Pengembangan perangkat pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran problem based learning materi fungsi dan persamaan kuadrat kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo.

(1)

ABSTRAK

Utami, Risky Widya. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengayaan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi Fungsi dan Persamaan Kuadrat Kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) proses mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) materi fungsi dan persamaan kuadrat, (2) kualitas produk yang dikembangkan sesuai dengan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat, (3) minat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat, dan (4) hasil belajar siswa setelah menerima pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R & D). Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran untuk pembelajaran pengayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan dari Sugiyono yang telah dimodifikasi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara guru dan siswa, observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, tes akhir pembelajaran pengayaan, dan penyebaran kuesioner.

Perangkat pembelajaran pengayaan dikembangkan dengan langkah-langkah berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi desain. Kualitas produk yang berupa silabus, RPP, LAS, kuis, dan soal tes akhir menunjukkan kriteria baik dengan skor 3,77 dari rentang 1-4. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berminat dengan persentase 78,79% terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran PBL. Hasil belajar siswa menunjukkan adanya perubahan nilai siswa dari sebelum menerima pembelajaran pengayaan dengan setelah siswa menerima pembelajaran pengayaan. Hasil belajar siswa sebelum dilaksanaan pengayaan memiliki nilai rata-rata 69,4 kemudian setelah diberikan pengayaan memiliki nilai rata-rata 77,47. Perubahan nilai tersebut terlihat pada setiap siswa yang mengalami penambahan nilai dan dari keseluruhan siswa mengalami perubahan nilai sebesar 100 %.

Kata kunci: pembelajaran pengayaan, perangkat pembelajaran, fungsi dan persamaan kuadrat, model pembelajaran PBL.


(2)

ABSTRACT

Utami, Risky Widya. (2015). Developing Enrichment Learning Material Using

PBL Model about Quadratic Function and Equation in Tenth Grade of SMAN 1 Weru Sukoharjo. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic

Education Study Programme, Science and Mathematic Education Major, Faculty of Teacher Training and Education.

The aim of this study is to describe: (1) the process of developing a set of enrichment learning using Problem Based Learning (PBL) model about quadratic function and equation, (2) the quality of product developed which corresponds to PBL model about quadratic function and equation, (3) the students’ interest in the implementation of enrichment learning using PBL model about quadratic function and equation, (4) the students’ result after enrichment learning’s exposure using PBL model about quadratic function and equation in tenth grade of SMAN 1 Weru Sukoharjo.

This research is a research and development (R&D). The product developed in this research is a set of learning for enrichment learning. The method of this research is a research and development method developed by Sugiyono which has been modified. The data collecting techniques are interviewing both teacher and student, observing the learning process in a class, giving a final test of enrichment learning, and distributing questionnaire.

The set of enrichment learning is developed using these actions: (1) formulating potency and problem, (2) collecting the data, (3) designing product, (4) validating the design, (5) revising the design, (6) testing the product, (7) and revising again the design. The quality of product comprised of syllabus, lesson plan, LAS, quiz, and final test questions indicates the score of 3,77 from the range of 1-4. The questionnaire result indicates that most students are interested in the implementation of PBL model as enrichment learning with percentage 78,79%. The students’ learning result shows that there is a transformation of students’ score before they receive this enrichment and after they experience it. Student’s learning achievement before the implementation had average score of 69,4 then it improved to be 77,47 after the implementation. It is indicated by the increasing of students’ score up to 100%.

Keywords: enrichment learning, a set of learning, quadratic function and equation, PBL


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENGAYAAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING MATERI FUNGSI DAN PERSAMAAN KUADRAT KELAS X

SMAN 1 WERU SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Risky Widya Utami NIM : 111414035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENGAYAAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING MATERI FUNGSI DAN PERSAMAAN KUADRAT KELAS X

SMAN 1 WERU SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Risky Widya Utami NIM : 111414035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Bersyukurlah yang membuat manusia bahagia

Dengan penuh syukur kupersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Allah SWT

2. Kedua orangtuaku:

Furkan dan Tri Wahyuningsih

3. Nenekku:

Mbah Wignyo Sumarto

4. Abang dan adekku:

Abang Jaka Yudha Utama dan Adek Dian Pratiwi Nugraheny


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Desember 2015 Peneliti


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Risky Widya Utami

Nomor Mahasiswa : 111414035

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENGAYAAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING MATERI FUNGSI DAN PERSAMAAN KUADRAT KELAS X

SMAN 1 WERU SUKOHARJO

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Desember 2015 Yang menyatakan,


(10)

vii ABSTRAK

Utami, Risky Widya. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengayaan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi Fungsi dan Persamaan Kuadrat Kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo.

Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) proses mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) materi fungsi dan persamaan kuadrat, (2) kualitas produk yang dikembangkan sesuai dengan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat, (3) minat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat, dan (4) hasil belajar siswa setelah menerima pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R & D). Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran untuk pembelajaran pengayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan dari Sugiyono yang telah dimodifikasi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara guru dan siswa, observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, tes akhir pembelajaran pengayaan, dan penyebaran kuesioner.

Perangkat pembelajaran pengayaan dikembangkan dengan langkah-langkah berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi desain. Kualitas produk yang berupa silabus, RPP, LAS, kuis, dan soal tes akhir menunjukkan kriteria baik dengan skor 3,77 dari rentang 1-4. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berminat dengan persentase 78,79% terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran PBL. Hasil belajar siswa menunjukkan adanya perubahan nilai siswa dari sebelum menerima pembelajaran pengayaan dengan setelah siswa menerima pembelajaran pengayaan. Hasil belajar siswa sebelum dilaksanaan pengayaan memiliki nilai rata-rata 69,4 kemudian setelah diberikan pengayaan memiliki nilai rata-rata 77,47. Perubahan nilai tersebut terlihat pada setiap siswa yang mengalami penambahan nilai dan dari keseluruhan siswa mengalami perubahan nilai sebesar 100 %.

Kata kunci: pembelajaran pengayaan, perangkat pembelajaran, fungsi dan persamaan kuadrat, model pembelajaran PBL.


(11)

viii

ABSTRACT

Utami, Risky Widya. (2015). Developing Enrichment Learning Material Using

PBL Model about Quadratic Function and Equation in Tenth Grade of SMAN 1 Weru Sukoharjo. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic

Education Study Programme, Science and Mathematic Education Major, Faculty of Teacher Training and Education.

The aim of this study is to describe: (1) the process of developing a set of enrichment learning using Problem Based Learning (PBL) model about quadratic function and equation, (2) the quality of product developed which corresponds to PBL model about quadratic function and equation, (3) the students’ interest in the implementation of enrichment learning using PBL model about quadratic function and equation, (4) the students’ result after enrichment learning’s exposure using PBL model about quadratic function and equation in tenth grade of SMAN 1 Weru Sukoharjo.

This research is a research and development (R&D). The product developed in this research is a set of learning for enrichment learning. The method of this research is a research and development method developed by Sugiyono which has been modified. The data collecting techniques are interviewing both teacher and student, observing the learning process in a class, giving a final test of enrichment learning, and distributing questionnaire.

The set of enrichment learning is developed using these actions: (1) formulating potency and problem, (2) collecting the data, (3) designing product, (4) validating the design, (5) revising the design, (6) testing the product, (7) and revising again the design. The quality of product comprised of syllabus, lesson plan, LAS, quiz, and final test questions indicates the score of 3,77 from the range of 1-4. The questionnaire result indicates that most students are interested in the implementation of PBL model as enrichment learning with percentage 78,79%. The students’ learning result shows that there is a transformation of students’ score before they receive this enrichment and after they experience it. Student’s learning achievement before the implementation had average score of 69,4 then it improved to be 77,47 after the implementation. It is indicated by the increasing of students’ score up to 100%.

Keywords: enrichment learning, a set of learning, quadratic function and equation, PBL


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Allah SWT atas karunia dan kenikamatan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pengayaan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi Fungsi dan Persamaan Kuadrat Kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penelitian ini berupa bimbingan dan dorongan kepada peneliti dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran serta memberikan kritik, saran, semangat, dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak dan Ibu dosen validator yang telah membantu dalam proses validasi perangkat pembelajaran dan wawancara.

6. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada peneliti.

7. Sukardi, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Weru Sukoharjo yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian.


(13)

x

8. Prasetyo Utomo, S.Pd. selaku Guru Bidang Studi Matematika SMAN 1 Weru Sukoharjo yang telah membantu dalam memberikan saran-saran selama peneliti melakukan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas X1, X2, dan X3 SMAN 1 Weru Sukoharjo atas partisipasi dan kerjasamanya selama melaksanakan penelitian.

10.Keluargaku tercinta: Bapak Furkan, Ibu Tri Wahyuningsih, Mbah Wignyo Sumarto, Abang Jaka Yudha Utama, dan Adek Dian Pratiwi Nugraheny atas cinta dan doa yang tiada batas.

11.Teman-teman seperjuangan skripsi: Renata, Monica, Happy, Ade, Melan, Veni, Nico, Novian, Linda, Cicil, Eliz, dan Tari.

12.Teman-teman KKN: Eliz, Monic, Dita, Vania, Sela, Very, Ganda, Rian, dan Cokdhe

13.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika angkatan 2011 atas dinamika yang dihadirkan dalam perjalanan panjang di Universitas Sanata Dharma.

14.Teman-teman terbaikku di Kos Pelangi: Rona, Frida, Ani, Rosi, Kak Vani, Kak Laras, Kak Mona, Kak Eka, Kak Nisa, Kak Rini, Kak Chintya, Kak Andin, Dek Sepri, Dek Natalia, dan Dek Dian atas semangat dan kegembiraan yang dihadirkan dalam hari-hari peneliti.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak berperan dalam penelitian skripsi ini dan perjalanan studi peneliti.

Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Peneliti


(14)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Batasan Istilah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Spesifikasi Produk ... 10

BAB II. LANDASAN TEORI ... 14

A. Kajian Teori ... 14

1. Belajar ... 14

2. Pembelajaran ... 15

3. Pengayaan ... 16

4. Problem Based Learning (PBL) ... 21


(15)

xii

6. Hasil Belajar ... 29

7. Fungsi dan Persamaan Kuadrat ... 30

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ……….... 43

B. Subyek Penelitian ……… 43

C. Obyek Penelitian ………. 43

D. Waktu Pelaksanaan Penelitian ……… 43

E. Bentuk Data ………. 44

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……….. 44

G. Validitas dan Reliabilitas ……… 54

H. Uji Validitas Soal ………... 58

I. Teknik Analisis Data ... 60

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ………... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

B. Pembahasan ... 82

C. Keterbatasan Penelitian ... 95

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Format Silabus Kurikulum 2006 ... 10

Tabel 1.2 Format RPP Kurikulum 2006 ... 12

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Pedoman Wawancara Untuk Guru……….. 46

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Pedoman Wawancara Untuk Siswa Yang Mencapai Nilai KKM ... 47

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Untuk Guru ... 47

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Untuk Siswa Yang Mencapai Nilai KKM ... 49

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Pengayaan ... 50

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan Menggunakan PBL ... 51

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Validasi Produk ... 53

Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Validitas ... 55

Tabel 3.9 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 57

Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 58

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Soal ... 58

Tabel 3.12 Hasil Tingkat Kesukaran Soal ... 59

Tabel 3.13 Hasil Reliabilitas Soal ... 59

Tabel 3.14 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan ... 62

Tabel 4.1 Hasil validasi perangkat oleh pakar ... 73

Tabel 4.2 Lembar hasil revisi desain produk setelah divalidasi oleh pakar .... 74

Tabel 4.3 Revisi produk setelah uji coba ... 81

Tabel 4.4 Hasil kuesioner minat siswa terhadaap pembelajaran pengayaan .. 88

Tabel 4.5 data nilai siswa sebelum dan sesudah pembelajaran pengayaan ... 91

Tabel 4.6 data nilai sikap siswa terhadap pembelajaran pengayaan (pertemuanI) ... 92

Tabel 4.7 data nilai sikap siswa terhadap pembelajaran pengayaan (pertemuan II) ... 92


(17)

xiv

Tabel 4.8 data nilai keterampilan siswa terhadap pembelajaran pengayaan (pertemuan I) ... 93 Tabel 4.9 data nilai keterampilan siswa terhadap pembelajaran pengayaan (pertemuan II) ... 94


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Olah Data Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 101

Lampiran 2. Hasil Validasi Lembar Wawancara, Observasi, Kuesioner, dan Soal Tes Akhir ... 104

Lampiran 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 129

Lampiran 4. Verbatim Wawancara Guru ... 139

Lampiran 5. Verbatim Wawancara Siswa ... 143

Lampiran 6. Perhitungan Validitas Soal Tes Akhir ... 159

Lampiran 7. Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Akhir ... 162

Lampiran 8. Silabus ... 163

Lampiran 9. RPP ... 170

Lampiran 10. Materi Ajar ... 182

Lampiran 11. Penilaian Siswa ... 189

Lampiran 12. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 200

Lampiran 13. Tugas Individu ... 209

Lampiran 14. Soal Tes Akhir Pembelajaran Pengayaan ... 210

Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 216

Lampiran 16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 220

Lampiran 17. Hasil Kuesioner Minat Siswa ... 226

Lampiran 18. Hasil Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 229

Lampiran 19. Hasil Kuis Siswa ... 231

Lampiran 20. Hasil Tes Akhir Siswa ... 237


(19)

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan matematika sangat berperan dalam kehidupan manusia. Dunia pendidikan matematika memiliki peran penting yangdapat dilihat dari semakin berkembangnya bidang matematika dalam kancah dunia. Dalam mempertahankan perkembangan tersebut maka manusia khususnya para siswa dituntut untuk terus mengembangkan kemampuan dan prestasi yang gemilang. Hal ini tidak terlepas dari peran guru sebagai pihak pendidik yang menjadi fasilitator dan pembimbing para siswa dalam mencapai tujuan bersama.

Berangkat dari pengalaman peneliti saat duduk di bangku SMA, peneliti merasa kurang puas terhadap feedback yang diberikan oleh guru matematika terhadap ketuntasan belajar yang dicapai. Peneliti telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) materi matematika namun guru matematika tidak memberikan perlakuan khusus kepada peneliti. Hasil wawancara terhadap seorang guru matematika di SMAN 1 Weru Sukoharjo, menunjukkan bahwa guru lebih mengutamakan siswa yang mengalami masalah belajar dalam hal pemberian perlakuan. Sedangkan bagi siswa yang telah mencapai nilai KKM cenderung hanya dibiarkan tanpa diberikan perlakuan khusus salah satunya pembelajaran pengayaan. Kemudian hasil wawancara siswa menunjukkan bahwa siswa kurang puas terhadap


(21)

perlakuanguru karena siswa belum pernah menerima pembelajaran pengayaan. Siswa ingin lebih mendalami materi matematika dengan diberikan pembelajaran tambahan dan bimbingan guru untuk mengembangkan pengetahuan. Selain itu siswa juga memiliki minat untuk terus mempelajari matematika seperti mempelajari kembali materi yang diberikan, mencari informasi melalui buku dan internet, dan membentuk kelompok belajar dalam pemecahan masalah. Siswa juga mengharapkan adanya metode diskusi, pembahasan soal, dan bimbingan dari guru apabila pembelajaran pengayaan dilaksanakan.

Paparan di atas menarik bagi peneliti untuk menjadi perhatian bersama khususnya perhatian bagi guru mata pelajaran matematika. Seluruh siswa berhak mendapatkan perhatianyang samadari guru, baik bagi siswa yang mengalami masalah belajar maupun siswa yang telah mencapai KKM. Pemberian perlakuan kepada para siswa tentunya berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lain, yaitu disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Siswa yang telah mencapai KKM juga memerlukan perlakuan dari guru sebagai

reward terhadap prestasi belajar yang diraih. Tindakan ini perlu dilakukan

karena merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan siswa. Selain itu dapat mejadi motivasi bagi siswa untuk terus tertarik dalam mempelajari materi di bidang matematika.

