dan e penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Kurikulum 2006, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan disetiap satuan pendidikan. Esensi isi dan
arah pengembangan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi.
4. Peranan Kurikulum
Prof. Dr. Soedijarto, M.A. mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial
negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan
rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian
itu akan bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan relevan. Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan
kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur Yamin, 2012:36.
Menurut Hamalik 2007:11-13, “kurikulum memiliki tiga peranan
yang dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, serta peranan kreatif. Peranan konservatif dalam kurikulum
memiliki suatu tanggung jawab yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Peranan kritis dan evaluatif, memiliki
peranan dalam kebudayan yang senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga
menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam kurikulum peranan kreatif dinilai berperan dalam melakukan
berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
masa sekarang dan masa mendatang.
”
5. Fungsi Kurikulum
Dilihat dari sisi pengembang kurikulum guru, kurikulum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi preventif, yaitu mencegah kesalahan para pengembang kurikulum terutama dalam melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
rencana kurikulum. b. Fungsi korektif, yaitu mengoreksi dan membetulkan kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh pengembang kurikulum dalam melaksanakan kurikulum.
c. Fungsi konstruktif, yaitu memberikan arah yang jelas bagi para pelaksana dan pengembang kurikulum untuk membangun kurikulum
yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Sementara, Hilda Taba 1962 mengemukakan terdapat tiga fungsi
kurikulum, yaitu a sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai kebudayaan, b sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau
rekonstruksi sosial, dan c sebagai pengembangan individu Arifin, 2011:12.
Dalam praktiknya, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga
sebagai faktor kunci key factor dalam keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat
memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu
meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan
psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan. Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai
pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal
apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
B. Kurikulum 2013
1. Konsep Dasar Kurikulum 2013
Mulyasa 2013:66-68 menjelaskan dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan
ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah
melakukan penataan kurikulum. Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan adalah kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum
2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi KBK yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau competency based
curriculum dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk pengembangan
berbagai ranah
pendidikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam sebuah jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Pada hakikatnya
kompetensi merupakan
perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Beberapa aspek atau ranah yang
terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pengetahuan knowledge adalah kesadaran dalam bidang kognitif.
b. Pemahaman understanding adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
c. Kemampuan skill adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d. Nilai value adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
e. Sikap attitude adalah perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan dari luar.
f. Minat interest adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang menekankan
pada pengembangan kemampuan melakukan kompetensi tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Dalam Permendikbud No. 60 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah KejuruanMadrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: a. Tantangan internal,
b. Tantangan eksternal, c. Penyempurnaan pola pikir,
d. Penguatan tata kelola kurikulum, dan e. Penguatan materi.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait
dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia