8. Hubungan Bentuk Makanan Terhadap Pemilihan Makanan Cepat Saji
Berbeda halnya dengan variabel bentuk, responden yang memiliki pemilihan makanan baik lebih banyak pada responden yang menganggap bentuk
tidak penting dalam pemilihan makanan 64,7 dibandingkan yang menganggap bentuk merupakan variabel yang penting dalam pemilihan makanan 59,9.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara bentuk dengan pemilihan makanan cepat saji p-value = 0,744. Walaupun jumlah
responden yang mengangap variabel bentuk merupakan hal yang penting dalam memilih makanan lebih banyak yaitu sebesar 147 81,2 repsonden bila
dibandingkan dengan yang menganggap variabel bentuk tidak penting yaitu sebesar 34 18,8 responden.
Penelitian ini tidak berhubungan kemungkinan disebabkan oleh makanan cepat saji biasanya disajikan tidak dengan mengkhususkan bentuk-bentuk tertentu
untuk menarik perhatian, biasanya para produsen membentuk makanan dengan bentuk yang sama dengan produsen lainnya misalnya; bakso dibentuk dalam
kondisi yang bulat, hanya yang berbeda variasi isi yang membuat konsumen lebih tertarik. Begitupun dengan makanan cepat saji lainnya seperti makanan kemasan,
biasanya untuk menarik perhatian produsen lebih memfokuskan kepada pengemasan makanan yang menarik agar banyak diminati konsumen. Karena
dalam produk makanan kemasan, kemasan merupakan salah satu faktor yang secara fisik dilihat pertama kali oleh konsumen. Daya tarik suatu kemasan akan
diserap otak sadar dan otak bawah sadar konsumen. Hal ini yang pada akhirnya
banyak mempengaruhi reaksi atau tindakan konsumen di tempat penjualan Tjhaja, 2009.
9. Hubungan Bumbu Terhadap Pemilihan Makanan Cepat Saji
Sementara itu pada variabel lain yaitu bumbu, bumbu berkaitan dengan rasa karena bumbu dapat menghasilkan rasa pada makanan. Jumlah responden
yang mengangap variabel bumbu merupakan hal yang penting lebih banyak yaitu sebesar 176 97,2 repsonden dibandingkan dengan yang menganggap tidak
penting sebesar 5 2,8 responden. Bila dilihat hubungannnya responden yang menganggap bumbu merupakan variabel penting memiliki pemilihan makanan
baik lebih tinggi yaitu sebesar 61,4 dibandingkan yang menganggap bumbu merupakan variabel yang tidak penting dalam pemilihan makanan 40. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara bumbu dengan pemilihan makanan cepat saji p-value = 0,382.
Penelitian ini tidak berhubungan kemungkinan disebabkan karena biasanya bumbu lebih dikaitkan dengan selera terhadap rasa. Orang yang
menyukai rasa asinmanis cenderung menambahkan garamgula kedalam makanannya. Sementara respons seseorang terhadap rasa tertentu tergantung pada
perbedaan genetik misalnya beberapa orang merupakan supertester yang dapat merasakan perbedaan kecil dalam rasa. Kesukaan terhadap rasa tertentu juga
dipengaruhi oleh budaya dan proses belajar dari pengalaman masa lalunya ataupun pengaruh orang-orang terdekat Wade, 2008.
Penelitian ini lebih difokuskan pada makanan cepat saji yang pada umumnya menggunakan bumbu-bumbu yang relatif sama dalam penyajiannya.
Seperti yang dikemukakan Moehyi, 1992 dalam Arifyani, 2010 setiap jenis masakan sudah ditentukan jenis bumbu yang digunakan dan banyaknya masing-
masing jenis bumbu itu. Perbedaanya hanya pada selera rasa dari masing-masing individu.
Oleh karena itu, walaupun akibat dari penggunaan bumbu yang berlebihan pada tidak dapat dirasakan secara langsung, namun alangkah baiknya jika hal ini
tetap harus diperhatikan karena dengan penambahan bumbu yang berlebih untuk menciptakan rasa yang sesuai selera beresiko meningkatkan penyakit degeneratif
seperti hipertensi maupun diabetes saat usia lanjut.
10. Hubungan Harga Terhadap Pemilihan Makanan Cepat Saji