Pemberian perlakuan terhadap siswa yang telah mencapai KKM dapat berupa pembelajaran pengayaan. Pengayaan yaitu suatu upaya kegiatan yang diberikan guru kepada siswa yang mencapai nilai KKM guna meningkatkan


(22)

pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai materi yang telah diberikan. Pembelajaran pengayaan diadakan sebagai proses pembelajaran tambahan dimana siswa terlibat dalam pembelajaran dan berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat mempersiapkan diri apabila memperoleh permasalahan dengan tingkat kesulitan yang lebuh tinggi sehingga siswa dapat menyelesaikannya dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian dari artikel yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis

Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama” tahun 2007 oleh Herman, menyatakan bahwa salah satu alternatif solusi yang dapat mengatasi permasalahan dalam pendidikan matematika yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui Pembelajaran Berbasis Masalah/Problem

Based Learning (PBL). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa PBL terbuka

dan PBL terstruktur secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (biasa). Namun, baik PBL terbuka maupun PBL terstruktur tidak ditemukan adanya perbedaan yang berarti dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. Kemudian Herman menambahkan bahwa siswa dengan kemampuan matematika lebih tinggi mencapai peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan matematika lebih rendah.


(23)

Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa proses pemecahan masalah yang dilakukan melalui interaksi kooperatif antar siswa dan intervensi guru yang proporsional dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP. Hal ini membuktikan bahwa PBL dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran matematika yang berlandaskan pada proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru dan 5 siswa yang telah mencapai KKM, peneliti menyimpulkan bahwa di kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo belum memberikan tindakan khusus terhadap siswa-siswa yang telah mencapai KKM. Oleh karena itu dalam memahami masalah yang terjadi di sekolah tersebut, peneliti memberikan alternatif solusi yaitu dengan memberikan pembelajaran pengayaan kepada siswa yang telah mencapai nilai KKM. Berdasarkan masalah ini peneliti berupaya mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan matematika dengan menggunakan model pembelajaran bagisiswa yang telah mencapai KKM.

Berdasarkan seluruh paparan tersebut, yaitu dari hasil wawancara terhadap guru dan 5 siwa yang telah mencapai KKM serta hasil penelitian dari jurnal, peneliti memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) dalam upaya pengembangan perangkat

pembelajaran pengayaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Menurut peneliti, model pembelajaran PBL ini efektif diberikan bagi siswa-siswa yang telah mencapai KKM. Penggunaan model pembelajaran PBL diharapkan dapat memberikan hasil yang positif dalam meningkatan kemampuan berpikir


(24)

siswa terhadap pemecahan masalah matematika dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran pengayaan di SMAN 1 Weru Sukoharjo ?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran pengayaan di SMAN 1 Weru Sukoharjo ?

3. Bagaimana minat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan yang dilakukan di SMAN 1 Weru Sukoharjo ?

4. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menerima pembelajaran pengayaan yang dilakukan di SMAN 1 Weru Sukoharjo ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran pengayaan di SMAN 1 Weru Sukoharjo.

2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas perangkat pembelajaran pengayaan di SMAN 1 Weru Sukoharjo.

3. Untuk mengetahui bagaimana minat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan yang dilakukan di SMAN 1 Weru Sukoharjo 4. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa setelah menerima


(25)

D. Pembatasan Masalah

Masalah dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran pengayaan materi fungsi dan persamaan kuadrat. Kompetensi Dasar meliputi: (1) Melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat; (2) Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat; dan (3) Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat serta penafsirannya. Perangkat pembelajaran pengayaan yang dikembangkan yaitu mengakomodasi model pembelajaran PBL pada materi fungsi dan persamaan kuadrat. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus, RPP, LAS, kuis, dan soal tes akhir.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan batasan istilah sebagai berikut.

1. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia dimana mengalami proses yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga memperoleh suatu pengetahuan dan wawasan yang baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan manusia itu sendiri.

2. Pembelajaran merupakan suatu proses relasi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik dimana dalam proses tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, dengan adanya proses


(26)

pembelajaran yang terjadi akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan siswa/peserta didik karena dapat mencapai tujuan yang diharapkan, begitu juga bagi pendidik yang telah berhasil menyampaikan informasi mengenai pengetahuan kepada peserta didik tersebut.

3. Pengayaan adalah suatu kegiatan atau program yang direncanakan oleh pendidik kepada peserta didik yang telah mencapai nilai ketuntasan yaitu dengan memberikan pelajaran tambahan atau pengetahuan yang baru serta memberikan beberapa tugas tambahan. Tujuan diadakannya pengayaan yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan/wawasan serta menggali potensi siswa lebih dalam.

4. Problem Based Learning (PBL) adalah merupakan suatu model

pembelajaran yang diupayakan untuk mendorong kemampuan berpikir siswa melalui pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) mengutamakan dan memusatkan pada

siswa dalam pemecahan masalah sehingga guru sebagai fasilitator pembelajaran.

5. Minat belajar siswa adalah suatu perasaaan senang atau sikap positif siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta adanya ketertarikan siswa terhadap pengajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, minat belajar siswa dapat terjadi karena adanya dorongan pengetahuan dari siswa terhadap materi pelajaran serta dikarenakan siswa dapat memahami materi yang diberikan.


(27)

6. Hasil Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah menerima materi pelajaran dalam proses pembelajaran yang didalamnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan motorik.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi siswa

Menambah dan memperluas pengetahuan siswa mengenai materi matematika yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dari materi yang telah dipelajari sebelumnya sehingga memotivasi siswa untuk terus mempelajari matematika. Siswa juga dapat terlatih dalam menghadapi permasalahan matematika sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menyelesaikan permasalahan matematika dengan kesulitan yang lebih tinggi.

2. Bagi guru

Memberi alternatif solusi bagi guru dalam upaya memberikan perlakuan dan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar.

3. Bagi sekolah

Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa melalui pengembangan perangkat pembelajaraan pengayaan bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar di sekolah.


(28)

G. Spesifikasi Produk

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti mengembangkan produk berupa perangkat pembelajaran, yaitu:

1. Silabus

Silabus digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Perangkat Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus terdiri dari Nama Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Program, Semester, Standar Kompetensi. Kemudian di dalam tabel silabus berisi Nomor, Kompetensi Dasar, Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian (Teknik, Bentuk Instrumen, Contoh Instrumen), Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar.

Silabus didesain berdasarkan model pembelajaran PBLditekankan pada bagian kegiatan pembelajaran yang mencakup 5 fase. Kelima fase tersebut terdiri dari fase pertama adalah pemberian permasalahan terhadap siswa, fase kedua adalah pengelompokan siswa dalam belajar, fase ketiga adalah bimbingan terhadap anggota kelompok, fase keempat adalah penyajian hasil diskusi kelompok, dan fase kelima adalah evaluasi terhadap proses pemecahan masalah. Berikut adalah desain produk berupa silabus yang digunakan dalam pembelajaran pengayaan.


(29)

Tabel 1.1 Format Silabus Kurikulum 2006

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran atau pengembangan dari Silabus yang telah dibuat dan merupakan hal yang lebih rinci dari Silabus. RPP terdiri dari Nama Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar Kompetensi, Alokasi Waktu, Indikator (Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik), Tujuan Pembelajaran (Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik), Materi Ajar, Metode Pembelajaran, Model Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan (pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir), Alat dan Sumber Belajar, dan Penilaian Hasil Belajar.

SILABUS Nama Sekolah : SMAN 1 Weru Sukoharjo Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : X / Genap Tahun Pelajaran : 2014-2015

Sandar Kompetensi : 2. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat

N0 Kompetensi

Dasar Materi Ajar

Kegiatan

Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi Waktu

Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen


(30)

RPP yang didesain berdasarkan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL). PBL ditekankan pada bagian kegiatan

pembelajaran yang mencakup 5 fase terdiri dari fase pertama adalah pemberian permasalahan terhadap siswa, fase kedua adalah pengelompokan siswa dalam belajar, fase ketiga adalah bimbingan terhadap anggota kelompok, fase keempat adalah penyajian hasil diskusi kelompok, dan fase kelima adalah evaluasi terhadap proses pemecahan masalah. Kelima fase tersebut akan terlihat di dalam kegiatan pembelajaran yaitu pada bagian kegiatan inti pembelajaran. Berikut adalah desain produk berupa RPP yang digunakan dalam pembelajaran pengayaan.


