Kajian Teori LANDASAN TEORI
untuk menambahmemperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
Sementara itu menurut Koni dan Uno 2012: 204, pengayaan dilakukan bagi siswa yang memiliki penguasaan lebih cepat
dibandingkan peserta didik lainnya, atau siswa yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar siswa yang lain belum. Selain
itu menurut Sugihartono 2012: 186, pembelajaran pengayaan merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah siswa yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya.
Menurut Sukiman 2012: 54, pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan pembelajaran baru bagi siswa yang memiliki kelebihan sedemikian sehingga mereka dapat mengoptimalisasikan perkembangan
minat, bakat dan kecakapan. Dari berbagai pendapat para tokoh mengenai hakekat pengayaan
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pengayaan adalah suatu kegiatan atau program yang direncanakan oleh guru kepada siswa yang
telah mencapai nilai ketuntasan yaitu dengan memberikan pelajaran tambahan atau pengetahuan yang baru serta memberikan beberapa tugas
tambahan.
b. Tujuan Pembelajaran Pengayaan
Menurut Koni dan Uno 2012: 204, peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar perlu mendapat pengayaan agar dapat
mengembangkan potensi secara optimal. Sedangkan menurut Usman dan Setiawati 1993: 108, tujuan pembelajaran pengayaan selain untuk
meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap materi yang sedang atau telah dipelajarinya juga agar siswa dapat belajar secara optimal
baik dalam hal pendayagunaan kemampuannya maupun perolehan dari hasil belajar.
Menurut Sugihartono 2012: 187-188, tujuan pengayaan yaitu:
1 Agar peserta didik lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara
peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi matapelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor
sebaya yaitu mengajari temannya yang belum selesai tugasnya. 2
Memupuk rasa sosial karena peserta didik ini diminta membantu temannya yang belum selesai tugasnya.
3 Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber belajar
lainnya.
4 Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik dengan cara
melaporkan atau menyampaikan informasi yang diperoleh melalui membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber
informasi lainnya kepada teman-temannya. Dari pendapat berbagai tokoh mengenai tujuan pengayaan,
peneliti menyimpulkan bahwa tujuan diadakannya pengayaan yaitu untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan mengembangkan
pengetahuanwawasan serta menggali potensi siswa lebih dalam. c.
Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan Menurut Usman, dkk 1993: 109, pelaksanaan pembelajaran
pengayaan didasarkan pada hasil tes formatif atau subsumatif. Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat berupa pengayaan untuk
membantu teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan belajar. Dapat pula kegiatan perseorangan berupa membaca, mempelajari bahan
pelajaran baru, menyelesaikan tugas, pekerjaan rumah, atau bentuk yang lainnya. Sedangkan menurut Koni dan Uno 2012: 204,
pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat, baik pada atau di luar jam efektif. Bagi peserta didik yang secara konsisten selalu mencapai
kompetensi lebih cepat, dapat diberikan program akselerasi. Sedangkan
menurut buku
Panduan Penyelenggaraan
Pembelajaran Pengayaan yang disusun oleh Tim Depdiknas, 2008
dalam Sukiman 2012: 51-52, bentuk-bentuk pengayaan dapat dilakukan melalui:
1
Belajar kelompok, sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam sekolah
biasa, sambil
mengikuti teman-temannya
yang mengikuti
pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
2
Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati.
3
Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan kurikulum dibawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan
antara berbagai disiplin ilmu.
4
Pendataan kurikulum, yaitu pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensimateri yang belum diketahui peserta didik. Dengan
demikian, tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensimateri baru, atau bekerja proyek secara mandiri sesuai
dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing. Dari pendapat para tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa pelaksanaan program pengayaan pada umunya dapat dilakukan dengan memberikan suatu tindakan atau kegiatan kepada peserta didik
yang telah mencapai ketuntasan, salah satunya yaitu dengan memberikan tugas atau materi tambahan kepada siswa untuk
menambah wawasannya yang dalam pelaksanaannya dapat berupa belajar secara mandiri maupun secara berkelompok.
