Lahan Milik Marga. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknis

pemanfaatan lahan marga ini berupa lahan kosong dan hutan adat marga. Lahan milik marga pengelolaannya diatur oleh aturan adat yaitu: 1. Lahan tidak boleh dipindahtangankan dijualbelikan sebelum lahan tersebut dibagi-bagikan dan menjadi milik individu. 2. Lahan tidak boleh diubah peruntukannya pola pemanfaatannya meskipun untuk ditanami pohon seperti kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Untuk mengubah pola pemanfaatan lahan harus ada kesepakatan bersama dari seluruh anggota marga. Hak kepemilikan secara bersama pada masyarakat di pulau Ambon terhadap sumberdaya hutan adalah meliputi sumberdaya lahan beserta segala hasil hutan kayu maupun non kayu pada wilayah yang menjadi hak kelola sesuai aturan adat yang disepakati berdasarkan tiap-tiap kelompok mata rumahrumah tau. Didalam wilayah hak kelola seperti ini biasanya sebagai batas pemisah yang mengatur kekuasaannya itu ditandai dengan batas-batas alam yang meliputi sungai, anak sungai, dan bukit atau pegunungan sebagai penandanya. Pada sistem penguasaan atas sumberdaya hutan secara bersama ini, semua keluarga atau individu yang termasuk dalam rumpun atau kelompok soa tersebut memiliki hak mengelola dan menggarap lahan serta sumberdaya hutan lainnya yang menjadi hak milik bersama. Hak menggarap lahan diperoleh atas persetujuan anggota mata rumah serta ijin dari kepala soa. Masyarakat di pulau Ambon yang bukan termasuk dalam kelompok mata rumahrumah tau boleh masuk kedalam wilayah dusung, namun hanya terbatas pada hak akses untuk menikmati keindahan dan melakukan kegiatan penelitian. Jika berkaitan dengan pembukaan ladang, maka harus melalui izin resmi dari kepala mata rumahkepala soa sebagai pemimpin dalam suatu mata rumah. Lahan milik bersama tidak diperkenankan untuk diperjual belikan kepada siapapun baik bagi masyarakat yang ada di dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Lahan tersebut dapat diperjual belikan kepada masyarakat dalam negeri apabila kawasan dusung yang telah menjadi milik bersama tersebut telah di dikelola untuk kepentingan pribadinya seperti pengusahaan dusung pusaka menjadi dusung milik pribadi.

c. Lahan Milik Negara

Lahan milik negara merupakan lahan yang tidak dibebani hak milik. Pada umumnya pola penggunaan lahannya berupa hutan, baik hutan produksi maupun hutan lindung. Lahan milik negara ini terdapat pada lahan milik masyarakat adat setempat yang terwakili oleh marga tertentu.

5.3.2 Aksi Kolektif Collective Actions

Sesuai dengan sifat pelaksanaan GERHAN yang terpadu, menyeluruh, bersama-sama dan terkoordinasi dan melibatkan semua stakeholder; dalam strategi pelaksanaan di lapangan sangat menekankan pentingnya partisipasi dan swadaya masyarakat. Partisipasi masyarakat dimaknai sebagai bentuk keterlibatan dankeikutsertaan masyarakat secara aktif dan suka rela, baik karena alasan-alasan dari dalam instrinsik maupun dari luar ekstrinsik dalam keseluruhan proses kegiatan GERHAN mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pemantauan, evaluasi, pengawasan serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat di sini adalah masyarakat setempat yang memiliki hubungan sosial ekonomi dan budaya dengan hutan atau lahan lokasi kegiatan GERHAN. Tingkat partisipasi masyarakat dalam GERHANdapat dilihat dari beberapa verifier, yakni jenis kegiatan yang melibatkan masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat, intensitas partisipasi masyarakat, dan mekanisme pelibatan masyarakat. Program GERHAN yang dilaksanakan di wilayah BPDAS Waehapu sejak tahun 2004 – 2007 secara garis besar terdiri dari beberapa jenis kegiatan sebagai berikut : 1 Perencanaan, 2 Penyiapan kelembagaan,3 Penanaman, 4 Realisasi, 5 dan Monitoring dan Evaluasi. Dalam penelitian ini, aksi kolektif juga dipahami sebagai aksi bersama secara sadar oleh berbagai pihak melalui berbagai proses sosial dan politik untuk memperoleh manfaat pembangunan. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan petani bahwa pelaksanaan pembentukan kelompok tani ini dilakukan dengan mempertimbangkan homogenitas etnis dari pada masyarakat di lokasi GERHAN. Dengan mempertimbangkan kebersamaan itu, maka akan lebih baik jika anggota dari kelompok tani itu merupakan orang terdekat dari pada anggota di dalamnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Hasil wawancara dengan stakeholder dari dinas pertanian, kehutanan dan Pertanian Kota Ambon yang menjadi pendamping petani GERHAN mengetahui bahwa lebih mudah menggerakan individu setiap anggota kelompok dalam melakukan kegiatan apabila kelompok tersebut berdasarkan homogenitas etnis. Melalui aksi kolektif seseorang berpeluang lebih untuk mengatasi keterbatasannya dalam hal sumberdaya, kekuasaan, kemampuan dan hak suara. Proses pembelajaran yang dilakukan mendorong motivasi setiap individu anggota kelompok untuk melakukan aksi bersama guna mencapai satu tujuan. Kepentingan bersama menjadi aspek penting dan menjadikan semangat bagi anggota kelompok untuk bekerja sama. Setiap kelompok memiliki aturan yang disepakati bersam. Aturan yang dibentuk mengikat setiap individu dalam kelompok untuk tetap berkomitmen mencapai tujuan bersama. Walaupun dalam prosesnya ada individu-individu yang tidak memenuhi komitmen mereka sendiri, keutuhan dan semangat kelompok untuk mencapai tujuan tidak terlalu terpengaruh secara signifikan. Salah satu contoh contoh yang terjadi adalah ketika salah seorang anggota kelompok menghasut anggota lain untuk tidak lagi datang bila ada pertemuan. Melalui kelompok, beragam ide individu mampu diakomodir. Beragam ide memberi banyak kesempatan untuk mendapatkan berbagai solusi atas suatu kendala. Dalam pelaksanaan GERHAN di lokasi hutan rakyat, pelibatan masyarakat dilaksanakan dengan sistem kerjasama kemitraan, dimana masyarakat menyiapkan lokasi kegiatan dan warga masyarakat yang akan melaksanakan GERHAN, sedangkan pemerintah memfasilitasi perencanaan, penyediaan bibit, alat dan bahan, serta biayainsentif pembuatan tanaman, serta pelatihan dan pendampingan. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan GERHAN disyaratkan melalui wadah kelompok tani, hanya anggota masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani yang berhak menjadi peserta dan mendapat berbagai fasilitasi pemerintah tersebut. Syarat kelompok tani antara lain mempunyai nama kelompok, alamat, pengurus kelompok, anggota dan pengesahan oleh kepala desalurah sebagai bukti bahwa kelompok tani tersebut benar ada dan mempunyai