(31)

Tabel 1.2 Format RPP Kurikulum 2006

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PEMBELAJARAN PENGAYAAN Nama Sekolah :

Mata Pelajaran : Kelas : Semester : Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar :

Alokasi Waktu :

A. Indikator Aspek kognitif : Aspek afektif : Aspek psikomotorik : B. Tujuan Pembelajaran

Aspek kognitif : Aspek afektif : Aspek psikomotorik : C. Materi Ajar

D. Metode Pembelajaran E. Model Pembelajaran F. Langkah-langkah Kegiatan

1. Pendahuluan a. Orientasi : b. Apersepsi : c. Motivasi

2. Kegiatan Inti (fase-fase PBL)

a. Eksplorasi (fase pertama dan kedua) b. Elaborasi (fase ketiga dan keempat) c. Konfirmasi (fase kelima)

3. Kegiatan Akhir G. Sumber Belajar


(32)

3. Lembar Aktivitas Siswa (LAS)

Lembar Aktivitas Siswa (LAS) berisi nama anggota kelompok, perintah pengerjaan serta permasalahan-permasalahan mengenai manipulasi aljabar dan aplikasi pada materi fungsi dan persamaan kuadrat. Pada pertemun pertama, Lembar Aktivitas Siswa (LAS) terdiri dari 4 butir permasalahan yang berbentuk soal esay, sedangkan pada pertemuan kedua Lembar Aktivitas Siswa (LAS) terdiri dari 6 butir permasalahan yang berbentuk soal esay. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) digunakan sebagai latihan siswa dalam pemecahan masalah selama mengikuti pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran PBL.

4. Kuis

Kuis berisi soal-soal esay mengenai manipulasi aljabar dan aplikasi pada materi fungsi dan persamaan kuadrat. Pada pertemuan pertama, kuis terdiri dari 3 butir soal dan pada pertemuan kedua kuis terdiri dari 2 butir soal. Kuis diberikan sebagai umpan balik setelah pelaksanaan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL selesai dilakukan.

5. Soal Tes Akhir

Soal Tes Akhir berisi pelaksanaan, waktu, petunjuk serta rangkuman permasalahan-permasalahan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Soal Akhir Tes terdiri dari 5 butir soal berbentuk soal esay.


(33)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Belajar

a. Hakekat Belajar

Menurut Rahyubi (2014: 1), belajar merupakan suatu proses hidup baik dilakukan secara sadar maupun tidak yang harus dijalani oleh semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Mulyati (2005: 5), belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan terjadi adanya perubahan dalam diri manusia.

Menurut Morgan, 1961 dalam (Mulyati 2005: 3), belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia yang menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan. Adapun menurut Gredler (2011: 2), belajar adalah berbagai macam proses yang dilakukan oleh individu saat mereka mengalami hal yang sulit dalam menghadapi tugas yang sebelumnya dianggap suatu hal yang biasa.


(34)

Menurut Khodijah (2014: 50), belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru. Menurut Syah (1995: 91), belajar merupakan suatu tahap perubahan seluruh tingkah laku seseorang dalam proses kognitif yang menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi seseorang terhadap lingkungannya.

Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hakekat belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia dimana mengalami proses yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu sehingga memperoleh suatu pengetahuan dan wawasan yang baru yang pada akhirnya dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan manusia itu sendiri.

2. Pembelajaran

a. Hakekat pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi dan komunikasi yang terjadi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar (Rahyubi, 2014: 6). Selain itu menurut Schunk (2012: 5), pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya.

Menurut Pusat Angkatan Darat Amerika Serikat dalam (Suyono dan Hariyanto 2011: 15), pembelajaran adalah suatu pengetahuan yang


(35)

diperoleh melalui pengalaman yang dikembangkan melalui saling berbagi sehingga memberikan keuntungan bagi yang lain.

Melihat pendapat dari para tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses relasi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik dimana dalam proses tersebut dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian, dengan adanya proses pembelajaran yang terjadi akan memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan siswa karena dapat mencapai tujuan yang diharapkan, begitu juga bagi pendidik yang telah berhasil menyampaikan informasi mengenai pengetahuan kepada siswa tersebut.

3. Pengayaan

a. Hakekat Pengayaan

Menurut M. Usman, dkk (1993: 108), pengayaan adalah kegiatan tambahan yang diberikan kepada siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar yang dimaksudkan untuk menambah wawasan atau memperluas pengetahuannya dalam materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Sedangkan menurut Prayitno (2008: 285), kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana


(36)

untuk menambah/memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

Sementara itu menurut Koni dan Uno (2012: 204), pengayaan dilakukan bagi siswa yang memiliki penguasaan lebih cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau siswa yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar siswa yang lain belum. Selain itu menurut Sugihartono (2012: 186), pembelajaran pengayaan merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah siswa yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya.

Menurut Sukiman (2012: 54), pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi siswa yang memiliki kelebihan sedemikian sehingga mereka dapat mengoptimalisasikan perkembangan minat, bakat dan kecakapan.

Dari berbagai pendapat para tokoh mengenai hakekat pengayaan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pengayaan adalah suatu kegiatan atau program yang direncanakan oleh guru kepada siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan yaitu dengan memberikan pelajaran tambahan atau pengetahuan yang baru serta memberikan beberapa tugas tambahan.


(37)

b. Tujuan Pembelajaran Pengayaan

Menurut Koni dan Uno (2012: 204), peserta didik yang telah mencapai ketuntasan belajar perlu mendapat pengayaan agar dapat mengembangkan potensi secara optimal. Sedangkan menurut Usman dan Setiawati (1993: 108), tujuan pembelajaran pengayaan selain untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap materi yang sedang atau telah dipelajarinya juga agar siswa dapat belajar secara optimal baik dalam hal pendayagunaan kemampuannya maupun perolehan dari hasil belajar.

Menurut Sugihartono (2012: 187-188), tujuan pengayaan yaitu:

1) Agar peserta didik lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi matapelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu mengajari temannya yang belum selesai tugasnya. 2) Memupuk rasa sosial karena peserta didik ini diminta membantu

temannya yang belum selesai tugasnya.

3) Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber belajar lainnya.


(38)

4) Memupuk rasa tanggung jawab peserta didik dengan cara melaporkan atau menyampaikan informasi yang diperoleh melalui membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber informasi lainnya kepada teman-temannya.

Dari pendapat berbagai tokoh mengenai tujuan pengayaan, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan diadakannya pengayaan yaitu untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan mengembangkan pengetahuan/wawasan serta menggali potensi siswa lebih dalam.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan

Menurut Usman, dkk (1993: 109), pelaksanaan pembelajaran pengayaan didasarkan pada hasil tes formatif atau subsumatif. Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat berupa pengayaan untuk membantu teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan belajar. Dapat pula kegiatan perseorangan berupa membaca, mempelajari bahan pelajaran baru, menyelesaikan tugas, pekerjaan rumah, atau bentuk yang lainnya. Sedangkan menurut Koni dan Uno (2012: 204), pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat, baik pada atau di luar jam efektif. Bagi peserta didik yang secara konsisten selalu mencapai kompetensi lebih cepat, dapat diberikan program akselerasi.

Sedangkan menurut buku Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pengayaan yang disusun oleh Tim Depdiknas, 2008


(39)

dalam (Sukiman 2012: 51-52), bentuk-bentuk pengayaan dapat dilakukan melalui:

1) Belajar kelompok, sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam sekolah biasa, sambil mengikuti teman-temannya yang mengikuti pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.

2) Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati.

3) Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan kurikulum dibawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.

4) Pendataan kurikulum, yaitu pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan demikian, tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru, atau bekerja proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.

Dari pendapat para tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan program pengayaan pada umunya dapat dilakukan dengan memberikan suatu tindakan atau kegiatan kepada peserta didik yang telah mencapai ketuntasan, salah satunya yaitu dengan memberikan tugas atau materi tambahan kepada siswa untuk menambah wawasannya yang dalam pelaksanaannya dapat berupa belajar secara mandiri maupun secara berkelompok.


(40)

4. Problem Based Learning (PBL)

a. Hakekat Problem Based Learning (PBL)

Menurut Ward, 2002 : Stepien, dkk., 1993 dalam (Ngalimun 2012: 89), PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat melibatkan siswa belajar aktif dalam memecahkan suatu masalah melalui tahapan ilmiah serta membantu siswa dalam mempelajari pengetahuan terhadap masalah tersebut sehingga memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah.

Sedangkan menurut Amir (2009: 12), model PBL merupakan salah satu model yang banyak digunakan untuk menunjang pendekatan pembelajaran learner centered yang dapat memberdayakan atau mengembangkan pengetahuan siswa.

Kemudian menurut Tung (2015: 228), PBL adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah yaitu masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai konteks bagi siswa untuk belajar cara berpikir kritis dan konsep dari materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa PBL adalah merupakan suatu model pembelajaran yang diupayakan untuk mendorong kemampuan berpikir siswa melalui pengetahuan-pengetahuan yang telah dimilikinya. Menurut peneliti, pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model


(41)

pembelajaran PBL mengutamakan dan memusatkan pada siswa dalam pemecahan masalah sehingga guru sebagai fasilitator pembelajaran. Model pembelajaran PBL ini menurut peneliti bertujuan untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide dari siswa-siswa dalam menemukan cara atau langkah dalam pemecahan masalah yang diberikan, dimana mendorong siswa untuk dapat berpikir kritis berdasarkan konsep yang telah diterima.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Menurut Tung (2015: 228-229), terdapat berbagai macam karakteristik dari PBL, yaitu:

1. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.

2. Masalah yang diberikan berkaitan dengan kehidupan nyata siswa. 3. Mengorganisasikan pelajaran yang berkaitan dengan masalah

tersebut.

4. Siswa diminta untuk bertanggungjawab terhadap proses belajar yang telah dibentuk dan dijalankan secara langsung.

5. Siswa diminta untuk membentuk kelompok kecil.

6. Siswa dituntut untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dalam setiap kelompok.


(42)

Sedangkan menurut Tan, 2003dalam (Amir 2009: 22), karakteristik dalam proses PBL yaitu:

1. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.

2. Masalah yang disajikan adalah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan keadaaan sekitar siswa atau bersifat kontekstual.

3. Masalah biasanya menuntut berbagai macam cara pandang dari siswa.

4. Masalah yang disajikan membuat siswa tertantang untuk memperoleh pengetahuan dan pembelajaran yang baru.

5. Siswa diminta untuk dapat belajar mandiri yaitu tidak bergantung terhadap bantuan dari guru.

6. Siswa diminta untuk aktif mencari informasi tambahan dari berbagai sumber dalam pemecahan masalah.

7. Pembelajaran menekankan sikap kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif yaitu siswa belajar dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.

Dari pendapat para tokoh tersebut peneliti menyimpulkan bahwa terdapat karakteristik dalam PBL antara lain pemberian permasalahan di awal pembelajaran, permasalahan berbentuk aplikasi yaitu berkaitan dengan kehidupan sekitar siswa/bersifat kontekstual, membentuk kelompok belajar, serta bertanggungjawab dalam menyajikan hasil diskusi.


(43)

c. Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)

Menurut Amir (2009: 24), terdapat langkah-langkah dalam proses PBL, di antaranya:

1) Langkah pertama: mengklarifikasikan istilah dan konsep yang belum jelas

Tahap ini meminta setiap anggota kelompok untuk menyatukan ide atau pandangan yang sama terkait istilah dan konsep yang ada pada permasalahan.

2) Langkah kedua: merumuskan masalah

Setiap anggota kelompok diminta untuk merumuskan masalah dengan cara melihat hubungan di dalam fenomena terkait permasalahan yang diberikan.

3) Langkah ketiga: menganalisis masalah

Setiap anggota kelompok memunculkan ide atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya kemudian mendiskusikan informasi yang diperoleh untuk membahas terhadap permasalahan.

4) Langkah keempat: menata gagasan secara sistematis kemudian menganalisisnya lebih dalam

Hasil analisis yang telah dibuat oleh setiap kelompok selanjutnya dilihat keterkaitannya satu sama lain kemudian dikelompokkan.


(44)

5) Langkah kelima: merumuskan tujuan pembelajaran

Setiap kelompok diharapkan dapat merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis masalah yang telah dibuat, kemudian akan menjadi dasar gagasan untuk membuat laporan. 6) Langkah keenam: berusaha mencari informasi tambahan dari

sumber yang lain

Setiap anggota kelompok diminta untuk mencari informasi tambahan dari sumber lain sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan.

7) Langkah ketujuh: menggabungkan, menguji informasi, dan membuat laporan

Dari berbagai laporan setiap kelompok yang dipresentasikan, maka kelompok yang lain akan mendapatkan informasi-informasi baru. Tahap ini menekankan keterampilan mendiskusikan dan meninjau ulang hasil diskusi.

Sementara itu, menurut Arends, 2004 dalam (Ngalimun 2012: 95-96), mengemukakan 5 tahap (fase) yang perlu diimplementasikan dalam PBL, antara lain:

1) Fase pertama: pemberian permasalahan terhadap siswa

Fase ini menerangkan bahwa guru memulai pembelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat aktif pada kegiatan pemecahan masalah, kemudian siswa diberikan permasalahan-permasalahan untuk didiskusikan.


(45)

2) Fase kedua: pengelompokan siswa dalam belajar

Fase ini menerangkan bahwa guru membagi atau membentuk kelompok tugas belajar siswa untuk berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3) Fase ketiga: bimbingan terhadap anggota kelompok

Fase ini menerangkan bahwa guru sebagai fasilitator jalannya diskusi dalam kelompok tugas belajar. Guru mendorong siswa agar mampu mengumpulkan informasi dalam menganalisis pemecahan masalah. Guru menekankan pada setiap kelompok tugas belajar untuk dapat bekerjasama dengan baik selama proses diskusi berlangsung.

4) Fase keempat: penyajian hasil diskusi kelompok

Fase ini menerangkan bahwa guru meminta setiap kelompok tugas belajar untuk menyajikan atau menjelaskan hasil diskusi pemecahan masalah. Fase ini menuntut tanggungjawab masing-masing anggota kelompok dalam proses tanya jawab mengenai hasil diskusi yang diutarakan.

5) Fase kelima: evaluasi terhadap proses pemecahan masalah.

Fase ini, guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah.


(46)

Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tahap/langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PBL yaitu mulai dari pemberian masalah pada siswa, membentuk kelompok tugas belajar siswa terhadap masalah yang diberikan, siswa diminta untuk mengumpulkan informasi-informasi dan melakukan percobaaan dalam menganalisis pemecahan masalah, siswa diminta untuk menuliskan hasil informasi yang didapat dalam diskusi kelompok, dan kemudian mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompok dengan melakukan presentasi dan tanya jawab. Tahap yang terakhir yaitu melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah yaitu dapat berupa umpan balik dari guru.

d. Manfaat Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Amir (2009: 27-29), terdapat berbagai manfaat dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL, di antaranya:

1) Meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap materi yang diterima.

2) Siswa menjadi lebih fokus terhadap ilmu pengetahuan. 3) Membantu kemampuan berpikir kritis siswa.

4) Membangun kerjasama dalam kelompok dan keterampilan sosial siswa.


(47)

6) Membangkitkan minat siswa dalam belajar.

Sedangkan menurut Ngalimun (2012: 93) mengemukakan bahwa model pembelajaran PBL baik digunakan dalam pembelajaran disebabkan oleh hal berikut.

1) Dengan PBL siswa dapat belajar memecahkan permasalahan melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki berdasar pada konsep materi yang diterima.

