BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama pada zaman ini manusia dituntut terus berjuang untuk bisa
mengenyam pendidikan. Selain itu, melalui pendidikan akan memudahkan manusia untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu manusia terus menerus
berjuang untuk memperoleh pendidikan. Adapun menurut Prof. Dr. Driyarkara, SJ, pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan manusia muda
atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani. Dalam hal ini dengan memperoleh pendidikan yang layak, manusia diharapkan menjadi manusia
seutuhnya serta menjadi manusia yang kehidupannya lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum memperoleh pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
1
Di dalam pendidikan membutuhkan yang namanya sekolah. Sekolah dalam hal ini, berperan
sebagai sarana untuk menjalankan proses pendidikan bagi anak didik. Melalui proses pendidikan di sekolah, sangat berkaitan dengan mendidik. Kata mendidik
adalah kata kunci dari pendidikan. Mengingat hal itu sangat penting untuk dipahami hakikat mendidik yang bermakna luhur dalam proses pendidikan.
1
Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, UNY Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 3-4.
Mendidik menurut Langeveld adalah mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya mencapai kedewasaan. Ahli lainnya, yaitu Hoogveld mengatakan
mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya. Sementara menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
2
Adapun rumusan lain yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang
berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani kesehatan fisik dan rohani pikir, rasa, karsa, karya,
cipta, dan budi nurani yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus menerus
guna mencapai tujuan hidupnya. Berdasarkan rumusan tersebut, pendidikan dapat dipahami sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, pendidikan merupakan
serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan menunjuk
pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Oleh
kerena itu, yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah guru. Guru memiliki
2
M. Sukardjo, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm. 9-10.
3
Ahmadi Rulam, Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 38.
tanggung jawab serta peranan penting dalam mencerdaskan anak-anak bangsa. Guru dalam hal ini, harus berusaha meningkatkan mutu pendidikan dalam hidup
berbangsa dan bernegara. Pendidikan memiliki arti yang lebih luas, meliputi pendidikan formal,
pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Menurut O.P. Dahama dan O.P. Bhatnagar, pendidikan formal pada dasarnya merupakan suatu aktivitas
institusional, seragam, dan berorientasi pada mata pelajaran, waktu belajarnya penuh, terstruktur secara hierarkis, mengarah pada perolehan sertifikat ijazah,
gelar dan diploma. Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur yang berkenaan dengan pengalaman sehari-hari yang tidak terencana dan tidak
terorganisasi. Selanjutnya, menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
4
Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada pendidikan formal. Pendidikan di sekolah sudah tentu terjadi
proses belajar dan pembelajaran. Dalam proses belajar dan pembelajaran diharapkan interaksi antara guru dengan siswa selalu ada. Hal ini bertujuan agar
kedekatan siswa dengan guru tersebut membawa dampak posistif terutama bagi kemajuan belajar siswa. Seorang guru yang tidak memiliki kedekatan dengan
siswa, sudah seharusnya terjadi komunikasi yang kurang baik antara guru dengan siswa. Jika komunikasi antara guru dengan siswa dapat dijunjung sebaik-baiknya,
maka dapat berdampak positif bagi diri siswa itu sendiri. Bahkan terjadi
4
Ibid, hlm. 82-84.
ketertarikan dalam diri siswa dengan mata pelajaran yang dsiajarkan oleh guru tersebut.
Sejarah merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lalu. Banyak orang beranggapan bahwa sejarah itu tidak perlu
dipelajari karena peristiwa dalam sejarah tidak ada kaitannya dengan kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Anggapan tersebut tidak hanya terjadi di
antara masyarakat umum, tetapi terutama di antara para pelajar. Di antara para pelajar, banyak yang tidak berminat mempelajari sejarah. Walaupun dipelajari, hal
itu disebabkan siswa merasa terpaksa karena mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran wajib di sekolah.
Dalam pembelajaran sejarah, menjalin interaksi antara guru sejarah dengan siswa sangat dibutuhkan. Bagaimana tidak, jika guru sejarah tidak mampu
menjalin interaksi yang baik terhadap siswa maka berakibat pada mata pelajaran sejarah. Di sini terjadi kekurangtertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah.
