Kegiatan Reboisasi untuk lokasi Tawiri I persen hidup tanaman mencapai 85 , Tawiri II persen hidup tanaman adalah 84 .
Sedangkan untuk kegiatan penanaman Hutan Rakyat Pengkayaan ada dua lokasi kegiatan yaitu Desa Laha dan Desa Passo. Dan diperoleh persen hidup
tanaman untuk Desa Laha adalah 85 , Desa Passo sebesar 84 . Pada jenis kegiatan Reboisasi Pengkayaan yaitu satu kecamatan pada 1 lokasidesa yang
dilakukan dengan sistem SPKS dengan 1 kelompok tani peserta GERHAN, diperoleh persentase tanaman tumbuh adalah 75 pada Kecamatan Sirimau,
lokasidesa Batu MerahSoya. Rekapitulasi tumbuh tanaman setiap lokasi pada penanaman hutan rakyat, reboisasi, hutan rakyat pengkayaan dalam rangka
GERHAN tahun 2005 Kota Ambon, adalah sebagaimana Tabel 12. Tabel 12 Rekapitulasi tumbuh tanaman setiap lokasi pada penanaman hutan
rakyat, reboisasi, hutan rakyat pengkayaan dalam rangka GERHAN tahun 2005 Kota Ambon
No Kecamatan
LokasiDesa Jumlah Tanaman
batang Jumlah
Tanaman Hidup
batang Persen
Tumbuh Rencana
Realisasi Jumlah
I Hutan
Rakyat 1.
Nusaniwe Air Louw
26.000 26000
100 23.140
89 2.T. Ambon
Air Ali 26.000
26000 100
23.140 90
Keranjang 26.000
26000 100
23.140 90
Hatiwe Besar I 26.000
26000 100
23.140 89
Hatiwe Besar II 26.000
26000 100
23.140 90
Jumlah 12.200
12.200 100
10.800 90
II Reboisasi
1.T.Ambon Tawiri I
66.000 66.000
100 56.100
85 Tawiri II
66.000 66.000
100 55.440
84 Jumlah
III Hutan Rakyat Pengkayaan
1.T. Ambon Baguala
Laha 30.000
30.000 100
25.000 85
Passo 20.000
20.000 100
16.800 84
Jumlah 50.000
50.000 100
42.500 85
IV Reboisasi Pengkayaan
1. Sirimau
Batu Merah Soya
36.000 36.000
100 27.000
75 Jumlah
36.000 36.000
100 27.000
75
Sumber :
Dinas Kehutanan Provinsi Maluku dengan Lembaga Penilaian Independen CV. Datu Abadi
Pemilihan lokasi untuk kegiatan reboisasi dan hutan rakyat cukup sesuai. Dimana daerah-daerah yang dipilih umumnya merupakan daerah-daerah kritis
dengan 80 topografinya bergelombang hingga bergunung serta topografinya dari mendatar hingga agak mendatar. Kegiatan persiapan lahan, persiapan
penanaman dan pembuatan tanaman secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah disahkan. Kegiatan penanaman untuk hutan rakyat
dilaksanakan di lahan masyarakat pada musim hujan sebelum pertengahan musim sehingga keberhasilan hidup tanaman cukup tinggi yaitu78,51 baik,
sedangkan kegiatan reboisasi dilaksanakan pada lahan negara dengan presentase keberhasilan 69,71 cukupsedang. Kegiatan penyulaman terhadap tanaman
tidak sehat atau mati secara umum sudah dilakukan hampir di semua lokasi. Kegiatan pemeliharaan lainnya seperti penyiangan dan pendangiran belum
dilakukan secara intensif. Sementara itu, tidak adanya bantuan pupuk bagi petani sehingga pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan setelah
tanaman tumbuh di lapangan. Kegiatan pengawasan dan pengendalian secara langsung di lokasi GERHAN 2005 dilakukan oleh pengawas teknis, pengawas
tingkat desa dan ketua kelompok tani di masing-masing lokasi. Pengawasan dan pengendalian kegiatan reboisasi juga dilakukan oleh Dishutlanak Kota Ambon
yang dilakukan secara periodik.