4. Problem Based Learning PBL
a. Hakekat Problem Based Learning PBL
Menurut Ward, 2002 : Stepien, dkk., 1993 dalam Ngalimun 2012: 89, PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat melibatkan siswa belajar aktif dalam memecahkan suatu masalah melalui tahapan ilmiah serta membantu siswa dalam
mempelajari pengetahuan terhadap masalah tersebut sehingga memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Amir 2009: 12, model PBL merupakan salah satu model yang banyak digunakan untuk menunjang pendekatan
pembelajaran learner centered yang dapat memberdayakan atau mengembangkan pengetahuan siswa.
Kemudian menurut Tung 2015: 228, PBL adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah yaitu
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai konteks
bagi siswa untuk belajar cara berpikir kritis dan konsep dari materi pelajaran.
Berdasarkan pendapat tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa PBL adalah merupakan suatu model pembelajaran yang
diupayakan untuk mendorong kemampuan berpikir siswa melalui pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya. Menurut peneliti,
pembelajaran yang
dilakukan dengan
menggunakan model
pembelajaran PBL mengutamakan dan memusatkan pada siswa dalam pemecahan masalah sehingga guru sebagai fasilitator pembelajaran.
Model pembelajaran PBL ini menurut peneliti bertujuan untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide dari siswa-siswa dalam
menemukan cara atau langkah dalam pemecahan masalah yang diberikan, dimana mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis
berdasarkan konsep yang telah diterima. b.
Karakteristik Problem Based Learning PBL Menurut Tung 2015: 228-229, terdapat berbagai macam
karakteristik dari PBL, yaitu: 1.
Belajar dimulai dengan suatu permasalahan. 2.
Masalah yang diberikan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa. 3.
Mengorganisasikan pelajaran yang berkaitan dengan masalah tersebut.
4. Siswa diminta untuk bertanggungjawab terhadap proses belajar yang
telah dibentuk dan dijalankan secara langsung. 5.
Siswa diminta untuk membentuk kelompok kecil. 6.
Siswa dituntut untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dalam setiap kelompok.
Sedangkan menurut Tan, 2003dalam Amir 2009: 22, karakteristik dalam proses PBL yaitu:
1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
2. Masalah yang disajikan adalah masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan keadaaan sekitar siswa atau bersifat kontekstual.
3. Masalah biasanya menuntut berbagai macam cara pandang dari
siswa. 4.
Masalah yang disajikan membuat siswa tertantang untuk memperoleh pengetahuan dan pembelajaran yang baru.
5. Siswa diminta untuk dapat belajar mandiri yaitu tidak bergantung
terhadap bantuan dari guru. 6.
Siswa diminta untuk aktif mencari informasi tambahan dari berbagai sumber dalam pemecahan masalah.
7. Pembelajaran menekankan sikap kolaboratif, komunikatif, dan
kooperatif yaitu siswa belajar dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.
Dari pendapat para tokoh tersebut peneliti menyimpulkan bahwa terdapat karakteristik dalam PBL antara lain pemberian permasalahan di
awal pembelajaran, permasalahan berbentuk aplikasi yaitu berkaitan dengan kehidupan sekitar siswabersifat kontekstual, membentuk
kelompok belajar, serta bertanggungjawab dalam menyajikan hasil diskusi.
c. Langkah Proses Problem Based Learning PBL
Menurut Amir 2009: 24, terdapat langkah-langkah dalam proses PBL, di antaranya:
1 Langkah pertama: mengklarifikasikan istilah dan konsep yang
belum jelas Tahap ini meminta setiap anggota kelompok untuk
menyatukan ide atau pandangan yang sama terkait istilah dan konsep yang ada pada permasalahan.
2 Langkah kedua: merumuskan masalah
Setiap anggota kelompok diminta untuk merumuskan masalah dengan cara melihat hubungan di dalam fenomena terkait
permasalahan yang diberikan. 3
Langkah ketiga: menganalisis masalah Setiap
anggota kelompok
memunculkan ide
atau pengetahuan
yang telah
dimiliki sebelumnya
kemudian mendiskusikan informasi yang diperoleh untuk membahas terhadap
permasalahan. 4
Langkah keempat: menata gagasan secara sistematis kemudian menganalisisnya lebih dalam
Hasil analisis yang telah dibuat oleh setiap kelompok selanjutnya dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian
dikelompokkan.
