mata pelajaran dan jenjang pendidikan organisasi horizontal dan vertikal.
4. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mendefinisikan Standar Kompetensi Lulusan SKL sesuai dengan yang seharusnya, yakni sebagai kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan Kurikulum 2013 mengacu
pada Pasal 36 UU No. 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan
takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan
pembangunan daerah nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan globlal;
dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang dinyatakan pada
Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, yakni: “ Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demo
kratis serta bertanggung jawab” Sani, 2014:45.
Mengacu pada penjelasan tersebut, maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk melanjutkan Pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Dalam tujuannya, Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah KejuruanMadrasah Aliyah Kejuruan
menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai
aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu,
sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses,
portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran Mulyasa, 2013:66.
5. Keunggulan Kurikulum 2013
Mulyasa 2013:163-164 mengharapkan implementasi Kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal
ini dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan.
Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah kontekstual, karena berawal, berfokus, dan bermuara pada
hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Kedua, Kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi mendasari pengembangan kemampuan- kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu
dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat
dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
C. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berdasarkan Kurikulum 2013
1. Pengertian Penilaian
Menurut Kunandar 2014:35 , “penilaian assessment adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan peserta didik perlu
diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar.
” Pengertian lain dikemukakan oleh Uno dan Koni 2012:1,
“assessment merupakan istilah umum yang didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau
instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
”
Assessment atau penilaian adalah proses pengumpulan informasi
yang digunakan untuk mengambil keputusan terkait kebijakan pendidikan, mutu program pendidikan, mutu kurikulum, mutu pengajaran, atau
sejauhmana pengetahuan yang telah diperoleh seorang siswa tentang bahan ajar yang telah diajarkan kepadanya. Sementara itu dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan maupun Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 66 Tahun 2013 tentang standar Penilaian Pendidikan mendefinisikan penilaian sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik Basuki, 2014:153.
Toha menjelaskan bahwa fungsi penilaian pendidikan bagi guru adalah untuk: a mengetahui kemajuan belajar peserta didik, b
mengetahui kedudukan masing-masing individu peserta didik dalam kelompoknya, c mengetahui kelemahan-kelemahan cara belajar-
mengajar dalam PBM, d memperbaiki proses belajar-mengajar, dan e menentukan kelulusan peserta didik. Fungsi penilaian bagi peserta didik
adalah untuk: a mengetahui kemampuan dan hasil belajar, b memperbaiki cara belajar, c menumbuhkan motivasi dalam belajar.
Fungsi penilaian bagi sekolah adalah untuk: a mengukur mutu hasil pendidikan, b mengetahui kemajuan dan kemunduran sekolah, c
membuat keputusan kepada peserta didik, dan d mengadakan perbaikan kurikulum Uno dan Koni, 2012:13.