3. Pelaksanaan GERHAN Tahun 2006
Terdapat 2 lokasi kegiatan, yaitu Dusun TuniMahia Hutan Rakyat dengan presentase keberhasilan 60,03 cukupsedang dan Desa Amahusu
Reboisasi dengan presentase keberhasilan 58,47 cukupsedang dengan luas areal 100 ha. Presentase keberhasilan tanaman dikategorikan cukup, disebabkan
oleh waktu pelaksanaannya untuk penanaman hutan rakyat tidak sesuai dengan musim tanam sedangkan pada lokasi amahusu terjadi kebakaran sehingga
sebagian besar tanaman ikut terbakar dan mati. Rekapitulasi presentase tumbuh tanaman setiap lokasi pada penanaman reboisasi GERHAN tahun 2006 adalah
sebagaimana Tabel 13.
Tabel 13 Rekapitulasi presentase tumbuh tanaman setiap lokasi pada penanaman reboisasi dalam GERHAN tahun 2006 Kota Ambon
No Kecamatan
Lokasi Desa
Jumlah Tanaman batang
Jumlah Tanaman
Hidup Presen
tumbuh Rencana
Realisasi Jumlah
1. Nusaniwe
Tuni Mahia
Amahusu 20000
55000 18000
55000 90
100 11694
33016 58,47
60,03 Jumlah
75000 73000
44710
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku dengan Lembaga Penilaian Independen KSU SIVAKMA TANIHUA
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan terkait erat dengan faktor musim, jika ketidakberhasilan penanaman yang diakibatkan oleh faktor alam atau
musim dapat ditekan, dengan demikian tidak ada lagi faktor kegagalan yang dapat dijadikan alasan kecuali kesalahan dalam manajemen pengelola kegiatan.
4. Pelaksanaan GERHAN Tahun 2007
Pada Tahun 2007 hanya terdapat 1 lokasi kegiatan reboisasi, yaitu Dusun Kusu-kusu Sereh dengan luas 250 ha. Realisasi penanaman 332.093 bibit
tanaman. Namun berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi kegiatan, kenyataan yang diperoleh adalah hampir
sebagian tanaman tidak dapat hidup dengan presentase keberhasilan 25,9 sangat jelek karena keadaan lokasi
Kusu-Kusu Sereh
rawan dengan kebakaran, dan juga kondisi tanah tidak sesuai dengan tanaman yang diberikan. Kondisi ini
dapat dibuktikan dengan jenis tanaman yang tumbuh dilokasi ini hanya ditumbuhi oleh alang-alang. Namun demikian ada hal-hal mendasar yang dapat memicu
konflik dalam kegiatan reboisasi pada Dusun Kusu-kusu Sereh Desa Urimessing yaitu perekrutan tenaga kerja yang bukan berasal dari masyarakat dusun tersebut
sehingga muncul kecemburuan sosial warga masyarakat yang tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa untuk mengantisipasi potensi konflik diperlukan kerjasama antar kelompok tani hutan, tokoh masyarakat dan kelembagaan
pendukung pelaksanaan kegiatan reboisasi. Kelembagaan RHL yang berbasis pada kelembagaan adat dapat meningkatkan kemampuan adat dalam sektor
ekonomi. Untuk itu perlu penguatan kelembagaan RHL dilakukan melalui
peningkatan kapasitas organisasi, kapabilitas Sumberdaya manusia SDM dan pembuatan aturan main peraturan yang mendukung kegiatan RHL GERHAN.
Kegiatan pengembangan kapabilitas SDM, khususnya petani, dilakukan melalui upaya penyuluhan, pendampingan, pelatihan dan bimbingan teknis oleh dinas
terkait dan perguruan tinggi atau lembaga swadaya masyarakat LSM. Pengembangan kapasitas organisasi diarahkan kepada perluasan akses lembaga
tersebut ke lembaga lain dalam rangka meningkatkan bargaining position dan perannya. Sedangkan pembuatan peraturan dilakukan melalui kebijakan-kebijakan
pemerintah. Selain itu juga dengan mengembangkan kemampuan kelembagaan adat dalam organisasi RHL, selain meningkatkan kemampuan kelembagaan adat
dalam akses ekonomi juga lebih mempererat hubungan sosial mereka sehingga diharapkan dapat mengantisipasi potensi konflik yang mungkin terjadi.