5 Langkah kelima: merumuskan tujuan pembelajaran
Setiap kelompok diharapkan dapat merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis masalah yang telah dibuat,
kemudian akan menjadi dasar gagasan untuk membuat laporan. 6
Langkah keenam: berusaha mencari informasi tambahan dari sumber yang lain
Setiap anggota kelompok diminta untuk mencari informasi tambahan dari sumber lain sebagai pedoman dalam menyelesaikan
permasalahan. 7
Langkah ketujuh: menggabungkan, menguji informasi, dan membuat laporan
Dari berbagai
laporan setiap
kelompok yang
dipresentasikan, maka kelompok yang lain akan mendapatkan informasi-informasi baru. Tahap ini menekankan keterampilan
mendiskusikan dan meninjau ulang hasil diskusi. Sementara itu, menurut Arends, 2004 dalam Ngalimun 2012:
95-96, mengemukakan 5 tahap fase yang perlu diimplementasikan dalam PBL, antara lain:
1 Fase pertama: pemberian permasalahan terhadap siswa
Fase ini menerangkan bahwa guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat
aktif pada kegiatan pemecahan masalah, kemudian siswa diberikan permasalahan-permasalahan untuk didiskusikan.
2 Fase kedua: pengelompokan siswa dalam belajar
Fase ini menerangkan bahwa guru membagi atau membentuk kelompok tugas belajar siswa untuk berdiskusi menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. 3
Fase ketiga: bimbingan terhadap anggota kelompok Fase ini menerangkan bahwa guru sebagai fasilitator jalannya
diskusi dalam kelompok tugas belajar. Guru mendorong siswa agar mampu mengumpulkan informasi dalam menganalisis pemecahan
masalah. Guru menekankan pada setiap kelompok tugas belajar untuk dapat bekerjasama dengan baik selama proses diskusi
berlangsung. 4
Fase keempat: penyajian hasil diskusi kelompok Fase ini menerangkan bahwa guru meminta setiap kelompok tugas
belajar untuk menyajikan atau menjelaskan hasil diskusi pemecahan masalah. Fase ini menuntut tanggungjawab masing-masing anggota
kelompok dalam proses tanya jawab mengenai hasil diskusi yang diutarakan.
5 Fase kelima: evaluasi terhadap proses pemecahan masalah.
Fase ini, guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan
dan proses-proses
yang digunakan
selama berlangsungnya pemecahan masalah.
Berdasarkan pendapat
tokoh-tokoh tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tahaplangkah dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model PBL yaitu mulai dari pemberian masalah pada siswa, membentuk kelompok tugas belajar siswa terhadap
masalah yang diberikan, siswa diminta untuk mengumpulkan informasi-informasi dan melakukan percobaaan dalam menganalisis
pemecahan masalah, siswa diminta untuk menuliskan hasil informasi yang
didapat dalam
diskusi kelompok,
dan kemudian
mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi dan tanya jawab. Tahap yang terakhir yaitu melakukan
evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah yaitu dapat berupa umpan balik dari guru.
d. Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL
Menurut Amir 2009: 27-29, terdapat berbagai manfaat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
PBL, di antaranya: 1
Meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi yang diterima.
2 Siswa menjadi lebih fokus terhadap ilmu pengetahuan.
3 Membantu kemampuan berpikir kritis siswa.
4 Membangun kerjasama dalam kelompok dan keterampilan sosial
siswa. 5
Mendorong kecakapan dan keterampilan siswa dalam belajar.
6 Membangkitkan minat siswa dalam belajar.
Sedangkan menurut Ngalimun 2012: 93 mengemukakan bahwa model pembelajaran PBL baik digunakan dalam pembelajaran
disebabkan oleh hal berikut. 1
Dengan PBL siswa dapat belajar memecahkan permasalahan melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki berdasar pada konsep
materi yang diterima. 2
Dalam situasi PBL siswa dapat menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki ke dalam konteks
yang relevan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang berbentuk aplikasi kehidupan sehari-hari.
3 PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif dalam belajar memecahkan masalah, menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dalam bekerja kelompok. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran PBL memiliki manfaat diantaranya membantu siswa untuk berpikir kritis, mendorong
keterampilan siswa
dalam belajar,
membantu siswa
untuk mengembangkan sikap sosial yang baik, serta membangun kerjasama
dalam kelompok belajar.
5. Minat Belajar
Menurut Winkel 1984: 30-31, mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik
pada bidanghal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaaan senang tersebut akan menimbulkan minat apalagi bila
diperkuat oleh sikap yang positif. Sedangkan menurut Hardjono 1988: 4, menyatakan bahwa
minat belajar siswa akan timbul apabila siswa menyukai guru dan menyukai pengajarannya. Siswa tidak akan menaruh minat terhadap
sesuatu yang tidak dimengerti atau dipahami sehingga dorongan untuk memperoleh pengetahuan atau minat siswa dapat timbul apabila siswa
mampu memahami materi pelajaran serta mampu menyerapnya. Peneliti dapat menyimpulkan paparan dari pendapat tokoh-tokoh
tersebut yaitu bahwa minat belajar siswa adalah suatu perasaaan senang atau sikap positif siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru
serta adanya ketertarikan siswa terhadap pengajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, minat belajar siswa dapat terjadi karena adanya dorongan
pengetahuan dari siswa terhadap materi pelajaran serta dikarenakan siswa dapat memahami materi yang diberikan.
6. Hasil Belajar
Menurut Sudjana 2010: 3-23, menyatakan bahwa pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah
laku siswa yang terjadi selama proses belajar. Perubahan tingkah laku
siswa tersebut mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah konitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual seperti ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap seperti penerimaan, jawaban atau reaksi, dan
penilaian. Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak seperti gerakan refleks, keterampilan gerakan
dasar, dan gerakan keterampilan kompleks. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono 2006: 3-4
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya hasil belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri siswa setelah menerima materi pelajaran dalam proses pembelajaran yang didalamnya mencakup aspek kognitif, afektif,
dan motorik. 7.
Fungsi dan Persamaan Kuadrat a.
Fungsi Kuadrat 1
Definisi Fungsi Kuadrat Misalnya
adalah himpunan bilangan real, suatu fungsi fdengan
merupakan fungsi kuadrat jika ditentukan oleh dengan
dan Marwanta,
dkk. 2007: 75.
2 Membentuk Fungsi Kuadrat
a Menyusun Fungsi Kuadrat Jika Grafik Memotong Sumbu di
dan , serta Melalui Sebuah Titik Tertentu
Jika suatu grafik fungsi kuadrat memotong sumbu di titik
dan , maka
dan disebut pembuat nol fungsi. Dengan demikian, fungsi kuadrat
tersebut dapat
dinyatakan sebagai
Nilai dapat ditentukan dengan mensubstitusikan nilai dan dari satu titik lain yang diketahui
ke dalam persamaan di atas Marwanta, dkk. 2007: 88. b
Menyusun Fungsi Kuadrat Jika Grafiknya Menyinggung Sumbu di
dan Melalui Sebuah Titik Tertentu
Jika suatu grafik fungsi kuadrat menyinggung sumbu
di titik , maka
merupakan pembuat nol fungsi. Dengan demikian, fungsi kuadrat tersebut
dapat dinyatakan sebagai . Nilai dapat
ditentukan dengan mensubstitusikan nilai dan dari titik lain
yang dilalui grafik ke dalam rumus tersebut Marwanta, dkk. 2007: 89.
c Menyusun Fungsi Kuadrat jika Grafiknya Melalui Titik Puncak
dan Melalui Sebuah Titik Tertentu
Jika grafik fungsi kuadrat melalui titik puncak , maka
rumus fungsi
kuadratnya dapat
dinyatakan sebagai
. Nilai
dapat ditentukan
dengan mensubstitusikan nilai dan dari titik lain yang dilaluigrafik ke
dalam rumus tersebut Marwanta, dkk. 2007: 89. d
Menyusun Fungsi Kuadrat jika Grafiknya Melalui Tiga Buah Titik
, , dan
. Rumus fungsi kuadratnya dapat dinyatakan sebagai
. Nilai dapat diperoleh
dengan mensubstitusikan nilai dan dari ketiga titik tersebut ke rumus di atas sedemikian sehingga diperoleh tiga buah persamaan
dengan tiga variabel dan melakukan operasi substitusi dan eliminasi pada persamaan-persamaan tersebut Marwanta, dkk.
2007: 90. b.
Persamaan Kuadrat
1. Bentuk Umum Persamaan Kuadrat
Bentuk umum persamaan kuadrat dalam variabel dapat dinyatakan dengan
dengan dan
.
disebut koefisien ,
koefisien , dan disebut konstanta
Marwanta, dkk. 2007: 94. 2.
Menyelesaiakan Persamaan Kuadrat 1
Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Cara Memfaktorkan Marwanta, dkk. 2007: 96-97.
a Memfaktorkan bentuk
dengan Secara
umum dapat
dituliskan dengan
dan
b Memfaktorkan bentuk
dengan i.
Jika ,
maka
ii. Jika
, maka
2 Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Cara Melengkapkan
Kuadrat Marwanta, dkk. 2007: 99. Langkah-langkah:
i. Bagilah kedua ruas pada persamaan
dengan a
ii. Kemudian bagilah koefisien
pada persamaan
dengan 2, kemudian kuadratkan hasilnya atau dapat dituliskan
iii. Hasil
ditambahkan pada kedua ruas persamaan. 3
Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Menggunakan Rumus Kuadrat Marwanta, dkk. 2007: 101-102.
Nilai yang memenuhi persamaan
, dengan
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut. kedua ruas persamaan dibagi
mengubah ruas kiri menjadi
bentuk kuadrat
sempurna
Jadi, atau
Sehingga, akar
persamaan kuadrat
dapat dicari dengan rumus
3. Menyusun Persamaan Kuadrat
a Menyusun Persamaan Kuadrat yang Akar-akarnya Diketahui
Jika adalah akar-akar persamaan kuadrat
, maka untuk menyusun persamaan kuadrat baru dapat dilakukan dengan cara berikut Marwanta, dkk. 2007:
115. i.
Perkalian faktor, yaitu dengan menggunakan rumus
ii. Menggunakan jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan,
yaitu dengan
menggunakan rumus
b Menyusun Persamaan Kuadrat jika Akar-akarnya Mempunyai
Hubungan dengan Akar-akar Persamaan Kuadrat Lainnya i.
Menggunakan Rumus Jumlah dan Hasil Kali Akar-Akarnya
Jika merupakan akar-akar persamaan
kuadrat baru yang dicari, maka untuk menyusun persamaan kuadrat dengan rumus jumlah dan hasil kali akar-akarnya
digunakan formula Marwanta,
dkk. 2007: 117. c.
Pertidaksamaan Kuadrat 1.
Pengertian Pertidaksamaan Kuadrat Pertidaksamaan
kuadrat didefinisikan
sebagai pertidaksamaan yang memuat variabel dengan pangkat tertinggi 2
dua. Bentuk umum pertidaksamaan kuadrat adalah sebagai berikut.
Dengan Marwanta, dkk. 2007: 101-
123. 2.
Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat a
Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat dengan Garis Bilangan
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan garis bilangan dapat digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Ubah pertidaksamaan kuadrat ke dalam bentuk baku atau
bentuk persamaan kuadrat yang berpadanan, yaitu dengan mengubah ruas kanan menjadi sama dengan nol.
2 Tentukan nilai pembuat nol atau akar-akar persamaan kuadrat
yang bersesuaian sebagai batas-batas penyelesaian. 3
Lukiskan nilai pembuat nol yang diperoleh pada garis bilangan.
4 Substitusikan sembarang bilangan pada pertidaksamaan untuk
menentukan tanda interval pada masing-masing bagian interval pada garis bilangan.
5 Interval yang memiliki tanda yang sesuai dengan tanda
pertidaksamaan merupakan himpunan penyelesaian yang dicari Marwanta, dkk. 2007: 123.