Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, ia pasti akan dapat mengajar, ia tidak perlu tahu proses belajar mengajar yang tepat, ia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya. Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif yang terbaik. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat, dan hafal. 7 Untuk itu diharapkan setiap guru dituntut adanya inisiatif dan kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar secara optimal demi tercapainya tujuan pembelajaran, karenanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus dilakukan secara optimal dan terus menerus, secara berkelanjutan karena hal itu memiliki posisi yang strategis dan dengan pembelajaran yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 8 Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada lembaga pendidikan formal sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil pembelajaran yang masih bersifat konvesional dan tidak menyentuh ranah kognitif ataupun afektif peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Telah jelas bahwa yang menjadi sasaran dari pendidikan agama Islam adalah selain para siswa menguasai ilmu pengetahuan agama tetapi siswa diharapkan mampu menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seolah- olah pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah itu. Setelah ditelusuri, pendidikan agama menghadapi beberapa kendala, antara lain waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan 7 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,Jakarta: Bumi Aksara, 2009cet.2, h.189 8 Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN Malang Press, 2008 h. 3 kepribadian yang jauh berbeda dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Dalam materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, lebih terfokus pada pengetahuan kognitif dan minim dalam pembentukan sikap afektif serta pembiasaan psikomotorik. 9 Dalam proses pembelajaran dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. 10 Di awal abad ke-21, prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dibawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia. Bahkan jika dilihat dari indeks sumber daya manusia, yang salah satu indikatornya adalah sektor pendidikan, posisi Indonesia kian menurun dari tahun ke tahun. Indikator lain yang menunjukkan betapa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang Peringkat Indeks Pengembangan Manusia Human Development Index, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di Indonesia di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 tahun 1997, ke-105 tahun 1998, dan ke-109 tahun 1999, dan menurun ke urutan 112 pada tahun 2000. Menurut Survey Political and Economic Risk Consultant PERC, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. 11 Kondisi riil pendidikan di negeri ini sungguh sangat memprihatinkan, dapat dirasakan di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Apalagi kalau kita lihat kondisi pendidikan di berbagai daerah terpencil, pedalaman, pesisir, bagaimana anak-anak usia sekolah yang seharusnya 9 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006 h.81- 83 10 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007 Cet.I h.1 11 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Kencana, 2004, h. 2-4 memiliki hak untuk mengecap pendidikan yang layak, ternyata jauh dari harapan. 12 Dengan melihat kondisi bangsa kita yang sedang dalam suasana suram dan carut marut, selalu saja kesalahannya ditujukan terhadap kualitas pendidikan. Seolah-olah pendidikan kita selama ini tidak memberikan hasil optimal, belum memberikan makna terhadap peningkatan mutu, di setiap jenjang dan jenis pendidikan. Dalam menghadapi dunia global, perubahan memang perlu untuk dilakukan. Dengan cara merubah yang kira-kira berkaitan dengan mengapa mutu pendidikan merosot, dimana titik perhatiannya adalah pada proses pembelajaran. Apa yang perlu untuk diubah, apa yang perlu dipersiapkan, komponen-komponen apa saja yang perlu ada, dan lain sebagainya. 13 Kegiatan pembelajaran adalah usaha dan proses yang dilakukan secara sadar dengan mengacu pada tujuan Pembentukan kompetensi, yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah laku. Perubahan yang dimaksud menunjuk pada adanya suatu proses yang harus dilalui. Proses tersebut adalah kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses interaksi edukatif. Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun, dalam implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal ini disebabkan oleh model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan intelektual Kognitif saja dan proses pembelajarannya terpusat pada guru Teacher Center 12 Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, Jakarta :Yayasan Obor Indonesia, 2006, h.22 13 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 141-142 dimana siswa hanya menunggu uraian dari guru, kemudian mencatat dan menghafalnya. 14 Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki model yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga bermacam-macam. 15 Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berfikir. Namun demikian, psikologi humanistik juga mendasari strategi pembelajaran. Dalam pembelajaran kelompok pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal. 16 Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk pengembangan kecakapan akademik Academic skill, sekaligus keterampilan sosial Social skill atau juga disebut interpersonal skill. 17 Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. 18 14 Zurinal, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 Cet. I, h. 117-118 15 Nadlir,dkk, Psikologi Belajar Paket 1-7, Surabaya: LAPIS PGMI, 2009 h.3-14 16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009, h.238 17 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana,2009, h.271 18 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer,Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Cet.2, h.189 Beberapa ahli meyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. 