2) Dalam situasi PBL siswa dapat menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki ke dalam konteks yang relevan, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang berbentuk aplikasi kehidupan sehari-hari.

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif dalam belajar memecahkan masalah, menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dalam bekerja kelompok.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL memiliki manfaat diantaranya membantu siswa untuk berpikir kritis, mendorong keterampilan siswa dalam belajar, membantu siswa untuk mengembangkan sikap sosial yang baik, serta membangun kerjasama dalam kelompok belajar.


(48)

5. Minat Belajar

Menurut Winkel (1984: 30-31), mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaaan senang tersebut akan menimbulkan minat apalagi bila diperkuat oleh sikap yang positif.

Sedangkan menurut Hardjono (1988: 4), menyatakan bahwa minat belajar siswa akan timbul apabila siswa menyukai guru dan menyukai pengajarannya. Siswa tidak akan menaruh minat terhadap sesuatu yang tidak dimengerti atau dipahami sehingga dorongan untuk memperoleh pengetahuan atau minat siswa dapat timbul apabila siswa mampu memahami materi pelajaran serta mampu menyerapnya.

Peneliti dapat menyimpulkan paparan dari pendapat tokoh-tokoh tersebut yaitu bahwa minat belajar siswa adalah suatu perasaaan senang atau sikap positif siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru serta adanya ketertarikan siswa terhadap pengajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu, minat belajar siswa dapat terjadi karena adanya dorongan pengetahuan dari siswa terhadap materi pelajaran serta dikarenakan siswa dapat memahami materi yang diberikan.

6. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010: 3-23), menyatakan bahwa pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah laku siswa yang terjadi selama proses belajar. Perubahan tingkah laku


(49)

siswa tersebut mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah konitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual seperti ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkaitan dengan sikap seperti penerimaan, jawaban atau reaksi, dan penilaian. Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak seperti gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, dan gerakan keterampilan kompleks.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah menerima materi pelajaran dalam proses pembelajaran yang didalamnya mencakup aspek kognitif, afektif, dan motorik.

7. Fungsi dan Persamaan Kuadrat a. Fungsi Kuadrat

1) Definisi Fungsi Kuadrat

Misalnya adalah himpunan bilangan real, suatu fungsi

fdengan merupakan fungsi kuadrat jika ditentukan oleh

dengan dan (Marwanta,


(50)

2) Membentuk Fungsi Kuadrat

a) Menyusun Fungsi Kuadrat Jika Grafik Memotong Sumbu di dan , serta Melalui Sebuah Titik Tertentu

Jika suatu grafik fungsi kuadrat

memotong sumbu di titik dan , maka dan disebut pembuat nol fungsi. Dengan demikian, fungsi kuadrat

tersebut dapat dinyatakan sebagai

Nilai dapat ditentukan dengan mensubstitusikan nilai dan dari satu titik lain yang diketahui ke dalam persamaan di atas (Marwanta, dkk. 2007: 88).

b) Menyusun Fungsi Kuadrat Jika Grafiknya Menyinggung Sumbu di dan Melalui Sebuah Titik Tertentu

Jika suatu grafik fungsi kuadrat

menyinggung sumbu di titik , maka merupakan pembuat nol fungsi. Dengan demikian, fungsi kuadrat tersebut dapat dinyatakan sebagai . Nilai dapat ditentukan dengan mensubstitusikan nilai dan dari titik lain yang dilalui grafik ke dalam rumus tersebut (Marwanta, dkk. 2007: 89).


(51)

c) Menyusun Fungsi Kuadrat jika Grafiknya Melalui Titik Puncak dan Melalui Sebuah Titik Tertentu

Jika grafik fungsi kuadrat melalui titik puncak , maka rumus fungsi kuadratnya dapat dinyatakan sebagai . Nilai dapat ditentukan dengan mensubstitusikan nilai dan dari titik lain yang dilaluigrafik ke dalam rumus tersebut (Marwanta, dkk. 2007: 89).

d) Menyusun Fungsi Kuadrat jika Grafiknya Melalui Tiga Buah

Titik , , dan .

Rumus fungsi kuadratnya dapat dinyatakan sebagai . Nilai dapat diperoleh dengan mensubstitusikan nilai dan dari ketiga titik tersebut ke rumus di atas sedemikian sehingga diperoleh tiga buah persamaan dengan tiga variabel dan melakukan operasi substitusi dan eliminasi pada persamaan-persamaan tersebut (Marwanta, dkk. 2007: 90).

b. Persamaan Kuadrat

1. Bentuk Umum Persamaan Kuadrat

Bentuk umum persamaan kuadrat dalam variabel dapat dinyatakan


(52)

disebut koefisien , koefisien , dan disebut konstanta (Marwanta, dkk. 2007: 94).

2. Menyelesaiakan Persamaan Kuadrat

1) Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Cara Memfaktorkan (Marwanta, dkk. 2007: 96-97).

a) Memfaktorkan bentuk dengan

Secara umum dapat dituliskan

dengan dan

b) Memfaktorkan bentuk dengan

i. Jika , maka

ii. Jika ,

maka

2) Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Cara Melengkapkan Kuadrat (Marwanta, dkk. 2007: 99).

Langkah-langkah:

i. Bagilah kedua ruas pada persamaan dengan a


(53)

ii. Kemudian bagilah koefisien pada persamaan dengan 2, kemudian kuadratkan hasilnya

atau dapat dituliskan

iii. Hasil ditambahkan pada kedua ruas persamaan.

3) Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Menggunakan Rumus Kuadrat (Marwanta, dkk. 2007: 101-102).

Nilai yang memenuhi persamaan ,

dengan dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.

(kedua ruas persamaan dibagi )

(mengubah ruas kiri menjadi bentuk kuadrat sempurna)


(54)

Jadi, atau

Sehingga, akar persamaan kuadrat

dapat dicari dengan rumus

3. Menyusun Persamaan Kuadrat

a) Menyusun Persamaan Kuadrat yang Akar-akarnya Diketahui

Jika adalah akar-akar persamaan kuadrat , maka untuk menyusun persamaan kuadrat baru dapat dilakukan dengan cara berikut (Marwanta, dkk. 2007: 115).

i. Perkalian faktor, yaitu dengan menggunakan rumus

ii. Menggunakan jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan,

yaitu dengan menggunakan rumus

b) Menyusun Persamaan Kuadrat jika Akar-akarnya Mempunyai Hubungan dengan Akar-akar Persamaan Kuadrat Lainnya


(55)

Jika merupakan akar-akar persamaan kuadrat baru yang dicari, maka untuk menyusun persamaan kuadrat dengan rumus jumlah dan hasil kali akar-akarnya

digunakan formula (Marwanta,

dkk. 2007: 117). c. Pertidaksamaan Kuadrat

1. Pengertian Pertidaksamaan Kuadrat

Pertidaksamaan kuadrat didefinisikan sebagai pertidaksamaan yang memuat variabel dengan pangkat tertinggi 2 (dua). Bentuk umum pertidaksamaan kuadrat adalah sebagai berikut.

Dengan (Marwanta, dkk. 2007:

101-123).

2. Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat

a) Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat dengan Garis Bilangan

Untuk menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan garis bilangan dapat digunakan langkah-langkah sebagai berikut:


(56)

1) Ubah pertidaksamaan kuadrat ke dalam bentuk baku atau bentuk persamaan kuadrat yang berpadanan, yaitu dengan mengubah ruas kanan menjadi sama dengan nol.

2) Tentukan nilai pembuat nol atau akar-akar persamaan kuadrat yang bersesuaian sebagai batas-batas penyelesaian.

3) Lukiskan nilai pembuat nol yang diperoleh pada garis bilangan.

4) Substitusikan sembarang bilangan pada pertidaksamaan untuk menentukan tanda interval pada masing-masing bagian interval pada garis bilangan.

5) Interval yang memiliki tanda yang sesuai dengan tanda pertidaksamaan merupakan himpunan penyelesaian yang dicari (Marwanta, dkk. 2007: 123).

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Penelitian dengan judul “Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa

Sekolah Menengah Pertama” oleh Tatang Herman (2007).

