Pendapatan Masyarakat Sesudah Pelaksanaan Program GERHAN

b. Peningkatan pendapatan masyarakat yang berasal dari hasil tanaman MPTS Jenis tanaman MPTS Multi Purpose Tree Species GERHAN di Pulau Ambon adalah jambu mete, coklat, kemiri, mangga, durian, dan pala. Penanaman tanaman MPTS dilakukan dengan tujuan agar dapat memberikan penghasilan kepada petani selama menunggu hasil panen tanaman kayu-kayuan. Untuk menilai besarnya manfaat yang dihasilkan dari tanaman MPTS maka digunakan prediksi produksi masing-masing jenis tanaman MPTS. Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Jambu mete yang berumur 3-4 tahun dapat menghasilkan gelondong kering 2-3 kgpohon. Harga per kilogram Rp 20.000 hasil ini meningkat menjadi 15-20 kgpohon pada umur 20- 30 tahun. Tanaman jambu mete sebenarnya masih dapat berproduksi sampai umur 50 tahun, tetapi masa paling produktifnya adalah pada umur 25-30 tahun . Buah coklat umumnya bisa dipanen secara bertahap hampir setiap minggu. Umur panen kakao juga terbilang pendek, sekitar 2-3 tahun. Harga coklat per kilogram sekitar Rp15.000. Tanaman Mangga Mangifera indica merupakan tanaman yang dimanfaatkan dari produksi buahnya. Tanaman ini sudah sangat membudaya di masyarakat Pulau Ambon, hampir setiap rumah dapat dijumpai sebagai tanaman pekarangan. Mangga masak dikonsumsi dalam bentuk buah segar yang langsung dimakan. Tanaman Mangga mulai berbuah pada umur 4-5 tahun. Buah mangga biasanya dapat dipetik pada umur 60- 90 hari sejak munculnya bunga. Masa panen berlangsung selama 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai bulan Oktober. Banyaknya hasil panen tergantung dari umur tanam. Mangga yang berumur 4-5 tahun dapat menghasilkan buah 10 kgpohon. Hasil ini meningkat menjadi 40-50 kgpohon mulai umur 10 tahun. Dan mencapai 70-80 kgpohon sampai umur 25 tahun. Tanaman mangga sebenarnya masih dapat berproduksi sampai umur 40 tahun, tetapi masa paling produktifnya adalah pada umur 15 – 20 tahun, hasilnya meningkat mulai umur 8 – 20 tahun. Harga per kilogram Rp 6.000. Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60 –70 tahun. Buah pala dapat dipetik dipanen setelah cukup masak tua, yakni yaitu sekitar 6 –7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda- tanda buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut murai merekah membelah melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna buah berbelah dua dan bijinya akan jatuh di tanah. Harga pala ± Rp. 25000. Pendapatan dari tanaman durian berasal dari hasil buah tanaman durian dan hasil akhirtebangan pohon durian tua, berupa kayu. Produksi buah durian pada awal produksi pada umur sekitar 10 tahun sekitar 3.200 buahhath, selanjutnya secara berangsur naik padaumur 15 tahun sekitar 4.800 buahhath sampai umur tanaman sekitar 40 tahun. Atau dengan kata lain, rata-rata produksi buah durian setiap tahunnya sekitar 4.500 buahhath sejak umur 10 tahun sampai dengan 40 tahun. Harga durian di pasaran Rp 5000buah.

5.2.2.4 Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial merupakan salah satu alat analisis untuk menilai kelayakan suatu usaha, ditinjau dari sudut pandang investasi. Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan aliran kas yang terdiskonto, meliputi pendekatan terhadap biaya, pendapatan, dan keuntungan usaha, dengan parameter BCR Benefit Cost Ratio, NPV Net Present Value , dan IRR Internal Rate of Return, pada rentang waktu pengusahaan untuk jenis tanaman jati daur produksi 30 tahun. Suku bunga yang digunakan mengacu pada suku bunga Bank Indonesia BI rate per triwulan III di tahun 2010 yaitu sebesar 15. Unsur biaya dalam analisis ini dikategorikan kedalam biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya yang digunakan meliputi biaya pengadaan bibit, biaya bahan, biaya alat serta biaya tenaga kerja. Semua responden di lokasi penelitian tidak melakukan pendokumentasian tata niaga dan arus kas, sehingga untuk mempermudah analisis dan mengantisipasi ketidaklengkapan data yang diperoleh dalam wawancara, maka digunakan beberapa acuan dan asumsi, yaitu : 1. Kuantitas bahan, alat, tenaga kerja, pajak tanah per hektar serta rata-rata harga kayu yang digunakan dalam analisis sama seperti apa yang dinyatakan oleh responden dalam wawancara. 2. Komponen biaya pemasaran tidak digunakan dalam analisis. 3. Beberapa komponen biaya mengacu pada standar rancangan teknis dishutlanak tahun 2004-2007, meliputi: a. Pembuatan papan nama Rp. 500.000 b. Pembuatan gubuk kerja Rp. 3.900.000 disesuaikan dengan kebutuhan c. Pembuatan ajir Rp. 150batang d. Bibit jati lokal Rp. 15.000batang e. Bibit lenggua Rp. 5.000batang f. Bibit mahoni Rp. 5.000batang g. Bibit durian Rp. 5.000batang h. Parang Rp. 25.000buah i. Cangkul Rp. 50.000buah j. Linggis Rp. 25.000buah k. Tenaga kerja pembersihan lahan Rp. 50.000HOK l. Tenaga kerja pembuatan lubang tanam dan penanaman Rp. 50.000HOK m. Tenaga kerja penyulaman Rp. 50.000HOK n. Tenaga kerja pemangkasan cabang Rp. 50.000HOK 4. Penyulaman tanaman dilakukan pada tahun ke-2 dengan jumlah sulaman sebesar 10 dari total jumlah tanaman. 5. Pemangkasan cabang dilakukan pada tahun ke-5. 6. Penjarangan tanaman dilakukan 2 kali selama daur produksi yaitu pada tahun ke-10 dan tahun ke-15, dengan jumlah sebesar 30 dari total tegakan awal untuk penjarangan pertama dan sebesar 30 dari total tegakan sisa untuk penjarangan kedua.