terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing terdiri atas empat rusuk yang sejajar dan sama panjang. AB, DC, EF, dan HG disebut panjang balok. AE, BF, CG, dan DH disebut tinggi balok. AD, BC, EH, dan FG disebut lebar balok. Gambar 4 Balok ABCD.EFGH 30 c. Titik Sudut Balok ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H. d. Diagonal Bidang Balok ABCD.EFGH mempunyai 12 diagonal bidang, yaitu AF, BE, DG, CH, BG, CF, AH, DE, AC, BD, EG, dan FH. e. Diagonal Ruang Balok ABCD.EFGH mempunyai 4 diagonal ruang, yaitu GA, HB, FD, dan EC. f. Bidang Diagonal Balok ABCD.EFGH mempunyai 6 bidang diagonal, yaitu ABGH, CDEF, ADGF, BCHE, ACGE, dan BDHF. Sifat-sifat Balok : a. Sisi-sisi balok berbentuk persegipanjang. Dalam balok, minimal memiliki dua pasang sisi yang berbentuk persegipanjang. b. Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang c. Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran sama panjang d. Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang e. Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk persegipanjang 31 Luas Permukaan Balok Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara menghitung luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua luas jaring-jaring. Perhatikan gambar 2.5 berikut ini : Misalkan rusuk-rusuk balok diberi nama panjang, lebar dan tinggi seperti pada gambar 2.5. dengan demikian luas permukaan balok tersebut adalah Luas permukaan balok = luas persegipanjang 1 + luas persegipanjang 2 + luas persegipanjang 3 + luas persegipanjang 4 + luas persegipanjang 5 + luas persegipanjang 6 = × + × + × + × + × + × = × + × + × = [ × + × + × ] � = + + Gambar 5 Balok dan Jaring-jaring balok 32 Volume balok Proses penentuan rumus volume balok memiliki cara yang sama seperti pada kubus. Caranya adalah dengan menentukkan satu kubus satuan yang diajdikan acuan untuk balok yang lain. Proses ini digambarkan pada gambar 2.6 berikut: Gambar 2.6 menunjukkan pembentukan berbagai balok dari kubus satuan.Gambar 2.6 a adalah kubus satuan. Untuk membuat balok seperti pada gambar 2.6 b diperlukan 2 x 2 x 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat balok seperti pada gambar 2.6 c diperlukan 3 x 2 x 3 = 18 kubus satuan. Hal ini menunjukkan bahwa volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut. Volume balok = panjang x lebar x tinggi V balok = × ×

3. Prisma

Prisma adalah benda yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan oleh beberapa bidang lain yang pertemuannya sejajar. Zakaria, 1988 Gambar 6 Kubus Satuan a, Balok b, dan balok c 33 Dari gambar 2.8 tersebut, terlihat bahwa prisma segienam ABCDEF.GHIJKL memiki unsur-unsur sebagai berikut: a. Sisi b. Rusuk c. Titik Sudut d. Diagonal Bidang e. Bidang diagonal Sifat-sifat Prisma a. Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen b. Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegipanjang c. Prisma memiliki rusuk tegak. Dalam kondisi ini ada juga prisma yang rusuknya tidak tegak, prisma tersebut disebut prisma sisi miring. Gambar 7 A. Prisma Segitiga dan B. Prisma Segilima Gambar 8 Prisma Segienam A B 34 d. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama e. Nama suatu prisma didasarkan pada nama alasnya, diantaranya prisma segitiga, prisma persegi kubus, prisma persegi panjang balok, prisma segilima, prisma segienam. Luas Permukaan Prisma Dari gambar 2.9 terlihat bahwa segitiga ABC.DEF memiliki sepasang segitiga yang identik dan tiga buah persegipanjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian luas permukaan prisma segitiga tersebut adalah Luas permukaan prisma = luas ABC + luas DEF + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC = 2. Luas ABC + luas EDAB + luas DFCA + luas FEBC L p prisma = 2 x luas alas + keliling alas x tinggi Gambar 9 Prisma Segitiga dan Jaring-jaring Prisma Segitiga 35 Volume prisma Gambar 2.10 memperlihatkan sebuah balok ABCD.EFGH yang dibagi dua secara melintang. Terntaya hasil belahan balok tersebut membentuk prisma segitiga seperti pada gambar 2.10 b. Perhatikan prisma segitiga BCD.FGHpada gambar 2.10 c. dengan demikian volume prisma segitiga adlaah setengah kali volume balok. Volume prisma BCD.FGH = ×volume balok ABCD.EFGH = × × × = × × × V prisma = luas alas x tinggi