5.1.4.3 Kesesuaian Tata Waktu Dan Anggaran Dalam Rencana dan Realisasi Pelaksanaan GERHAN
Ketersediaan dana atau anggaran sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu kegiatan. Demikian pula ketersediaan dana sebagai sumber pembiayaan
GERHAN, akan berpengaruh terhadap pencapaian target penanaman beserta ketepatan tatawaktu pelaksanaan seperti yang telah direncanakan. Berdasarkan
hasil wawancara dan verifikasi diketahui bahwa hampir sebagian besar pelaksanaan kegiatan GERHAN tidak dapat berjalan sesuai dengan tata waktu dan
anggaran yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pencairan dana atau anggaran GERHAN baru dapat direalisasikan beberapa bulan menjelang
berakhirnya tahun anggaran. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan terpaksa dihentikan sampai dengan luncuran anggaran yang belum digunakan tersebut
mendapatkan persetujuan.
Dari hasil verifikasi terhadap rencana tata waktu dan pembiayaan GERHAN di Kota Ambon didapatkan kondisi bahwa target yang telah ditetapkan, yang
menyangkut waktu pelaksanaan dan anggaran tidak dapat terealisasi sesuai dengan yang telah direncanakan, antara lain disebabkan oleh :
1. Anggaran kegiatan GERHAN rata-rata baru dapat dicairkan pada triwulan IV,
sehingga beberapa kegiatan seperti kegiatan perencanaan dan kegiatan pendukung lainnya tidak dapat dilaksanakan tepat waktu.
2. Lambatnya pencairan anggaran pelaksanaan GERHAN tersebut mengakibatkan
pelaksanaan kegiatan hanya memiliki waktu yang sangat terbatas, yaitu antara 2
– 3 bulan saja. 3.
Kegiatan GERHAN khususnya kegiatan penanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan. Sering dijumpai pada saat dana, sarana serta prasarana
telah siap, namun waktunya bertepatan dengan datangnya musim hujan. Hal ini juga berpengaruah terhadap keberhasilan kegiatan penanaman. Kondisi curah
hujan rata-rata tahunan Pulau Ambon disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Curah hujan rata-rata bulanan mm di Pulau Ambon
No Bulan
Tahun 2003
2004 2005
2006 2007
Curah Hujan
mm Curah
Hujan mm
Curah Hujan
mm Curah
Hujan mm
Curah Hujan
mm 1
Januari 97
2 151
181 140
2 Februari
115 1
96 237
104 3
Maret 85
5 197
119 76
4 April
199 233
274 171
295 5
Mei 244
300 537
380 255
6 Juni
224 485
167 1387
1057 7
Juli 667
191 536
287 191
8 Agustus
104 25
71 71
369 9
September 141
201 107
152 349
10 Oktober
39 139
203 5
232 11
November 73
28 145
17 118
12 Desember
276 26
207 129
237 Rata-rata Tahunan
4252 3246
5337 6134
6609
Sumber : Stasiun meteorologi Pattimura Laha –Ambon tahun 2003 - 2007
Secara umum dapat dijelaskan bahwa mekanisme pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan memerlukan waktu yang relatif panjang sehingga
pelaksanaan kegiatan hanya berkisar 2-3 bulan, sehingga pada saat anggaran tersebut akan direalisasi ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi pelaksanaan
kegiatan, seperti musim hujan, dan hari besar keagamaan. Di lokasi penelitian
musim hujan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan maupun keberhasilan kegiatan GERHAN. Hal ini disebabkan karena pada waktu musim
hujan pendistribusian atau pengangkutan bibit terhambat, sehingga bibit yang seyogianya diangkut ke tempat penanaman banyak dibuang oleh masyarakat
dalam hal ini petani. Sedangkan hari-hari besar agama seperti puasa dan natal merupakan hal yang sangat sakral bagi masyarakat Maluku maupun Kota Ambon
secara khusus dimana kegiatan masyarakat terfokus pada kegiatan keagamaan seperti Masjid dan Gereja, sehingga pelaksanaan kegiatan GERHAN tertunda.
Masa jeda inilah yang mengakibatkan tanaman stress bahkan mati sebelum penanaman dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di
lapangan dapat di gambarkan proses pencairandana GERHAN adalah sebagaimana Gambar 6.