19 Seperti kita ketahui bahwa pembelajaran koperatif memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu TGT Team-Games-Tournament atau Turnaman Game tim, STAD Student Team Achievement Division atau pembagian pencapaian tim siswa, TAI Team Accelrated Instruction atau percepatan pengajaran tim, CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition, Jigsaw Teka- teki, Group Investigation Kelompok Investigasi, Learning Together Belajar Bersama, Complex Instruction Pengajaran Kompleks, Structure Dyadic Methods Metode Struktur Berpasangan. Dalam hal ini peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tipe STAD dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih efektif dan bermakna. Sehingga dengan konsep tersebut diharapkan dapat meningkatkkan hasil belajar peserta didik, karena dalam konteks ini peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Pada pembelajaran ini dikembangkan pula nilai- nilai yang terkandung dalam bahan ajar, maka diharapkan selain terdapat peningkatan hasil belajar secara kognitif dan afektif terdapat pula nilai- nilai yang bisa peserta terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan Implementasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memacu peserta didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan luas dan mampu mengintegrasikan nilai dalam pembentukan karakter pribadi peserta didik dan dapat mengimplentasikan atau mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan mencermati fakta yang ada, wujud pendidikan agama disekolah pada umumnya cenderung dipahami sebagai pengetahuan layaknya mata pelajaran lain. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk 19 Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2007 Cet 1, h.13 mengadakan penelitian yang berjudul “Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya penggunaan variasi atau model, metode, dan pendekatan dalam pembelajaran PAI. 2. Masih rendahnya hasil pembelajaran PAI khususnya dalam ranah afektif dan psikomotorik. 3. Mata pelajaran pendidikan agama Islam masih dipahami atau dipandang sebagai pengetahuan layaknya mata pelajaran lain. 4. Kurangnya jam pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di sekolah umum.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan karena keterbatasan peneliti, maka penelitian yang berjudul “Perbandingan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Rangka Meningkatkan Hasil Belajar PAI “ dibatasi sebagai berikut : 1. Hasil belajar yang akan diukur adalah dari aspek kognitif dan afektif. 2. Materi yang akan diuji disesuaikan dengan materi yang diajarkan oleh guru disekolah tersebut. 3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah dalam tataran penggunaan metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah dan tanya jawab. 4. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa jenis diantaranya Jigsaw, STAD, TAI, CIRC, TGT dan lainnya. Maka penulis membatasi dengan mengambil pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai bahan penelitian. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terbagi atas dua macam yaitu faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi faktor jasmaniah dan psikologis. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, faktor tujuan, faktor guru, dan faktor bahan dan alat evaluasi. Dalam hal ini peneliti membatasi dan mengambil faktor guru yang menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, guru dituntut terampil dalam menggunakan metode dalam kegiatan pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dirumuskan masalah penellitian sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran PAI di sekolah tersebut ? 2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe STAD cocok diterapkan pada mata pelajaran PAI ? 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD dengan pembelajaran konvensional ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan antara Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI. 2. Untuk mengetahui apakah pembelajaraan kooperatif tipe STAD cocok untuk diterapkan dalam mata pelajaran PAI dalam rangka meningkatkan hasil belajar.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru dapat memberikan masukan agar dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu solusi dalam kegiatan belajar mengajar KBM. 2. Bagi peneliti dapat memberikan pengalaman dan masukkan kepada peneliti mengenai pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisonal kini mulai ditinggalkan berganti dengan yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. 20 Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah kooperatif. Menurut teori kontruktivitas, satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan ini adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan kepada siswa dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. 21 Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks, jadi hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama. 22 20 Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2007 Cet 1, h.5 21 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Toeri Dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007 h.26 22 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007 Cet.I h.41

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI RANGKA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Rangka Manusia dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Divis

0 0 16

PTK Perbandingan Antara Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD BAB 1 PENDAHULUAN - PTK Perbandingan Antara Penerapan Model Pembelajaran

0 0 4