1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh setiap siswa sejak di bangku sekolah dasar sampai di tingkat sekolah
menengah. Materi yang diajarkan selalu berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan diberikan melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam proses pembelajaran, siswa seringkali dihadapkan pada berbagai kesulitan saat mempelajari dan memecahkan persoalan-persoalan matematika. Kesulitan-
kesulitan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa tersebut maupun faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya lingkungan sekolah
Paridjo: 10. Kesulitan-kesulitan ini pada akhirnya dapat memengaruhi semangat, motivasi, minat dan tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika.
Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Pada
kenyataannya, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode yang menjadikannya sebagai pihak yang lebih aktif sedangkan siswa menjadi pihak
yang lebih pasif. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya dalam menyampaikan materi, tetapi
lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng 1998 daya tarik suatu pembelajaran
ditentukan oleh dua hal,
pertama
oleh mata pelajaran itu sendiri, dan
kedua
, oleh cara mengajar guru.
Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah karena matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, dibenci dan
ditakuti oleh sebagian besar siswa. Mardijono 2000 mengemukakan bahwa, sampai saat ini matematika baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah
masih dianggap sebagai “momok” yang menakutkan. Sikap ini tidak menguntungkan
bagi pendidikan
matematika, apalagi
dalam upaya
pengembangannya terutama pengembangan konsep dan pembelajarannya. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti laksanakan di kelas VII SMP
Katolik Santo Hubertus Yohaens Laja. Peneliti mengamati bahwa siswa kadang takut untuk bertanya kepada guru dan lebih memilih untuk bertanya dan bertukar
pendapat kepada teman yang dianggap mampu untuk membantunya dalam memecahkan masalah matematika. Ini tentunya dapat memacu dan mendorong
siswa yang mampu untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesulitan. Sehingga siswa pada akhirnya dapat mencapai hasil yang maksimal saat
mengikuti tes ataupun ulangan harian karena mereka dapat belajar dan menyelesaikan persoalan matematika dengan bantuan temannya sendiri.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti juga mengamati bahwa beberapa siswa masih belum aktif dalam pembelajaran dan masih terpaku pada guru. Saat
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mereka tidak akan menjawab pertanyaan tersebut sampai guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya.
Siswa juga belum berani dalam menyampaikan ide ataupun pendapat serta bertanya saat mengalami kesulitan kepada guru dan lebih memilih untuk bertanya
kepada teman selama pembelajaran. Dari hasil observasi juga terlihat bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
beberapa siswa masih kurang memiliki motivasi dalam belajar. Hal ini dikarenakan adanya sikap malas dan kurang bersemangat yang ditunjukan
beberapa siswa selama pembelajaran. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa
siswa kelas VII dan kelas IX. Mereka menyampaikan bahwa selama proses pembelajaran kadang mereka kurang memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka akan bertanya kepada siswa lain yang dianggap mampu untuk membantu dalam menyelesaikannya.
Selain itu, siswa juga menyampaikan bahwa guru belum menggunakan metode pembelajaran yang lebih bervariasi. Dalam pembelajaran guru selalu
menyampaikan materi menggunakan metode ceramah. Guru juga kurang mengadakan diskusi kelompok. Hal inilah yang membuat beberapa siswa menjadi
malas dan tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Berdasarkan hasil wawancara, guru juga menyampaikan bahwa pencapaian ketuntasan hasil belajar
siswa cukup rendah yaitu masih di bawah di setiap ulangan akhir.
Mengatasi permasalahan tersebut seorang guru perlu melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif.
Hal ini sangat diperlukan untuk memotivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan keberhasilan siswa dalam mempelajari matematika. Selain itu,
siswa juga dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain, mendiskusikan ketidaksamaan pendapat dalam memcahkan persoalan dalam belajar. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah implementasi pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD. Pembelajaran kooperatif
cooperative learning
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Salah satu implementasi pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah STAD
Student Teams Achievement Division
. STAD merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan oleh
Robert Salvin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Mereka mengemukakan bahwa tujuan utama STAD adalah memacu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Para siswa akan diberi waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran
yang diberikan guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis, mereka memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan
menyenangkan. Siswa akan bekerja berpasangan dan bertukar jawaban, berdiskusi, dan saling membantu satu sama lain.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul
“
MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PROSES
PEMBELAJARAN DENGAN
MENERAPKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI OPERASI
HITUNG BILANGAN BULAT KELAS VII SMP KATOLIK SANTO HUBERTUS YOHANES LAJA TAHUN AJARAN 20162017
”.
B. Pembatasan Masalah