Musim Hujan Oktober yang mengakibatkan pengangkutan bibit terhambat
Gambar 6 Proses pencairan dana GERHAN
Dipa Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Pelelangan Bibit
Penunjukan Pemenang Lelang April-Juni
Rencana Teknis Tahunan RTT disahkan di
BPDAS Juni-Juli September-Desember
Realisasi
Mempengaruhi Pelaksanaan Dilapangan
Dipengaruhi oleh hari besar agama Puasa dan Natal
5.2 Aspek Sosial Ekonomi
5.2.1 Aspek Sosial 5.2.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja yang Terlibat Dalam Program GERHAN
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan petani diketahui bahwa, penyerapan tenaga kerja yang terlibat dalam program GERHAN hanya sebagian
dari jumlah masyarakat pada satu lokasi, karena kelompok tani yang di bentuk terdiri dari 30 orang dan dipilih berdasarkan kepemilikan lahan. Penyerapan
tenaga kerja yang ada di masyarakat dalam melaksanakan program GERHAN diukur dengan jumlah HOK hari orang kerja masyarakat di luar pekerjaan
mereka sehari-hari, seperti persiapan lahan, penanaman yang meliputi : pembersihan lahan, pembersihan jalur tanam, pembuatan ajir, dan penanaman,
pemeliharaan : penyulaman, penyiangan dan pendangiran, pemupukan.
5.2.1.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Program GERHAN
Sesuai dengan sifat pelaksanaan GERHAN yang terpadu, menyeluruh, bersama-sama dan terkoordinasi dengan melibatkan semua stakeholder; dalam
strategi pelaksanaan di lapangan sangat menekankan pentingnya partisipasi dan swadaya masyarakat. Partisipasi masyarakat dimaknai sebagai bentuk keterlibatan
dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan suka rela, baik karena alasan-alasan dari dalam instrinsik maupun dari luar ekstrinsik dalam keseluruhan proses
kegiatan GERHAN, yang mencakup : pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pemantauan, evaluasi, pengawasan
serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Namun yang dimaksud dengan masyarakat di sini adalah masyarakat setempat yang memiliki hubungan
sosial ekonomi dan budaya dengan hutan atau lahan lokasi kegiatan GERHAN. Tingkat partisipasi masyarakat dalam GERHAN dapat dilihat dari beberapa
verifier, yakni jenis kegiatan yang melibatkan masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat, intensitas partisipasi masyarakat, dan mekanisme pelibatan
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan diperoleh temuan bahwa bentuk
partisipasi disini tidak melibatkan semua unsur masyarakat akan tetapi hanya pada anggota kelompok tani karena tidak mungkin masyarakat lain terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan di lokasi yang merupakan milik individu yang lain karena akan menimbulkan konflik internal yang terjadi dalam masyarakat, partisipasi
masyarakat hanya terpusat pada kelompok tani GERHAN bukan masyarakat sekitar secara bersama-sama, jumlah petani yang berpatisipasi tergantung pada
volume kegiatan dan jenis kegiatan, partisispasi petani akan terlihat jelas pada saat persiapan pelaksanaan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan penanaman.
Sehingga dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bentuk partisipasi di atas tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dan
menyeluruh antara lain, perekrutan tenaga kerja yang hanya dibatasi 30 orang, tidak melibatkan pemerintah desa dan lembaga adat dalam perekrutan tenaga
kerja, untuk penanaman hutan rakyat dilaksanakan pada lahan milik individu sehingga mengakibatkan akses terhadap kegiatan hanya dibatasi pada petani
GERHAN.
5.2.1.3 Jenis Kegiatan GERHAN Yang Melibatkan Masyarakat kelompok tani
Program GERHAN yang dilaksanakan di wilayah BPDAS Waehapu sejak tahun 2004
– 2007 secara garis besar terdiri dari beberapa jenis kegiatan sebagai berikut : 1 Perencanaan, 2 Penyiapan kelembagaan, 3 Penanaman, 4
Realisasi, 5 dan Monitoring dan Evaluasi. Bentuk keterlibatan masyarakat baik sebagai mitrapelaksana maupun pekerja yang terlibat pada berbagai kegiatan,
mulai dari perencanaan, pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, pengembangan kelembagaan, dan sebagainya. Adapun gambaran keterlibatan masyarakat pada
lokasi penelitian berdasarkan hasil survei lapangan dapat dilihat pada Tabel 15.