Ketidaksepadanan Informasi Asymmetric Information

dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal di luar manajemen. Para pengguna internal para manajer memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik principal, namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal Jensen dan Meckling 1976. Tindakan earnings management telah memunculkan dalam beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, WorldCom dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat Cornett et al, 2006. Dalam kasus Enron misalnya, satu dampak yang sangat jelas yaitu kerugian yang ditanggung para investor dari ambruknya nilai saham yang sangat dramatis dari harga per saham US 30 menjadi hanya US 10 dalam waktu dua minggu. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah mengapa suatu perusahaan kelas dunia dapat mengalami hal yang sangat tragis dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah hasil audit keuangan perusahaannya dinyatakan “wajar tanpa syarat”. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan financial reporting yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi Gideon 2005. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi information asymmetry, yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi prepaper dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi user. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt 1989 mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: 1 manusia pada umunya mementingkan diri sendiri self interest, 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari resiko risk adverse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

2.5 Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial Hutan Rakyat GERHAN

Menurut Gittinger 1986, proyek adalah kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat benefit, atau suatu kegiatan dimana dikeluarkan biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang. Suatu proyek atau kegiatan hendaknya dipandang dari berbagai kelayakan feasibility diantaranya kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Untuk mengevaluasi kelayakan proyek digunakan analisis manfaat-biaya. Analisa biaya-manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analisis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dan total keuntungan dalam bentuk uang Dunn 2003. Secara sederhana konsep analisa manfaat-biaya adalah mengenali manfaat benefit dan biaya cost atas proyek kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat diperbandingkan. Apabila nilai manfaat lebih besar daripada nilai biaya, maka proyek tersebut menuju alokasi faktor produksi yang efisien Suparmoko 2006. Gittenger 1986 menyebutkan bahwa biaya dalam analisa proyek adalah tiap barang dan jasa yang digunakan dalam suatu proyek yang akan mengurangi tujuan yang harus ditempuh tergantung dari sisi mana analisa dilakukan, sedangkan manfaat adalah tiap barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu proyek yang dapat meningkatkan pendapatan petani atau perusahaan atau menaikkan pendapatan nasional masyarakatsuatu negara. Bahan pertimbangan yang menjadi kriteria kelayakan investasi proyek adalah : 1 Net Present Value NPV Net Present Value NPV adalah analisis manfaat finansial yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Konsep net present value merupakan metode evaluasi investasi yang menghitung nilai bersih saat ini dari uang masuk dan keluar dengan tingkat diskonto atau tingkat bunga yang disyaratkan. Kriteria penilaian adalah, jika NPV0 maka usaha yang direncanakan atau yang diusulkan layak untuk dilaksanakan dan jika NPV0, jenis usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan. 2 Benefit Cost Ratio BCR Metode analisa kelayakan usaha yang kedua adalah Benefit Cost Ratio BCR atau Profitability index. Metode ini memprediksi kelayakan suatu proyek dengan membandingkan nilai penerimaan bersih dengan nilai investasi. Apabila nilai BCR lebih besar dari 1 satu maka rencana investasi dapat diterima, sedangkan apabila nilai BCR lebih kecil dari 1 satu maka rencana investasi tidak layak diusahakan. NPV dan BCR akan selalu konsisten. Dengan kata lain, kalau NPV mengatakan diterima, maka BCR juga mengatakan diterima dan sebaliknya kalau NPV mengatakan ditolak, maka BCR juga akan menolak 3 Internal Rate Return IRR, Teknik perhitungan dengan IRR banyak digunakan dalam suatu analisis investasi, namun relatif sulit untuk ditentukan karena mendapatkan nilai yang akan dihitung diperlukan trial and error hingga pada akhirnya diperoleh tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. IRR dapat didefenisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang dinilai. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. Kriteria penilain digunakan tingkat bunga bank, maka usaha yang direncanakan atau yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, dan jika sebaliknya usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan.