Belajar Belajar dan Hasil Belajar

setiap individu menunjuk adanya perubahan yang progresif dari tingkah laku. Dan dapat memuaskan minat individu untuk mencapai tujuan. Cronbach dalam Sumadi Suryabrata menyatakan belajar yang baik adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar dapat menggunakan panca inderanya. 52 Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain yang dijadikan bahan belajar. 53 Berdasarkan uraian tersebut di atas bahwa belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Belajar adalah roh atau jiwa dalam proses pendidikan. Sehingga belajar sangat krusial dalam menjalankan roda pendidikan. Belajar juga dapat mendorong suatu masyarakat pada umumnya untuk melakukan perubahan kearah yang lebih positif. Dengan belajar, masyarakat akan mendapatkan suatu keterampilan, kompetensi yang memadai dalam meningkatkan kualitas kehidupannya baik bagi dirinya maupun orang- orang yang ada disektarnya. Belajar merupakan proses perubahan yang akan banyak melibatkan dirinya untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik, oleh karena itu diperlukan kesadaran dan kesungguhan dari setiap individu dalam melakukan proses belajar, sehingga tujuan dari belajar akan tercapai dengan maksimal. baik tujuan secara akademik, maupun tujuan secara sosial kemasayrakatan. Dalam arti apa yang sudah dipelajari mendapatkan nilai yang baik, dan bermanfaat untuk masyarakat. Gestalt dalam pandangan psikologinya menyatakan bahwa belajar bukan sekedar asosiasi antara stimulus-respon yang kian lama kian kuat disebabkan 52 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, h. 231. 53 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, h. 7. adanya berbagai latihan atau ulang-ulangan. Menurut aliran ini, belajar itu terjadi apabila terdapat pengertian insight. Pengertian ini muncul jika seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar dari teori psikologi Gestalt: 54 1 Belajar dimulai dari keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-bagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks menuju hal-hal yang sederhana. 2 Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka keseluruhan tersebut. 3 Belajar adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia dapat bertindak dan berbuat sesuai yang dipelajarinya. 4 Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian. Pengertian adalah kemampuan menghubungkan berbagai faktor dalam situasi yang problematis. 5 Belajar akan berhasil jika ada tujuan yang berarti bagi individu. 6 Dalam proses belajar itu, individu selalu merupakan organisme yang aktif, bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain. Dengan demikian, belajar menurut Gestal adalah proses individu mendapatkan suatu pengetahuan berawal dari sautu hal yang kompleks kepada hal yang sederhana. Setiap individu akan merasakan kebermaknaan belajar manakala individu tersebut sudah mendapatkan dan memahami pengertian tentang objek yang dipelajari. Dari pengertian inilah individu akan menamkan makna yang diperolehnya kedalam dirinya dan dijadikan sebagai pola-pola atau aturan dalam membuat prinsip kehidupannya. Dalam hal ini, individu akan lebih banyak melakukan aktifitas pembelajaran dibandingkan guru atau pengajar. Karena dalam pembelajaran ini individu dituntut untuk secara aktif menggali pengetahuan dan pengalaman sebelumnya untuk dikolaborasikan dengan pengetahuan yang baru 54 Alex sobur. Op.Cit., 234 dipelajarinya menjadi suatu produk pengetahuan baru yang diperolehnya. Sehingga individu dalam melakukan proses pembelajaran ini akan mendapatkan kekhasan dalam berfikir, menganalisis permasalahan, dan memecahkan suatu persoalan dengan mengandalkan kemampuannya secara mandiri. Gagne seperti yang dikutip Sukmadinata mengemukakan bahwa seseorang dalam melakukan pembelajaran tidak terlepas dari tipe-tipe belajar yang dimilikinya. Ada delapan tipe belajar yang membentuk hierarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. 55 1 Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenal dan member respon kepada tanda-tanda. 2 Belajar perangsang jawaban atau stimulus respon learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban. 3 Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan kegiatan yang membentuk satu kesatuan. 4 Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa. 5 Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya. 6 Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep-konsep. 7 Belajar aturan-aturan atau rule playing. Individu belajar aturan-aturan yang ada dimasyarakat, disekolah, dirumah ataupun aturan perdagangan, pemerintah bahkan ilmu pengetahuan. 8 Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan. 55 Nana Syaodih Sukmadinata. Op.Cit., hal. 160 Dengan demikian bahwa, individu dalam melakukan proses belajar dimulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang bersifat kompleks. Hal ini berlawanan dengan belajar yang dikemukakan Gestalt di atas bahwa indivu belajar dari hal yang kompleks ke hal yang sederhana. Akan tetapi dari kedua pandangan ini dapat ditarik sebuah benang merahnya bahwa belajar adalah sebuah proses, baik proses dari sederhana ke kompleks maupun kompleks ke sederhan. Setiap individu memiliki gaya masing-masing dalam melakukan proses pembelajaran. Sehingga individu berhak atas apa yang akan dipelajarinya. Setiap individu memiliki tujuan akhir yang berbeda, sehingga wajar jika mereka dalam memperolehnya dengan cara yang berbeda. Akan tetapi, pada intinya tujuan akhir dari setiap pembelajaran adalah sama, yaitu bagaimana individu mampu hidup secara mandiri, mampu melakukan pemecahan masalah dengan baik, mampu bersosialisai dengan masyarakat dan lingkunganya, serta akhir dari setiap pembelajaran individu mampu menghasilkan suatu produk pengetahuan original oleh dirinya yang kemudian dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang-orang disekitarnya dalam melangsungkan proses kehidupan selanjutnya. Rebber dalam Alex Sobur menjelaskan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses. Dimana proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi belajar sebagai suatu proses merupakan cara-cara atau tingkah laku yang memungkinkan timbulnya beberapa perubahan serta tercapainya hasil-hasil tertentu. Belajar pada dasarnya bukanlah suatu tujuan atau benda, tetapi merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Pengertian proses disini lebih merupakan cara mencapai tujuan atau benda. Inilah langkah- langkah atau prosedur yang ditempuh. Dalam belajar, setiap kegiatan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi. Pada hakikatnya belajar adalah suatu proses kejiwaan atau peristiwa pribadi yang terjadi didalam diri setiap individu. Proses belajar itu sendiri akan berjalan dengan baik, kelak akan memberikan hasil, yang kita sebut dengan hasil belajar. 56 56 Alex Sobur. Op.Cit., 235 Dalam uraiannya mengenai proses belajar, Udai Pareek dalam Alex Sobur menyebutkan tiga dimensi penting, yaitu penemuan pengetahuan, mengadakan percobaan dan perencanaan auto sistem. Belajar dapat mengembangkan seseorang secara efektif jika ia ‘menemukan’ pengetahuan dan lain-lain dimensi penting, dan bukan “hanya menerimanya” dari guru. Belajar dengan cara penemuan menekankan pentingnya si pelajar, dan menyatakan kepercayaan pada kemampuan belajar untuk aktif dan kreatif. Sedangkan percobaan, erat hubungannya dengan penemuan. Melalui percobaan, si pelajar akan mengetahui bahwa ada berbagai cara untuk mengerjakan sesuatu dan ia menemukan berbagai alternative yang membuatnya lebih efektif dalam kemampuannya untuk memilih dari berbagai alternatif yang tersedia. Belajar juga harus membantu si pelajar untuk mengetahui cara belajar lebih lanjut. Untuk keperluan ini, si pelajar harus dibantu untuk mengembangkan sistem pribadi untuk belajar sendiri. Tiap orang mengguanakan suatu sistem. Satu orang belajar dengan mengatur pikirannya melalui suatu garis sitematis; seorang lagi mugkin belajar melalui penerapan, lalu membuat konsepsi tentang hal ini, dan sebagainya. 57 Uraian tersebut menggambarkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang terus menerus dilakukan oleh individu dalam melakukan suatu perubahan dalam dirinya kearah yang lebih baik. Proses ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dari belajar tersebut. Dalam mencapai sebuah tujuan, individu dalam melakukan proses belajar akan melalui beberapa dimensi dalam belajar, yaitu individu akan menemukan penemuan-penemuan tertentu dengan cara aktif dan kreatif dalam melakukan proses pembelajaran. selain itu dalam belajar juga, individu akan melakukan percobaan dari hasil penemuan yang diperoleh. Dari proses yang terus dilakukan tersebut maka akan diperoleh suatu mekanisme otomomatis dalam setiap individu dalam melakukan belajar. Mekanisme tersebut adalah sebuah kebiasaan berfikir dan bertindak dalam menentukan suatu cara untuk melakukan proses pembelajaran. Cara ini merupakan suatu langkah awal 57 Ibid., hal. 237-238. dalam menentukan keberhasilan individu dalam belajar. Dan setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menentukan keberhasilannya dalam belajar. 1 Tipe-tipe Belajar Gagne seperti yang dikutip Sukmadinata mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu: a Belajar tanda-tanda atau signal learning. Individu belajar mengenal dan memberi respon kepada tanda-tanda; b Belajar perangsang jawaban atau stimulus respons learning. Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban; c Rantai perbuatan atau chaining. Individu belajar melakukan rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan; d Hubungan verbal atau verbal association. Hubungan verbal berbentuk hubungan bahasa; e Belajar membedakan atau discrimination learning. Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya; f Belajar konsep atau concept learning. Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep-konsep; g Belajar aturan-aturan atau rule playing. Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan; h Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning. Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan. 58 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Muhibbin Syah dalam bukunya menuliskan bahwa yang mepengaruhi belajar ada tiga macam yaitu: 58 Nana Syaodih Sukmadinata, Op.cit., h. 160. a Faktor internal yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologi dan aspek psikologi yang terdiri dari lima faktor yaitu intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa; b Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial; c Faktor pendekatan belajar approach to learning, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam suatu materi pelajaran. 59 Alex Sobur dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum menuliskan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar suatu individu, adalah sebagai berikut: 1 Faktor endogen atau disebut juga faktor internal, yakni semua faktor yang berada dalam diri individu, yang meliputi faktor fisik dan psikis. Faktor psikis terdiri atas faktor intelegensia atau kemampuan, perhatian dan minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kepribadian; 2 Faktor Eksogen atau disebut dengan faktor eksternal, yakni semua faktor yang berada diluar diri individu, misalnya orang tua dan guru, atau kondisi lingkungan disekitar individu, yang meliputi faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan lain. Fakor keluarga yang terdiri atas kondisi ekonomi keluarga, hubungan emosional orang tua dan anak, cara mendidik anak. Faktor sekolah seperti para guru, pegawai administrasi, dan teman-teman sekolah. Faktor lingkungan lain seperti lingkungan disekitar keluarga atau rumah, teman pergaulan, aktifitas dalam masyarakat yang langsung berhubungan dengan individu. 60 Wina Sanjaya dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menuliskan bahwa terdapat beberapa 59 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 132. 60 Alex Sobur. Op.Cit., 244-251 faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran. Berikut adalah beberapa faktor tersebut, antara lain: 1 Faktor guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran manager of learning. Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya menyebutkan bahwa ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yakni teacher formative experience yang meliputi jenis kelamin serta pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktifitas atau karier dan latar belakang pendidikan guru. Teacher Properties, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru; sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi, penguasaan materi, evaluasi dan kemampuan pengelolaan pembelajaran; 2 Faktor siswa Siswa adalah siswa yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempenagruhi pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut Pupil formative experience serta faktor sifat yang dimiliki siswa pupil properties; 3 Faktor Sarana Dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengakapan sarana dan prasarana dapat memberikan keuntungan yaitu dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru dalam mengajar dan dapat memberikan banyak pilihan kepada siswa dalam belajar; 4 Faktor lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Sedangkan iklim sosial-psikologis merupakan keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial-psikologis dapat terjadi secara internal dan eksternal. Iklim sosial psikologis internal meliputi iklim sosial psikologis antara siswa dengans siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, guru dengan pimpinan. Iklim sosial psikologis eksternal meliputi hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya. 61 Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu individu dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut diatarnya adalah faktor internal maupun eksternal. Faktor tersebut berepengaruh baik terhadap proses belajar maupun terhadap hasil belajar yang diperoleh. Individu yang dalam hal ini adalah siswa harus mengetahui dan memahami faktor-faktor tersebut dengan baik. Begitu juga seorang guru atau pengajar. Seorang guru harus betul-betul memahami kondisi siswa, lingkungan, sarana dan prasarana, serta model dan materi pembelajaran dengan baik, karena inilah beberapa faktor yang sangat dalam menentukan suatu keberhasilan dalam pembelajaran. 