Tim pelaksana melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi dilakukan secara insidentil. Selanjutnya sosialisasi program dilakukan kepada
lembaga-lembaga tertentu saja. Berdasarkan hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa laporan pelaksanaan dibuat secara periodik namun tidak tepat waktu.
5.3.4.3 Pembentukan Kelompok Tani GERHAN
Kelompok tani adalah wadah organisasi yang tumbuh berdasarkan kebersamaan, keserasian, kesamaan profesi dan kepentingan dalam memanfaatkan
sumberdaya alam yang mereka kuasai dan berkeinginan untuk bekerja sama dalam rangka meningkatkan produktivitas bagi kesejahteraan anggota dan
masyarakat. Pembentukan kelompok tani dimaksudkan agar dapat bersama-sama merealisasikan dan memperoleh dampak dari segi ekonomi terhadap pelaksanaan
kegiatan GERHAN. Perbedaan yang sangat mendasar antara program GERHAN dan RHL sebelumnya adalah dalam pelaksanaannya program GERHAN ini
disamping kegiatan fisik dilakukan juga penguatan kelembagaan masyarakat kelompok tani. Kelompok tani bertanggung jawab terhadap kegiatan hutan
rakyat, pembuatan bangunan konservasi tanah di lahan milik mereka, disamping itu bekerja sama dengan dinas yang mengurusi kehutanan. Terbentuknya
kelompok tani disertai dengan terbentuknya pengurus dan administrasi kelompok, tersusunnya
kesepakatan dalam
pelaksanaan GERHAN,
terlaksananya pengelolaan dana kegiatan GERHAN, terlaksananya penyiapan lahan,
terlaksananya distribusi bibit, terlaksananya penanaman dan pembuatan bangunan konservasi tanah sesuai dengan rancangan teknis.
5.3.4.4 Koordinasi Dalam Pelaksanaan GERHAN
Banyaknya pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan GERHAN menyebabkan aspek koordinasi menjadi hal yang sangat penting untuk pencapaian
sasaran dan tujuan organisasi. Struktur organisasi yang ada di tiap-tiap desa sampel mengikuti pedoman pelaksanaan GERHAN, khususnya untuk organisasi
Tim Pembina. Dari hasil wawancara dan verifikasi, beberapa kondisi yang menjadi penghambat dalam melaksanakan koordinasi antara lain :
1. Uraian tugas dan tanggung jawab tidak merinci tugas dan tanggung jawab
personil yang duduk dalam tim, namun tugas tim secara keseluruhan. Hal ini
kadang menjadikan personil yang terlibat dalam tim tidak mengetahui tugas dan tanggung jawabnya secara jelas.
2. Personil yang duduk dalam organisasi Tim Pembina pada umumnya telah
mempunyai tugas dan kesibukan rutin di instansinya masing-masing, sehingga sering sulit untuk hadir dalam kegiatan koordinasi. Dalam implementasinya,
pelibatan dan koordinasi antar para pihak dalam pelaksanaan GERHAN turut memberikan pengetahuan dan pemahaman yang relatif baru mengenai aktivitas
berorganisasi dengan banyak pihak, khususnya dengan anggota tim lain yang berasal dari instansi yang berbeda.
5.3.4.5 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia SDM
Ada beberapa aspek yang menjadi perhatian dalam peningkatan sumber daya manusia, antara lain :
1. Pelatihan petani kader, pelatihan petani kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani sekitar hutan, khususnya petanikelompok
tani yang akan terlibat dalam kegiatan GERHAN sebagai kader-kader rehabilitasi hutan dan lahan, dan juga sekligus memberikan motivasi dan
dorongan kepada petanikelompok tani pelaksana GERHAN tentang pentingnya upaya konservasi hutan, tanah, air melalui gerakan reboisasi
maupun pembuatan tanaman hutan rakyat. 2. Kepeloporan TNI, pembentukan personil TNI yang terlibat di dalam
GERHAN ditandatangani oleh Kepala Kodim 1504 Pattimura yang tertuang dalam surat keputusan. Disamping itu juga dilakukan penataran singkat
terhadap personil yang terlibat pelaksanaan GERHAN, sehingga nantinya mereka akan siap untuk melaksanakan koordinasi dengan pemda secara
insidentil, memberikan penyuluhan terhadap petani dan pengerahan personil TNI ke lokasi kegiatan berfungsi untuk mengawasi kegiatan penanaman.
3. Penyelenggaraan pendampingan, dengan memberikan informasi kepada LSM dan calon pendamping lainnya, sekaligus melakukan Inventarisasi dan
identifikasi calon pendamping. Selanjutnya dilakukan penataran bagi pendamping yang memenuhi syarat.