Herman menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP melalui kegiatan pemecahan masalah sebagai aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran


(57)

matematika. Karakteristik utama dari PBM ini adalah sajian bahan ajar yang berupa masalah, disiapkan untuk memicu dan memacu terjadinya interaksi multi arah antar kelompok belajar dalam kelas sehingga tercipta iklim belajar dan mengajar yang kondusif. Hasil penelitian ini menun-jukkan bahwa proses pemecahan masalah yang dilakukan melalui interaksi kooperatif antar siswa dan intervensi guru yang proporsional dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP. Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran matematika yang berlandaskan pada proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa PBM terbuka dan PBM terstruktur secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dibanding pembelajaran konvensional (biasa). Namun, antara PBM terbuka dan PBM terstruktur tidak ditemukan adanya perbedaan dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa.Siswa dengan kemampuan matematika lebih tinggi mencapai peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang lebih besar dibandingkan dengan pada siswa yang berkemampuan matematika rendah. Pada berbagai kualifikasi sekolah, perbedaan gender tidak memberikan perbedaan peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi.


(58)

2. Penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah Dan Keterampilan Berpikir Kritis”oleh I. Kd. Urip Astika, I. K. Suma, I. W. Suastra (2013).

Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah dan keterampilan berpikir kritis antara kelompok siswa belajar yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Sikap ilmiah dan keterampilan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Kemudian terdapat perbedaan sikap ilmiah antara kelompok siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Sikap ilmiah siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. Ketrampilan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori.

Berdasarkan hasil kedua penelitian yang dipaparkan tersebut, relevansi terhadap penelitian ini adalah dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL, tujuan PBL yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa (berpikir kritis), serta dapat


(59)

membantu siswa untuk bekerja secara mandiri dalam penyelesaian permasalahan. Oleh karena itu peneliti menggunakan model pembelajaran PBL dalam melakukan penelitian.

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa di dalam dunia pendidikan yaitu di dalam lingkup sekolah perlu untuk dikembangkan. Hal tersebut berlaku bagi seluruh siswa, tanpa terkecuali bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan terhadap hasil belajar. Siswa yang telah mencapai nilai KKM, tetap perlu mendapat perhatian khusus dari guru agar pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dapat terus dikembangkan. Permasalahan yang terjadi di kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo adalah guru belum memberikan perhatian kepada siswa yang mencapai nilai KKM sebagai bentuk perlakuan tindak lanjut. Hal ini menjadi perhatian karena seluruh siswa seharusnya mendapat hak yang sama dari guru dalam pemberian perhatian.

Pembelajaran pengayaan merupakan salah satu bentuk upaya pemberian tindak lanjut bagi siswa yang telah mencapai nilai KKM.Menanggapi masalah tersebut, peneliti berupaya mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Model pembelajaran PBL mengarah pada tahap-tahap di dalam kegiatan inti pembelajaran. Tahap-tahap dalam model pembelajaran PBL menekankan proses kegiatan pembelajaran misalnya


(60)

pemberian masalah dan pembentukan kelompok diskusi. Materi yang digunakan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan ini adalah fungsi dan persamaan kuadrat. Sehingga dalam mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan, upaya yang dilakukan adalah menyediakan permasalahan yang memliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Selain itu permasalahan yang diberikan adalah permasalahan yang bersifat kontekstual dan berbentuk aplikasi yang sesuai dengan karakteristik pada model pembelajaran PBL.

Pengembangan perangkat pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran PBL diharapkan dapat membantu siswa yang telah mencapai nilai KKM untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran PBL diharapkan dapat membantu siswa untuk berpikir kritis dan berkolaborasi dengan baik. Selain itu diharapkan agar siswa terus tertarik untuk mempelajari dan memperdalam materi pada matematika.


(61)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL materi fungsi dan persamaan kuadrat kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo. Oleh karena itu, jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian research and

development (R and D). Menurut Sugiyono (2010:407), metode penelitian dan

pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan kerjasama yang baik antara pihak peniliti dan pihak guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas XSMAN 1 Weru Sukoharjo.

Model pengembangan pembelajaran pengayaan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan Sugiyono (2010: 409-427) yang terdiri dari sepuluh langkah. Langkah tersebut diantaranya (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) ujicoba produk, (7) revisi produk, (8) ujicoba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi masal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pengembangan Sugiyono hanya sampai pada langkah ketujuh.


(62)

B. Subjek Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, subyek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah 15 orang siswa SMAN 1 Weru Sukoharjo kelas X, yaitu terdiri dari 5 siswa kelas X1; 5 siswa kelas X2; dan 5 siswa kelas X3 yang telah mencapai KKM pada materi fungsi dan persamaan kuadrat. Peneliti mengambil subyek penelitian sebanyak 15 siswa. Hal ini dikarenakan peneliti mendapat saran dan masukan dari guru matematika SMAN 1 Weru Sukoharjo yang mengatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan 15 siswa cukup efisien dan efektif dilakukan.

C. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah seluruh proses pelaksanaan pengembangan pembelajaran pengayaan pada materi persamaan dan fungsi kuadrat bagi 15 siswa kelas X dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL)di SMAN 1 Weru Sukoharjo.

D. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Februari 2015 sampai dengan Desember 2015, sedangkan proses pengambilan data dilakukan mulai pada bulan April 2015 sampai dengan Juni 2015.


(63)

E. Bentuk Data

Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif terdiri dari data potensi dan masalah siswa. Sedangkan data yang dianalisis secara kuantitatif terdiri dari data hasil belajar siswa, data keterlaksanaan pembelajaran, data minat siswa, dandata hasil validasi oleh para ahli.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi keterlaksanaaan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL, tes akhir pembelajaran pengayaan, dan kuesioner. a. Wawancara

Wawancara dilakukan pada tahap awal penelitian dimana peneliti memperoleh data-data yang dapat digunakan sebagai informasi pendukung adanya masalah. Wawancara dilakukan oleh seorang guru matematika dan 5 siswa yang diambil secara random dari 15 siswa kelas X SMAN 1 Weru Sukoharjo yang telah mencapai nilai KKM dan yang menjadi subyek peneliti. Wawancara dilakukan guna memperoleh informasi sebagai bahan untuk analisis kebutuhan dalam penelitian serta untuk melihat potensi dan masalah yang terjadi.


(64)

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat keterlaksanaan proses pengembangan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Observasi dilakukan saat proses pembelajaran pengayaan berlangsung. Peneliti melakukan observasi terhadap guru matematika yang mengajar selama pembelajaran pengayaan berlangsung dan 15 siswa yang menjadi subyek penelitian. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 3 observer lainnya.

c. Tes Akhir Pembelajaran Pengayaan

Tes akhir pembelajaran pengayaan dilakukan untuk memperoleh hasil belajar siswa dalam melaksanakan pengembangan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning.

d. Kuesioner

Kuesioner diberikan oleh 15 siswa yang diteliti untuk memperoleh informasi mengenai minat siswa terhadap proses pelaksanaan pengembangan pembelajaran pengayaan yang telah dilakukan. Kuesioner diberikan setelah siswa selesai mengerjakan tes akhir pembelajaran pengayaan.


(65)

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara guru dan siswa yang dibuat peneliti berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan pembelajaran pengayaan yang dilakukan di SMAN 1 Weru Sukoharjo. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dibuat sesuai dengan indikator-indikator yang telah divalidasi oleh ahli yaitu mengenai ketuntasan belajar/mencapai nilai KKM, pembelajaran pengayaan, dan model pembelajaran Problem

Based Learning. Tabel 3.1 merupakan kisi-kisi lembar pedoman

wawancara untuk guru.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Pedoman Wawancara Untuk Guru

No Kisi-kisi No Item

1 Pelaksanaan pembelajaran pengayaan di

sekolah 1, 2, 3, 4, 5

2 Bentuk pembelajaran pengayaan yang

diberikan pada siswa 6, 7, 8, 9

3

Model pembelajaran yang diketahui dan yang sering digunakan dalam memberikan

pembelajaran pengayaan

10, 11, 12, 13

4

Hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran pengayaan dengan model pembelajaran yang telah digunakan

14, 15

5

Respon siswa terhadap pembelajaran pengayaan dengan model pembelajaran yang digunakan

16, 17

Kisi-kisi lembar pedoman wawancara untuk siswa yang mencapai nilai KKM pada materi fungsi dan persamaan kuadrat disajikan dalam tabel 3.2 berikut.


(66)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Pedoman Wawancara Untuk Siswa Yang Mencapai Nilai KKM

Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh ahli dengan hasil 3,05 (kategori baik) untuk lembar pedoman wawancara dengan guru dan 3,23 (kategori baik) untuk lembar pedoman wawancara dengan siswa yang mencapai nilai KKM.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi dirancang berupa lampiran pengamatan mengenai keterlaksanaan pembelajaran pengayaan yang berisi indikator-indikator pengamatan dan kriteria penilaian. Lembar observasi yang dirancang menjadi 2 lembar yaitu lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa. Tabel 3.3 merupakan kisi-kisi lembar observasi untuk guru.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Untuk Guru

Kisi-kisi No. Aspek yang diamati

Mengkondisikan siswa A. Pra Pembelajaran 1. Memeriksa kesiapan siswa 2. Mengecek kehadiran siswa

No Kisi-kisi No Item

1 Kebutuhan siswa yang telah mencapai nilai

KKM 1, 2, 3

2 Siswa dapat belajar mandiri 4, 5, 6

3 Dilaksanakannya pembelajaran pengayaan

di sekolah 7, 8, 9, 10

4 Bentuk pembelajaran pengayaan yang

diberikan pada siswa 11, 12, 13

5

Model pembelajaran yang diharapkan dan yang sering digunakan dalam memberikan pembelajaran pengayaan


(67)

Menyampaikan tujuan dan menjelaskan proses pembelajaran pengayaan

B. Membuka Pelajaran

1. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai (indikator)

2. Memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pengayaan terkait materi yang diberikan

3. Memberi penjelasan tentang proses pembelajaran pengayaan yang akan berlangsung yaitu dengan model problem based learning

Melakukan kegiatan eksplorasi

C. Kegiatan Inti Pembelajaran Pengayaan

1. Membagikan LAS yang berisi beberapa butir permasalahan sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa (fase pertama)

2. Meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi (tiap kelompok terdiri dari 5 siswa) agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan bersama anggota kelompok (fase kedua) 3. Meminta siswa dalam masing-masing

kelompok untuk mengumpulkan informasi terkait materi yang diberikan

Melaksanakan kegiatan elaborasi dengan menerapkan model problem based learning

4. Mendampingi sebagai fasilitator ke tiap kelompok selama proses diskusi berlangsung (fase ketiga)

5. Meminta kepada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok lainnya (fase keempat)

Melakukan kegiatan konfirmasi kepada siswa

6. Meminta siswa untuk mengevaluasi proses pemecahan permasalahan (fase kelima)

7. Membantu siswa menganalisis proses dan keterampilan yang telah dimiliki siswa dalam pemecahan masalah Memberikan kesimpulan

dan perlakuan tindak lanjut

D. Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran yang melibatkan siswa

2. Menyusun rangkuman pembelajaran yang melibatkan siswa

3. Memberikan kuis dan tugas individu sebagai bentuk pelaksanaan tindak lanjut


(68)

Kisi-kisi lembar observasi untuk siswa yang mencapai nilai KKM pada materi fungsi dan persamaan kuadrat disajikan dalam tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Untuk Siswa Yang Mencapai Nilai KKM

Kisi-kisi No. Aspek yang diamati

Sikap siswa dapat terkondisikan

A. Pra Pembelajaran

1. Menyiapkan buku dan alat tulis 2. Tenang dan siap mengikuti pelajaran Mendengarkan penjelasan dari guru mengenai proses pembelajaran pengayaan yang akan berlangsung

B. Membuka Pelajaran

1. Memperhatikan guru yang menjelaskan mengenai tujuan, motivasi, dan proses pembelajaran Melakukan kegiatan eksplorasi dengan menerapkan model problem based learning

C. Kegiatan Inti Pembelajaran Pengayaan 1. Menerima LAS dari guru yang berisi beberapa butir permasalahan (fase pertama)

2.

Membentuk kelompok diskusi sebanyak 5 siswa untuk menyelesaikan permasalahan secara berkelompok (fase kedua)

3.

Mengumpulkan dan menuliskan hasil informasi yang diperoleh dari diskusi ke dalam Lembar Aktivitas Siswa (LAS) yang telah disediakan

4.

Berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan Melaksanakan kegiatan elaborasi dengan menerapkan model problem based learning 1.

Memperhatikan penjelasan guru dalam memberikan bimbingan kepada setiap kelompok diskusi (fase ketiga)

2.

Mempresentasikan hasil diskusi bersama anggota kelompok dan mampu mempertanggungjawabkan hasil diskusi (fase keempat)

Memperhatikankeg iatan konfirmasi yang diberikan

Mengevaluasi dan menganalisis keterampilan proses pemecahan masalah yang dibimbing oleh guru (fase kelima)


(69)

oleh guru Memberikan rangkuman dan perlakuan tindak lanjut

D. Penutup

1. Melakukan refleksi pembelajaran bersama guru

2. Menyusun rangkuman pembelajaran bersama guru

3.

Menerima soal kuis dan tugas individu dari guru sebagai bentuk pelaksanaan tindak lanjut

Lembar observasi tersebut telah divalidasi oleh ahli dengan hasil 3,41 (kategori sangat baik) untuk lembar observasi dengan guru dan 3,35 (kategori sangat baik) untuk lembar observasi dengan siswa yang mencapai nilai KKM.

c. Soal Tes Akhir

Soal tes akhir yang dirancang peneliti berupa kumpulan soal-soal uraian dari seluruh indikator ketercapaian dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kedua pada materi fungsi dan persamaan kuadrat. Tabel 3.5 merupakan kisi-kisi soal tes akhir pengayaan.

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir

Soal tes akhir tersebut telah divalidasi oleh ahli dengan hasil 3,75 (kategori sangat baik).

No Kisi-kisi No Item

1 Melakukan perhitungan aljabar dalam menyelesaikan masalah fungsi kuadrat. 1 2 Melakukan perhitungan aljabar dalam menyelesaikan

masalah persamaan kuadrat 2 3 Merancang model matematika serta menyelesaikan

permasalahan aplikasi persamaan kuadrat 3 4 Menyelesaikan permasalahan aplikasi fungsi kuadrat 4

5 Menyelesaikan model matematika yang berbentuk aplikasi pertidaksamaan kuadrat 5


(70)

d. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner berupa pernyataan mengenai minat siswa setelah menerima pembelajaran pengayaan dari guru. Pada angket akan diberikan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) terkait dengan proses pelaksanaan pengembangan pembelajaran pengayaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Ketentuan pensekoran untuk pernyataan positif adalah SS (skor 4), S (skor 3), TS (skor 2), dan STS (skor 1). Sedangkan pensekoran untuk pernyataan negatif adalah SS (skor 1), S (skor 2), TS (skor 3), dan STS (skor 4). Tabel 3.6 merupakan kisi-kisi lembar kuesioner minat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran pengayaan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning.

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Minat Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan Menggunakan PBL

Kisi-kisi No.

Butir Pernyataan

Minat siswa terhadap pembelajaran tematik

1. Cara belajar dalam pelaksanaan program pengayaan ini sangat menarik bagi saya 2. Pelaksanaan program pengayaan dengan

cara ini membuat saya merasa bosan/jenuh Minat siswa yang

timbul ketika menerapkan model pembelajaran problem based learning selama pembelajaran pengayaan berlangsung

3. Dengan adanya diskusi dalam program pengayaan ini membuat saya menjadi berani untuk mengemukakan pendapat di hadapan teman dan guru

4. Saya malu untuk berpendapat di depan guru dan teman

Menumbuhkan sikap kritis, berpikir ilmiah,

5. Cara belajar dalam program pengayaan ini membuat saya menjadi tertantang untuk memecahkan masalah


(1)

239

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

241

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

243

Lampiran 21

Foto Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)