61 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran:Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h. 50-54.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan wujud realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakuknya, baik perilaku dalam bentuk pengetahuan, keterampilan berpikir mapun keterampilan motorik. Sebagian besar dari perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat terlihat dari penguasaan konsep siswa terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya. 62 Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi juga oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar-mengajar. Untuk itu guru dituntut menguasai taksonomi hasil belajar yang selama ini dijadikan pedoman dalam penyusunan tujuan instruksional. Tujuan instruksional umumnya dikelompokkan ke dalam tiga domain yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 63 Hasil belajar berdasarkan pernyataan tersebut menjelaskan bahwa hasil belajar adalah wujud dari sebuah proses siswa belajar, proses belajar yang dialami siswa mebuat siswa dapat menguasai konsep yang sudah dipelajari hal tersebt dapat dilihat dalam kecakapan siswa berfikir, berperilaku dalam hal pengetahuan dan motorik. Hal tersebut dapat terwujud jika guru membuat rumusan atau rencana pembelajaran dengan baik yang mendorong siswa untuk belajar dan ini dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai pendidik. 1 Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan- kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan. Hasil belajar ini terdiri dari jenjang: 62 Nana Syaodih Sukmadinata, Op.cit, h. 102. 63 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 34. a Mengingat C1, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang sudah dipelajari. Pengetahuan ini berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau model; b Memahami C2, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang telah dipelajari; c Menerapkan C3, mencakup kemampuan menerapkan model dan kaidah untuk menghadapi masalah nyata dan baru; d Menganalisa C4, mencakup kemapuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; e Mensistesis C5, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru; f Menilai C6, mencakup kemapuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. 64 Melihat jenjang kognitif yang ada dapat disimpulkan bahwa kemampuan hasil belajar kognitif siswa berbeda-beda, oleh sebab itu seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mengenal karakter siswa. Sehingga guru dapat menentukan rencana, tujuan, dan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2 Hasil Belajar Afektif dan Psikomotor “Guru umumnya melakukan pengukuran hasil belajar dalam aspek kognitif. Hal ini karena penggunaannya lebih praktis dan yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya”. 65 Sebagaimana diketahui sekarang ini semakin banyak sekolah yang memiliki laboraturium Biologi. Oleh sebab itu dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan perilaku yang baik, maka para guru hendaknya secara bertahap bisa mulai melakukan pengukuran hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap. 64 Dimyati dan Mudjiono, Op.cit., h. 26-27. 65 Nuryani Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: UM Press, 2005, h. 157. Dengan demikian, hasil belajar merupakan salah satu tujuan dalam pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu perubahan dalam berbagai aspek dalam diri pembelajar. Aspek ini meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotarik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu ukuran yang dapat memperlihatkan keberhasilan individu atau siswa dalam belajar. Selain itu, keberhasilan individu dalam belajar juga dapat dilihat dari kemampuan menjelaskan suatu obejek yang dipelajari, keterampilan intelektual, statregi kognitif, keterampilan gerak dan sikap yang dimiliki individu setelah melakukan pembelajaran. Untuk mencapai ini semua, maka seorang guru wajib memahami dan menguasai cara untuk mencapai hasil belajar tersebut dengan optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran TGT dalam proses pembelajaran dikelas.

c. Pembelajaran IPA- Biologi

Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu”dan”berbuat” sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa mempelajari IPA. 66 Sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, dalam sains terkandung hal lain. Cain dan Evans 1990 dalam Rustaman menyatakan bahwa sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau model, sikap, dan teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima kebenarannya. Sains sebagai proses atau model berarti sains merupakan 66 Departemen Pendidikan Nasional. Strategi Pembelajaran MIPA,2008, h. 22.

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205