Selanjutnya, guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, agar terciptanya kelas yang kondusif. Jika guru tidak mampu menciptakan kelas yang kondusif,
maka siswa merasa kurang nyaman selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, kekurangtertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah dapat pula disebabkan oleh
sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sarana dan prasarana yang kurang memadai ini, mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti
pembelajaran sejarah.
Selain permasalahan di atas, kekurangtertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah dapat disebabkan oleh guru yang kurang profesional menggunakan media
dengan tepat. Penggunaan media yang kurang tepat, dapat mengakibatkan siswa merasa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran sejarah. Permasalah
selanjutnya, guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi, bahkan guru sering menggunakan motode ceramah dalam
pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dan bervariasi dapat mengakibatkan siswa mengantuk di dalam kelas karena merasa bosan pada
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Metode ceramah yang digunakan oleh guru dapat mengantarkan siswa ke alam tidur, dan siswa bisa sesak nafas akibat
dari ceramah yang digunakan oleh guru. Selain itu, siswa tidak akan bertahan duduk di kursi, walaupun bertahan sampai pembelajaran berakhir, hal itu
dikarenakan merasa terpaksa serta terdapat ketakutan dalam diri siswa jika berganti tempat duduk atau keluar masuk kelas saat pembelajaran berlangsung.
Akibatnya, tidak ada ketertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah.
Selain itu, banyak siswa yang tidak berminat mengikutpi serta mendalami pelajaran sejarah. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan dari luar
diri siswa tersebut. Rangsangan yang dimaksud adalah peranan guru sejarah untuk menumbuhkan minat belajar sejarah siswa melalui model-model pembelajaran
yang tepat serta penggunaan media yang tepat dan profesional. Model-model pembelajaran yang tepat serta sesuai dengan kebutuhan siswa, dan penggunaan
media dengan tepat dan profesional dapat menumbuhkan minat dalam diri siswa tersebut. Berdasarkan pengalaman peneliti melalaui kegiatan PPL yang
dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Oktober 2015 di SMK Negeri 2 Depok Sleman, masih terdapat siswa yang belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM pada mata pelajaran sejarah. Hal tersebut juga terutama terjadi di kelas X Teknik Pemesinan A berdasarkan observasi peneliti pada pra penelitian.
Bagaimana tidak terjadi, jika dilihat dari jurusan siswa tersebut tanpa berpikir kritis, jelas bahwa antara sejarah dengan teknik pemesinan jauh berbeda. Akan
tetapi jika dilihat secara kritis, pembelajaran sejarah dengan pemesinan memiliki keterkaitan apabila dalam mengajarkan sejarah selalu kontekstual. Dalam hal ini,
pembelajaran sejarah harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa kelas X Teknik Pemesinan A terutama keterkaitan antara pembelajaran sejarah dengan
pemesinan agar siswa pun memiliki minat dalam pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, sangat perlu perbaikan dalam proses pembelajaran sejarah agar tujuan
dari pembelajaran sejarah dapat tercapai, yaitu dengan meningkatnya minat diharapkan prestasi siswa juga dapat meningkat pada pembelajaran sejarah.
Dari berbagai permasalahan yang telah dipaparkan di atas, khususnya permasalahan pada pembelajaran sejarah, perlu mencari berbagai cara atau solusi
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada mata pelajaran sejarah. Tujuannya, agar dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa. Untuk
mengatasi hal tersebut, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Division STAD yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan yang ada pada pembelajaran sejarah terutama dalam meningkatkan minat dan prestasi siswa pada pembelajaran sejarah. Student Teams Achievement
Division STAD merupakan model pembelajaran yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru. Dalam pembelajaran, menuntut siswa untuk bekerja sama dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok, saling membantu antara satu dengan lainnya. Siswa juga berusaha untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi pembelajaran sekaligus
untuk meningkatan kecakapan individu dan kelompok. Oleh karena itu, melalui model pembelajaran Student Teams Achievement Division STAD ini, peneliti
mengharapkan dapat mengatasi masalah yang terdapat pada pembelajaran sejarah
dan mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah siswa.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul tentang
“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division STAD Siswa Kelas X
Teknik Pemesinan A SMK Negeri 2 Depok Sleman Yogyakarta ”.
B. Identifikasi Masalah