4. Limas

Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang dibatasi oleh bidang alas dan bodang-bidang sisi yang bersekutuan satu titik. Zakaria, 1988. Titik persekutuan itu disebut titik puncak limas. Gambar 10 Balok dan Prisma 36 Alas segitiga-segitiga itu berhimpit dengan rusuk alas limas. Bidang- bidang pembentuk limas disebut bidang limas dan garis yang merupakan perpotongan antara dua sisi limas disebut rusuk limas. Jarak antara titik puncak limas dengan bidang alas disebut tinggi limas. Volume Limas Perhatikan gambar kubus di bawah ini Kubus di atas memiliki rusuk yang panjangnya 2a. Jika setiap panjang diagonal ruangnya kita hubungkan dengan garis maka akan tampak seperti gambar di bawah ini. 2a Gambar 12 Kubus ABCD.EFGH Gambar 11 Balok dengan Panjang Rusuk 2a Gambar 11 Limas 37 Dari gambar di atas terlihat ada enam buah limas dengan tinggi a. Berikut salah satu bentuk limas yang ada pada gambar di atas, seperti gambar di bawah ini. Dari gambar 2.13 diketahui bahwa luas alas limas sama dengan luas persegi yakni: Luas Alas = × = Sekarang kita tentukan volume limas tersebut yang tingginya a, dengan menggunakan Volume kubus, maka kita akan dapatkan volume dari limas yakni: Volume limas = 6 × Volume limas = 6 × × × Volume limas = × × Volume limas = × × � ��� Jadi, dapat disimpulkan untuk setiap limas berlaku rumus berikut: Volume limas = × × � ��� Gambar 13 Limas dengan Tinggi a 38 Luas Permukaan Limas Luas permukaan limas T.ABCD terdiri dari sebuah alas berbentuk persegi dengan sisialas a dan selimut berupa empat buah segitiga sama kaki dengan panjang kaki b, alas a, dan tinggi segitiga c. hubungan a, b, dan c memnuhi teorema pytagoras. Luas selimut limas persegi = 4 x luas segitiga = × × × Luas alas limas persegi = × = Jadi luas permukaan limas persegi = luas alas + luas selimut = + Gambar 14 Limas dan Jaring-jaring i ii 39

1. Kumpulan Gambar Jaring-Jaring Bangun Ruang Lengkap

Berikut ini adalah contoh bangun ruang beserta jaring-jaringnya:

a. Kubus

Kubus merupakan sebuah bangun ruang yang terbentuk oleh enam buah sisi yang saling berbatasan dimana tiap sisi tersebut berbentuk persegi dengan ukuran yang sama besar. Sehingga apabila kita membelah sebuah kubus kemudian meletakkannya pada posisi mendatar akan diperoleh jaring-jaring kubus yang merupakan susunan dari enam buah persegi seperti terlihat pada gambar di 2.14

b. Balok

Sama halnya seperti kubus, balok juga terdiri dari enam buah sisi akan tetapi ukuran sisi pada balok berbeda. Ada 3 pasang sisi yang memiliki ukuran sama. Sehingga jika digambarkan, jaring-jaring dari sebuah balok akan menjadi seperti gambar 2.15: Gambar 14 Kubus dan Jaring-jaring Gambar 15 Balok dan Jaring-jaring 40

c. Prisma Segitiga

Berbeda dengan balok dan kubus, pada bangun ruang prisma segitiga ada dua buah sisi yang bentuknya berupa segitiga. Sehingga apabila digambarkan secara mendatar, jaring-jaring pada prisma segitiga akan terdiri dari dua buah segitiga dan tiga buah persegi atau persegi panjang.

d. Prisma Segi Lima

Untuk jaring-jaring prisma segilima, jumlah persegi atau persegi panjang yang muncul pada gambar akan lebih banyak. Jaring-jaringnya dibentuk oleh sebuah segilima dan lima buah persegi ataupun persegi panjang yang berderet. Gambar 16 Prisma Segitiga dan Jaring-jaring Gambar 17 Prisma Segilima dan Jaring-jaring 41

e. Prisma Segi Enam

Hampir sama dengan prisma segilima, hanya saja jaring-jaringnya akan terdiri dari satu buah bangun datar bersegi lima dan enam buah persegi atau persegi panjang yang berjajar. Gambar 2.18 berikut in adalah prisma segi enam beserta jaring-jaringnya:

f. Limas Segitiga

Karena limas segitiga dibentuk oleh empat buah sisi yang semuanya berbentuk segitiga, maka jaring-jaringnya akan terdiri dari empat buah segitiga seperti pada gambar berikut ini:

g. Limas Segi Empat

Berbeda dengan limas segitiga, untuk limas segi empat, gambar jaring- jaringnya berupa sebuah persegi atau persegi panjang yang pada tiap sisinya berbatasan dengan sisi berbentuk segitiga seperti terlihat pada gambar ini. Gambar 18 Prisma segienam dan Jaring-jaring Gambar 19 Limas Segitiga dan Jaring-jaring 42

h. Limas Segi Lima

Limas segilima terbentuk oleh sebuah alas berbentuk segilima dimana pada tiap-tiap sisinya berbatasan dengan 5 buah segitiga. maka jaring- jaring dari bangun ruang limas segilima akan tampak seperti sebuah bintang.

G. Prosedur Remediasi untuk Mengatasi Kesulitan Belajar

Pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Setiap sekolah pasti akan mengusahakan agar prestasi belajar siswanya meningkat. Jika ternyata hasil belajar siswa yang dicapai kurang optimal, dimana nilai siswa kurang dari standar ketuntasan minimal maka diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan . Oleh karena itu, siswa yang belum mencapai hasil belajar yang diharapkan perlu mendapat perhatian dari guru dengan pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan belajar. Gambar 20 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Gambar 21 Limas Segilima dan Jaring-jaring 43 Pada proses pengajaran remedial ini lebih menekankan pada usaha perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkungan turut mempengaruhi proses belajar mengajar.

1. Maksud dan Tujuan remedial

Rahman Natawijaya 1984,5 mengemukakan bahwa remedial adalah bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat menjadi baik. Jika penyembuhan itu diarahkan pada pengajaran maka disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial adalah usaha guru untuk menciptakan suatu yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin, sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan melalui suatu proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinir dan terkontrol dengan lebih objektif individu dan kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungan Aibin Syamsuddin Makmun, 2000 : 345.

2. Karakteristik Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial tentunya berbeda dengan proses belajar mengajar biasa. M. Entang 1984:10 perbedaan pengajaran remedial dengan proses belajar mengajar biasa terletak pada : 44

a. Tujuan

Pengajaran biasa diarahkan pada penguasaan bahan secara tuntas sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai secara maksimal. Sedangkan pengejaran remedial lebih diarahkan pada peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang mungkin diterimanya.

b. Strategi

Strategi belajar mengajar pengajaran remedial bersifat sangat individual dan lebih ditekankan kepada keragaman siswa baik yang berhubungan dengan kemampuan umum siswa, kemampuan khusus, penguasaan bahan dan sebagainya, penyampaian harus bervariasi serta langkah-langkahnya disusun secara sistematis. Sedangkan pada pengajaran biasa, strategi belajar mengajar biasanya lebih diarahkan untuk kemajuan kelas secara keseluruhan.

c. Bahan

Bahan untuk pengajaran remedial biasanya dikembangkan dengan materi yang lebih kecil-kecil dari pada bahan yang dikembangkan untuk pengajaran biasa, dengan demikian siswa yang memerlukan pengajaran remedial ini dapat menyerap bahan tersebut dengan kesukaran seminimal mungkin. Sedangkan pada pengajaran biasa, materi pembelajaran masih bersifat menyeluruh. 45

3. Prosedur Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial merupakan langkah lanjutan dari kegiatan diagnosis kesulitan dan memang kegiatan ini harus dilandasi dengan kegiatan diagnosis. Pengajaran remedial lebih diarahkan melaksanakan kegiatan pembelajaran remedial seorang guru dituntut untuk :

a. Menelaah kembali siswa yang akan diberi bantuan

Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran yang lebih definitif tentang seorang siswa dengan permasalahan yang dihadapinya, kelemahan yang dideritanya, letak kelemahannya, faktor utama penyebab kelemahan tersebut apakah bisa ditolong guru, berapa lama bantuan harus diberikan, kapan, oleh siapa dan sebagainya.

b. Alternatif tindakan

Alternatif tindakan ini direncanakan sesuai karakteristik kesulitan yang dihadapi siswa. Jika telah mendapatkan gambaran yang lengkap tentang siswa yang memerlukan bamtuan, alternatif tindakan selanjutnya yaitu : 1 Meminta anak untuk mengulangi bahan yang telah diberikan dengan memberikan petunjuk 2 Meminta anak untuk mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama baik yang sifatnya instruksional maupun efek pengiring 46 3 Bila kesulitan belajar siswa karena berlatar belakang seperfi sikap negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar, atau masalah dengan orang tua maupun temannya, maka kepada siswa tersebut diberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang bersifat psikoterapi.

c. Evaluasi pengajaran remedial

Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengajaran remedial tersebut dapat meningkatkan prestasi mereka. Tujuan paling utama adalah dipenuhinya kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan. Bila ternyata masih belum berhasil maka dilakukan kembali diagnosis dan pengajaran remedial berikutnya Entang, 1984. Adapun metode yang harus dilakukan dalam program pembelajaran remedial ini adalah metode tutor sebaya. Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjukditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antar teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru dan siswa. Dengan petunjuk dari guru, tutor ini membantu temannya yang mengalami kesulitan. Pemilihan tutor didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial baik dan cukup disenangi teman-teman. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Metode tutor memiliki kebaikan sebagai berikut : 1 Adanya hubungan dekat dan akrab 2 Bagi tutor merupakan kegiatan pengayaan 47 3 Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri. Ada tiga pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengajaranremedial: 1. Pendekatan pencegahan preventif Dari hasil pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa seseorang siswa mungkin akan mengalami kesulitan belajar dalam proses belajar-mengajarnya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku awal entrybehavior siswa, menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar-mengajar. 2. Pendekatan penyembuhan curative Pendekatan penyembuhan diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami hambatan dalam mengikuti proses belajar-mengajar. 3. Pendekatan perkembangan developmental Dalam hal ini guru senantiasa mengikuti perkembangan para siswanya dengan sistematis. Setiap ada hambatan segera dibicarakan dengan siswa dan dicarikan alternatif pemecahannya secara terus-menerus.

H. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Arikunto, 1999 :65 48

I. Kerangka Berpikir

Setiap siswa mempunyai karakteristik dalam memahami suatu materi yang beragam. Pada kenyataannya, tidak semua siswa mampu menempuh kegiatan belajarnya dengan lancar dan berhasil, namun masih banyak juga siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam memahami materi matematika dapat terlihat ketika siswa salah dalam mengerjakan soal-soal mencari volume dan luas permukaan bangun ruang sisi datar. Agar dapat membantu mengatasi kesulitan belajar siswa secara tepat maka diperlukan diagnosis kesulitan belajar dengan cara sistematis sebagai upaya menemukan faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan belajar. Setelah mengetahui letak kesulitan yang dialami siswa, jenis, latar belakang dan faktor penyebabnya, maka saya dapat memperkirakan bagaimana cara menolong siswa tersebut agar dapat dilaksanakan secara efektif yaitu dengan memberikan pengajaran remediasi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa. Evaluasi dari pembelajaran remedial dilakukan dengan memberikan tes remedial. Dari tes remedial tersebut dapat diketahui apakah kesulitan yang dialami siswa sudah teratasi atau belum. Kerangka alur berpikir dalam penelitian ini yaitu : 1. Memberikan tes diagnostik di dalam kelas 2. Menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM Kriteria Ketuntasan Minimum 49 3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan belajar 4. Menentukan alternatif bantuan dengan pembelajaran remedial 5. Mengevaluasi hasil pembelajaran remedial dengan memberikan post test pada siswa untuk mengetahui sejauh mana pengajaran remedial dapat meningkatkan prestasi mereka. 50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kesulitan belajar siswa dari kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal bangun ruang sisi datar, serta hasil observasi dan wawancara untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar belajar siswa.

B. Subyek , Waktu dan Tempat Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Ajaran 20142015 yang terdiri dari 38 siswa. Untuk menemukan siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar digunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin Entang, 1984 yaitu PAP Criterion-Referenced dengan langkah sebagai berikut: a. Peneliti menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang digunakan sekolah sebagai batas lulus. b. Peneliti memberikan skor pada hasil 1 sedangkan untuk jawaban salah siswa mendapat skor 0. Setelah menentukan niali tes awal siswa, kemudian peneliti membandingkan nilai tes awal siswa dengan nilai batas lulus.

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mendiagnosis kesalahan dan pembelajaran remedial Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar.

0 0 2

Kemampuan komunikasi Matematika dan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran advance organizer yang mengakomodasi pemanfaatan macromedia flash pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun aja

0 7 310

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan mendiagnosis kesalahan dan pembelajaran remedial Kelas VIII E SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi bangun ruang sisi datar

0 1 260

Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar.

0 1 266

Penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran remedial pada materi bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

0 37 237

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERBASIS HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.

3 85 472

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH TAMBAK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

0 0 16

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH TAMBAK PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR - repository perpustakaan

0 0 36

Upaya membangun aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah pokok bahasan volume bangun ruang sisi datar - USD Repository

0 16 264

Diagnosis dan remediasi kesulitan belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun ajaran 2017/2018 pada pokok materi bunyi dan getaran - USD Repository

0 0 111