tinggi terhadap penggunaan bahan tambahan pangan, serta perhatian terhadap penggunaan kemasan yang digunakan.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Makanan
Menurut Elizabeth dan Sanjur 1981 dalam Suhardjo 1989 ada tiga faktor utama yang mempengaruhi preferensipemilihan makanan yaitu:
a faktor indvidu, b faktor makanan, dan c faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi preferensi seseorang terhadap makanan yang
akhirnya akan mempengaruhi konsumsi pangan.
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki konsumen dapat meningkatkan kemampuan konsumen untuk mengerti suatu pesan, membantu mengamati logika yang salah,
dan dapat menghindari penafsiran yang tidak benar Engel et all 1995 dalam Susanto 2008. Pengetahuan yang cukup diharapkan dapat mengubah perilaku
remaja sehingga dapat memilih makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan dan seleranya.
Pengetahuan gizi merupakan prasyarat penting untuk terjadinya perubahan sikap dan perilaku gizi. Pengetahuan juga merupakan salah satu
pertimbangan seseorang dalam memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka akan semakin memperhatikan kualitas dan
kuantitas pangan yang dikonsumsinya. Orang yang semakin baik pengetahuan gizinya akan lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan
pengetahuannya dibandingkan panca inderanya sebelum mengonsumsi makanan Sediaoetama 1996 dalam Azrimaidaliza 2011.
2. Usia Menurut Krebs et all 2007 dalam Fermi 2008, prevalensi konsumsi
makanan ringan meningkat tiap individu pada anak usia 2- 18 tahun. Summebell et all 1995 menyatakan pada kelompok umur 39-59 tahun total
energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan adalah sebesar 25,5 pada laki-laki dan 21,4 pada perempuan. Sementara pada usia 65-91 tahun
tahun total energi yang diperoleh dari konsumsi makanan ringan hanya 16,6 pada laki-laki dan 17,9 pada perempuan Fermi 2008.
3. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
pemilihan makanan Sanjur, 2003. Menurut Gibney, et al 2009 umumnya kaum wanita tampak lebih banyak mempunyai pengetahuan tentang makanan
dan gizi serta menunjukan perhatian yang lebih besar terhadap keamanan makanan, kesehatan dan penurunan berat badan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza 2008 remaja laki-laki lebih bervariasi dalam pemilihan makanan dibandingkan siswa
perempuan. Hal ini disebabkan karena pada usia remaja, perempuan lebih memperhatikan body image atau citra tubuh sehingga membatasi asupan
makanan. Ezelle et al 1985 dalam Fermia 2008 menyatakan bahawa pola konsumsi makanan ringan pada anak laki-laki dan anak perempuan cenderung
sama meskipun asupan energi, kalsium, riboflavin pada anak laki-laki cenderung lebih tinggi dari pada anak perempuan. Konsumsi makanan ringan
pada perempuan berkontribusi 21 pada total asupan energinya sedangkan pada laki-laki hanya 14.
4. Pendapatan Pendapatan di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima
oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun, pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja,
pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi
pengangguran Samuelson dan Nordhaus, 1996 dalam Agung, 2012. Pendapatan mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan
beasiswa jika penerima beasiswa. Yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu,
dari uang saku inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya mereka alokasikan kepos-pos
pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan dan non makanan Agung, 2012. Menurut Benjamin et all 2004 dalam Arifyani 2010. Uang
saku sangat mementukan pemilihan makanan dan konsumsi makanan. Biasanya seseorang akan memilih makanan yang sesuai dengan uang saku
mereka. Dengan uang saku yang cukup besar biasanya seseorang akan sering memilih makanan-makanan yang modern dengan pertimbangan prestice dan
harapan akan diterima kalangan peer group mereka.
5. Keterampilan memasak Keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang
tatacara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan sampai bahan makanan
tersebut siap untuk dimakan. Banyak faktor yang berbeda mempengaruhi pemilihan jenis makanan dan
yang dikonsumsi, tetapi keterampilan untuk menyiapkan makanan yang tepat sangat memainkan peran penting. Kurangnya keterampilan dalam
mempersiapkan dan memasak makanan bisa berdampak pada kesehatan karena hal tersebut dapat membatasi pilihan makanan Eufic, 2011.
Makanan yang disiapkan di rumah cenderung lebih bergizi daripada yang berada dari rumah, dan berbagai makanan sehat dapat dicapai oleh
orang-orang yang secara teratur memasak yang berawal dari bahan mentah yang segar
Caraher M, 1999
.
Selanjutnya, memasak dari bahan mentah memberikan keleluasaan konsumen dalam pilihan bahan makanan, dan
dengan demikian memungkinkan untuk melakukan pola makan sehat terkait dengan nutrisi seperti garam, lemak jenuh dan gula yang akan diikuti lebih
ketat, untuk membantu mencapai diet gizi seimbang, karena gizi diketahui memainkan peran penting dalam kesehatan. Kemampuan persiapan makanan
dan keterampilan memasak memiliki potensi untuk mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan kesehatan. Oleh karena itu, keterampilan untuk
menyiapkan makanan, mengikuti resep dan tersedianya fasilitas, dapat berdampak pada pilihan makanan Eufic, 2011.
6. Status Gizi Suhardjo 2003 menyatakan bahwa status gizi merupakan bagian yang
penting dari status kesehatan sesorang. Status gizi sering digunakan sebagai cara untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makanan yang masuk
ke dalam tubuh dengan energi yang digunakan atau dikeluarkan untuk beraktivitas. Sehingga perbandingan BBTB yang diproyeksikan dalam status
gizi merupakan salah satu cara untuk mengimbangi makanan Nurcahyo, 2011.
Beberapa orang memiliki masalah kesehatan yang mempengaruhi pilihan makanan
Dorothy, 2006, misalnya orang yang memiliki status gizi lebih berusaha menurunkan berat badan dengan diet biasanya akan memilih
makanan yang berbeda dari seseorang yang status gizinya normal memungkinkan dia untuk makan apapun yang dia inginkan tanpa
kekhawatiran dari kenaikan berat badan yang berlebih. 7. Faktor makanan
Dalam mengkonsumsi makanan, sebagian orang mungkin lebih memilih makanan berdasarkan respons yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti
penglihatan atau cita rasa daripada sinyal internal yang berupa rasa lapar Gibney, et al, 2009. Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan
utama bagi seseorang untuk suka dan tidak suka terhadap makanan. Atribut
sensori seperti rasa, warna, tekstur, dan bentuk dapat berkontribusi dengan preferensi makanan individu. Panca indera memiliki dampak terbesar dan
menentukan apakah makanan akan ditelan atau lebih akan dimakan Lau et al., 1984 dalam Weaver, 1997. Sistem penciuman mampu mengidentifikasi
berbagai tak terbatas zat-zat volatil. Bau makanan secara kimiawi kompleks dan menstimulasi sejumlah reseptor Hara dan Hukum, 1972 dalam Weaver,
1997. Tekstur, bau, dan penampilan dapat berhubungan dengan ketidaksukaan terhadap makanan. Sementara itu, warna makanan merupakan
rangsangan pertama pada indera penglihatan sehingga warna memegang peranan utama dalam pemilihan makanan. Karena bila warnanya tidak
menarik akan mengurangi selera seseorang untuk mengkonsumsinya Moehyi, 1992 dalam Arifyani 2010.
Pemilihan makanan dipengaruhi oleh penerimaan atribut dan kesesuaian untuk dimakan. Sebagian besar keputusan pemilihan berdasarkan oleh
kualitas panca indera. Penilaian sensori bisa dianggap sebagai satu pendekatan paling praktis untuk memprediksikan penerimaan konsumen
terhadap suatu produk makanan, selain produk baru, produk diperbaiki kualitas atau modifikasi metode Aminah 1989 dalam Haryati 2009. Institut
Teknologi Makanan mendifinisikan penilaian sensori sebagai suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk merangsang, mengukur, menganalisis dan
menginterprestasi reaksi ciri-ciri makanan dan bahan-bahan apabila dinilai oleh panca indera seperti melihat, bau, rasa, sentuh dan dengar IFT 1981
dalam Haryati 2009. Dimana melibatkan penggunaan organ-organ sensori
yaitu mata, hidung, lidah, kulit dan telinga. Penilaian ini berhubungan dengan tanggapan konsumen terhadap rupa bentuk, aroma, citarasa, tekstur dan rasa
sesudah dimakan tanpa mempertimbangkan label, harga dan keterangan lainnya Stone Sidel 1995 dalam Haryati 2009.
