c. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari
keseluruhan tugas kelompok. d. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang
saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait dengan peserta didik lain
dalam kelompok.
47
4 Partisipasi dan Komunikasi Participation Communication Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu
berpartisipasi aktif dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat
kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.
48
5 Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing
siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar
anggota kelompok.
Dengan demikian,
dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
diasumsikan, tetapi secara sengaja diajarkan oleh guru.
49
Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus :
a. Saling mengenal dan memercayai. b. Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius.
c. Saling menerima dan saling mendukung.
47
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011 Cet. V, h. 59
48
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009 h.245
49
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Cet.2, h.192
d. Mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
50
A. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD
STAD ini dikembangkan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
51
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang
paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
52
Strategi ini merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan
presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
53
2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas
Pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD diawali dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok
yang terdiri dari empat sampai lima orang. Selanjutnya setelah
50
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011 Cet. V, h. 61
51
Isjoni, Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta, 2007 Cet 1, h.51
52
Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2010 h. 143
53
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 125
kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis atau tes individual. Tetapi dalam mengerjakan
kuis, setiap siswa harus bekerja secara individu. Setelah kuis dilakukan penghitungan skor, yaitu perkembangan individu, dan
diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada rata-rata skor
perkembangan siswa dalam tiap kelompok.
54
Slavin menjelaskan, STAD digunakan pada beberapa mata pelajaran seperti matematika, ilmu sosial, ilmu alam, dan bahasa,
dimana guru menjadi pusat penekanan ilmu pengetahuan secara sendiri, menjawab dengan benar. Murid-murid dibagi kelompok
yang heterogen baik kemampuan, jenis kelamin, dan etnik yang terdiri dari empat orang disetiap kelompok. Guru menjelaskan
materi, dan kemudian siswa bekerja secara bersama-sama didalam kelompok masing-masing untuk mempelajari materi atau bahan
ajar. Mereka bekerja secara bersama-sama untuk memastikan bahwa mereka sudah menguasai materi atau bahan ajar, dan
kemudian siswa berkerja secara individu atau sendiri-sendiri dalam menjawab kuis, dan teman-teman satu kelompoknya tidak
boleh membantu dalam menjawab kuis.
55
Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain
dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, jika para siswa ingin timnya mendapat penghargaan tim, mereka harus
mendukung teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk bisa
melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan.
56
54
Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia Malaysia, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Cet.I, h.70
55
Richard Kindsvatter, Dymanic Of Effective Teaching, Toronto: Longman Publisher USA, 1996 Third Edition, h. 314
56
Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2010 h.12
STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.
a. Presentasi kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran
langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga
memasukkan presentasi audiovisual.
b. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh sebagian dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan
etnisitas.
c. Kuis
Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para
siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan
kuis. Sehingga, tiap bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.
d. Skor kemajuan individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan
dapat dicapai apabila mereka bekerja giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.
e. Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria
tertentu. Skor tim dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
57
57
Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2010 h.143-146
Tiga macam tingkatan penghargaan yang diberikan. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai
berikut
58
: Kriteria
Penghargaan 15
TIM BAIK 16
TIM SANGAT BAIK 17
TIM SUPER
3. Perbedaan Pembelajaran
Kooperatif dan
Pembelajaran Konvensional
Tabel 1.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar Konvensional
No. Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvesional 1.
Adanya saling
ketergantungan positif, saling membantu, dan saling
memberi motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
2.
Adanya akuntabilitas
individual yang mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik
tentang hasil
belajar para
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual
sering mengabaikan
sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota
kelompok lainnya
hanya “mendompleng”
keberhasilan “pemborong”
3.
Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar biasanya homogen.
58
Robert E.Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2010 h.160