The American Heritage Dictionary menawarkan dua definisi rasa. Definisi pertama adalah bahwa rasa adalah kemampuan sensorik tubuh untuk
membedakan manis, asam, asin, dan pahit ketika zat bersentuhan dengan lidah. Definisi kedua adalah bahwa rasa adalah kombinasi dari rasa, bau dan
sentuhan yang mulut dapat merasakan Utermohlen, 2006 dalam Magoulas, 2003. Studi telah menunjukkan rasa baru bahwa setidaknya ada enam selera
sensorik, menambahkan selera lemak dan Umami. umami berarti lezat dalam bahasa Jepang dan itu adalah kata yang sering digunakan untuk
menggambarkan rasa gurih makanan ketika akan meningkat. Anatomi rasa menggunakan lidah, hidung, otak dan konsep visual yang memiliki
mengajarkan apa yang harus mengharapkan otak. Rasa sebenarnya persepsi sensorik terakhir yang terjadi Banyak studi ilmiah telah menyimpulkan bahwa
sensori stimulan yang mempengaruhi tubuh manusia adalah sentuhan, rasa, bau, suara, dan penglihatan.Makanan pertama divisualisasikan dan kemudian
ditempatkan ke dalam mulut di mana ia dikunyah. Selama pengunyahan air liur yang diaktifkan di mulut bercampur dengan makanan maserasi dan
memberikan uap ke hidung. Selama proses ini molekul individu rasa yang dibawa dalam paket saraf, di mana sinapsis, atau sel-sel komunikator,
mengirim informasi ke saraf pemancar dalam bentuk serotonin. Serotonin
kemudian membakar sinapsis tambahan sehingga memberikan pesan ke otak untuk disimpan Utermohlen, 2006 dalam Magoulas, 2003.
Karakteristik makanan mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemilihan makanan untuk dikonsumsinya, faktor organoleptik makanan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya. Organoleptik makanan adalah penilaian indera untuk menguji suatu kualitas bahan pangan dengan
cara merasa, meraba, dan melihat untuk menentukan kualitas makanan, faktor organoleptik makanan berupa rasa, warna, tekstur dari makanan tersebut.
Menurut Mukri 1990 dalam Aristi 2011 cita rasa makanan ditimbulkan dari rangsangan indera penglihatan dan pengecapan. Makanan yang memiliki
cita rasa yang tinggi adalah makanan yang disajikan menarik, menebar aroma sedap dan memberikan rasa yang lezat. Selain itu, Warna memegang penting
dalam penampilan suatu makanan dan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam makanan, Warna merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai
indikator kesegaran atau kematangan suatu produk.Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati aroma makanan. Warna dalam makanan dapat
meningkatkan penerimaan konsumen tentang sebuah produk, betapapun lezatnya makanan apabila warna makanan tidak menarik maka akan
menurunkan selera makan, namun harus diperhatikan pula zat pewarna yang digunakan dalam makanan. Zat pewarna sintesis yang digunakan untuk
makanan tetapi tidak memenuhi standar penggunaanya akan membahayakan kesehatan.
Sementara itu, menurut Soenardi 1996 dalam Aristi 2012 tekstur makanan adalah yang berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan
didalam mulut. Tekstur meliputi kerenyahan, keempukan atau kekerasan dari makanan yang dirasakan oleh indera pengecap. Tekstur dapat mempengaruhi
cita rasa yang ditimbulkan oleh makanan dan dapat merangsang getah lambung serta dapat menentukan kelezatan makanan. Tekstur dan konsistensi
suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh suatu bahan tersebut, tekstur dapat mengubah rasa dan bau karena dapat mempengaruhi
kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Bila semakin kentar suatu bahan, penerimaaan terhadap intensitas
rasa, bau dan cita rasa semakin berkurang Winarno, 1989 dalam Aristi, 2011.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Azrimaidaliza 2008 karakterisitik makanan berhubungan dengan pemilihan makanan pada remaja.
Penelitian ini menunjukan kebanyakan remaja dalam memilih makanan mempertimbangkan aroma, rasa, warna,porsi,tekstur dan harga makanan. Pada
survei yang dilakukan oleh The International Food Information Council Foundation’s pada tahun 2008, 54 responden mengatakan rasa memiliki
dampak yang besar pada pembelian makanan dan minuman mereka, harga mempengaruhi 41 , 29 untuk kesehatan, dan 27 untuk kenyamanan
Central for advancing health, 2009.
8. Musim dan tingkatan sosial Bencana alam seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus dan terutama
perubahan lingkungan hidup keluarga secara tidak langsung akan mengarah kepada kebiasaan makan Adanya musim bencana alam tersebut dapat
mengurangi cadangan pangan bahkan meniadakan sama sekali, penambahan pangan dari daerah lain, belum tentu dapat menyelesaikan masalah
kekurangan pangan didaerah bencana tersebut Suhardjo, 1989. Perbedaan kebiasaan makan juga sering ditemui dalam keluarga yang
mendahulukan atau mengistimewakan orang tua dalam hidupnya, sehingga anak-anak dan kaum wanita biasanya mendapat prioritas terakhir dalam hal
makanananya. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi dari anak maupun kamum wanita tersebut, padahal jumlah energi yang diperlukan oleh ibu
rumah tangga cukup besar dibandingkan kepala keluarga yang biasanya bekerja dikantor.
9. Mobilitas Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas Hidayat, 2004 Mobilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam pemilihan makanannya. Semakin tinggi mobilitas seseorang, biasanya semakin tinggi pula ketergantungan akan makanan instan yang mana
hal ini dapat mengganggu asupan nutrisi ke dalam tubuh. Menurut Boutelle
2007 dalam ministrymagazine, 2011 kegiatan ekstrakurikuler untuk anak- anak dan pekerjaan tambahanlembur untuk orang tua sering mengakibatkan
ketergantungan pada makanan cepat saji. Penelitian menunjukkan bahwa rumah di mana makanan cepat saji menggantikan makanan tradisional
setidaknya tiga kali seminggu cenderung memiliki lebih banyak chip dan soda yang tersedia.
10. Pekerjaan dan jumlah keluarga Pekerjaan yang dapat mempengaruhi pendapatan merupakan faktor yang
paling menentukan tentang kualitas dan kuantitas makanan. Terdapat hubungan antara pendapatan yang berasal dari keuntungan pekerjaan terhadap
gizi yang tentunya terkait dengan pemilihan makanan, hal ini merupakan pengaruh dari didorong oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang
meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya Suhardjo, 1989.
Menurut BKKBN 1998, besar rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya
yang tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, besar rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rumah tangga kecil, sedang,
dan besar. Rumah tangga kecil adalah rumah tangga yang jumlah anggotanya kurang atau sama dengan 4 orang. Rumah tangga sedang adalah rumah tangga
yang memiliki anggota antara lima sampai tujuh orang, sedangkan rumah tangga besar adalah rumah tangga dengan jumlah anggota lebih dari tujuh
orang BKKBN, 1998 dalam Ermawati, dkk, 2009. Pada skala rumah tangga tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup
dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan yang
diperlukan Suhardjo 1989, semakin besar jumlah keluarga maka pengeluaran untuk konsumsi makanan lebih besar dari pada pengeluaran
untuk non pangan. Keluarga adalah bagian penting bagi anak dalam belajar perilaku.
Menurut Arbeit dkk 1991 dalam Sarintohe, 2000, keterlibatan keluarga amatlah penting dalam pendidikan nutrisi. De Bourdeaudhuij dan Van Oost
1996 dalam Sarintohe, 2000 menjelaskan bahwa family food rules merupakan salah satu peran keluarga dalam membentuk perilaku makan yang
sehat. Family food rules terdiri dari kewajiban untuk makan makanan yang sehat dan larangan makan makanan yang tidak sehat. Jadwal makan keluarga
juga merupakan salah satu dari family food rules, yang dapat membantu membiasakan anak untuk punya jadwal makan yang tetap.
Keluarga inti terlihat memainkan peran penting dalam pembentukan pola makan. Peran fasilitas sosial yang dalam hal ini jumlah keluarga pada asupan
energi berhubungan positif antara jumlah orang yang hadir pada saat bersantap pada saat makan makanan kudapan maupun konsumsi makanan
dengan asupan energi yang tinggi seperti makanan pokok. Misalnya makanan yang disantap bersama dengan orang lain rata-rata 44 lebih banyak daripada
makanan yang disantap sendirian dan pilihan makanan lebih tinggi pada makanan dengan karbohidrat, lemak, protein dalam jumlah yang lebih besar.
Hal ini diasumsikan bahwa hubungan itu bersifat klausal yang mencerminkan kombinasi peningkatan ketersediaan makanan, suasana sosial yang rileks,
gangguan, makanan yang lebih menggoda dan durasi bersantap yang lebih lama Gibney, et all, 2009.
11. Perpindahan penduduktempat tinggal Perbedaan tempat tinggal juga mempengaruhi pilihan makanan. Hal ini
berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan Dorothy, 2006.
Misalnya seseorang yang hidup di desa tidak terdapat restoran yang menghidangkan makanan
cepat saji, karena tidak terbiasa mengkonsumsi makanan tersebut, setelah pindah dari desa ke kota dimana lebih banyak tersedia makanan cepat saji.
maka ia akan tertarik untuk mecoba makanan diluar kebiasaan makanannya.
C. Kerangka Teori